Ternyata oh..ternyata pihak redaksi memasukkan tulisan gue jadi salah satu peserta lomba....dan bisa dapat juara III (Pengumuman Pemenang Lomba Menulis Wikimu Pilpres)...dapet hadiah USB 2 GB...lumayan lha !!
Thanks Wikimu !
Walaupun seluruh rangkaian acara didedikasikan bagi para anak peserta, namun acara ini sarat dengan kegiatan positif dan memberikan sukacita dan keceriaan bagi siapapun yang terlibat di dalamnya. Jambore yang tahun ini mengambil tema “Aku dan Tanah Airku” ini mempersembahkan acara – acara menarik yang sangat menghibur para peserta, misalnya “Karya Nusantara” di mana mereka dibekali semacam ‘workshop’ singkat cara membuat pajangan kertas, batik, serta kerajinan tangan lainnya, dan memperkenalkan alat musik tradisional, serta permainan anak khas Indonesia. Ada juga lomba menghias tenda, di mana masing – masing penghuni tenda diberikan kebebasan berkreasi menghias tendanya sesuai tema masing - masing, yaitu berbagai propinsi di Indonesia. Malamnya diadakan Malam Pentas Kreasi, saatnya untuk pertunjukan kesenian daerah, yaitu setiap regu tenda harus berlomba mempersembahkan pertunjukan kesenian daerah, baik dengan bernyanyi maupun menari. Yang paling seru pastinya adalah ajang lomba permainan daerah, seperti gobak sodor, tarik tambang, balap karung, bakiak, lompat tari, dan lain - lain.
Di hari kedua, diadakan Kuis Tanah Airku, dilanjutkan dengan permainan outbound, dan puncaknya adalah acara bazaar, yakni pameran hasil karya setiap tenda yang dapat dibeli oleh donatur, baik dari pendamping, panitia, maupun peserta itu sendiri. Saya sangat salut kepada pihak panitia yang telah membuat susunan acara yang padat namun sungguh positif. Sangat melelahkan sebenarnya, terlebih karena cuaca siang hari yang super panas. Namun, saya terlalu malu untuk mengeluh, begitu melihat anak – anak peserta yang demikian bersemangat dan gembira mengikuti acara demi acara, tanpa nampak merasa letih atau mengeluh sedikit pun. Mungkin karena bermain adalah sesuatu yang langka dan sulit mereka peroleh dalam rutinitas hidup mereka sehari - hari, jadi acara – acara tersebut adalah kesempatan emas yang sangat berharga bagi mereka.
Hanya satu acara yang membuat saya sedih, yaitu acara perpisahan dengan sahabat – sahabat kecil ini ketika Jambore berakhir. Sedih karena harus mengucapkan kata selamat jalan, namun jauh di lubuk hati saya, sedih juga membayangkan karena esok harinya mereka mungkin akan kembali ke jalan, dan menghadapi kehidupan keras yang harus menjadi bagian dari hidup mereka sehari – hari.
Terima kasih Tuhan, terima kasih panitia, Jambore ini menjadi momen yang sungguh menyentuh nurani saya. Kenyataannya selama ini saya hidup berdampingan dengan mereka, namun tidak sedikitpun saya peduli dengan kehadiran mereka. Bahkan, mungkin kadang saya merasa risih dan terganggu dengan kehadiran mereka di jalan – jalan atau di kendaraan umum. Jambore ini memberikan saya kesempatan dan membuka mata saya, untuk menyadari bahwa kehadiran mereka sangat berarti, dan memberikan perasaan bahagia yang dalam di hati saya. Dan pelajaran yang paling berharga yang saya dapatkan dari mereka adalah : bersyukur.
Sampai jumpa sahabat – sahabat kecilku, selamat Hari Anak Nasional ! Ingatlah selalu, kalian sangatlah mulia dan berharga !
Selasa, 07-07-2009 09:52:51 oleh: Cherry Sitanggang
Kanal: Wisata
Sabtu pagi saya sibuk menimbang–nimbang, ke mana harus menghabiskan hari libur kali ini. Kali ini saya ingin mencari alternatif liburan yang pas untuk melepaskan lelah fisik dan pikiran akibat kejenuhan kerja sepanjang minggu. Pertimbangan berikutnya, saya harus menghindari kota Jakarta sejenak, mengingat hari itu adalah hari terakhir kampanye Capres. Sejak pagi sudah terlihat bus – bus besar tim kampanye memenuhi jalan, pasti Jakarta akan sangat padat dan macet hari itu, pikir saya.
