I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Tuesday, December 13, 2011

Pelajaran 4 : Luangkan Waktu Untuk Santai Sejenak dan Istirahat

13 November 2011

Hari ini ngga perlu bangun pagi. Gue pengen menikmati kasurnya Zackry Guest House