Maka saya memutuskan untuk pergi ke Taman Wisata Air Panas Tirta Sanita di kawasan Ciseeng, Bogor, tepatnya sekitar 4 km dari terminal Parung, menuju arah Gunung Sindur. Tiba di lokasi lepas jam makan siang, pengunjung yang ada di sana tidaklah terlalu banyak. Padahal tempat wisata ini sudah banyak berubah sejak terakhir saya mengunjunginya beberapa tahun yang lalu. Pihak pengelola sudah menambahkan banyak wahana–wahana baru yang menarik seperti High Rope (semacam Flying Fox), Bola Air, Fun Kart, area outbound, dan lain sebagainya.
Memasuki area Taman Wisata Air Panas Tirta Sanita, saya segera berkeliling. Setelah itu saya mulai menaiki bukit kapur, mencapai puncaknya, dan diam di sana beberapa lama, menikmati pemandangan indah yang bisa saya lihat dari ketinggian. Hamparan sawah, pepohonan yang hijau dan rindang…sangat pas untuk ‘melarikan diri’ sejenak dari semrawutnya kota Jakarta.
Lelah menjelajahi bukit kapur, saya pun menuruni bukit. Sebenarnya saya bermaksud menikmati wahana High Rope, namun sayangnya wahana tersebut selesai beroperasi pukul 15.30. Akhirnya saya langsung menuju tempat pemandian air panas. Di sini selama kurang lebih 20 menit saya berendam di dalam bath up air panas yang ada di ruangan berukuran sekitar 4 x 4 meter. Rasanya sangat rileks. Selain itu mandi air panas belerang ini juga kaya manfaat, khususnya bagi kesehatan kulit.
Selesai berendam dan membersihkan diri, saya pun bersiap–siap meninggalkan Taman Wisata Air Panas Tirta Sanita. Ketika berada di area parkir, dari kejauhan saya melihat beberapa orang menaiki sebuah bukit tepat berseberangan dengan Tirta Sanita. Menurut cerita yang saya peroleh dari penjaga parkir, sekelompok orang itu hendak ke “Gunung Item (Hitam)”. Ternyata kebanyakan warga setempat menamakan bukit kapur yang ada di dalam Taman Wisata Tirta Sanita dengan sebutan Gunung Putih, sementara yang ada di seberang disebut Gunung Item. Karena rasa penasaran, saya mengurungkan niat saya untuk segera mengambil arah pulang.
Dengan semangat, saya berjalan ke arah Gunung Item. Saat mulai menyusuri jalan menanjak untuk menaiki gunung, beberapa warga setempat meminta ‘sumbangan’ sebesar Rp. 2,000,- per orang bagi siapa pun yang ingin memasuki area Gunung Item. Area Gunung Item ini masih liar, belum ada yang mengelola seperti layaknya Taman Wisata Air Panas Tirta Sanita. Padahal di area ini juga terdapat beberapa kolam pemandian air belerang yang menurut warga setempat justru lebih alami dibandingkan yang ada di dalam Tirta Sanita. Oleh warga setempat yang menyadari potensi area Gunung Item sebagai tempat pemandian air panas, pengunjung yang ingin mandi di situ dikenakan biaya Rp. 5,000,- Namun area itu belum memiliki fasilitas apapun, masih sepi dan belum terjamah. Hanya ada beberapa pondok sederhana yang ada di sekitar kolam. Saya mengerti jika tak banyak orang mengetahui keberadaan Gunung Item ini. Karena dengan ketinggian hanya sekitar 20 meter, dan tertutupi oleh pohon rindang dan semak–semak berukuran tinggi, kehadirannya tidak terlihat oleh pengunjung yang datang ke Taman Wisata Tirta Sanita.
Saat gelap mulai menyelimuti kawasan Ciseeng, saya pun meniggalkan lokasi. Liburan kali ini rasanya lebih dari cukup untuk menghilangkan lelah fisik dan pikiran yang saya rasakan akibat rutinitas. Dan yang lebih menarik, menghabiskan waktu di Taman Wisata Air Panas Tirta Sanita ini tidak menguras biaya besar. Berikut beberapa informasi harga yang sempat saya peroleh :
Senin – Jumat
Dewasa : Rp. 6,000
Anak : Rp. 4,000
Sabtu - Minggu
Dewasa : Rp. 7,000
Anak : Rp. 5,000
VIP : Rp. 10,000
Biasa : Rp. 7,000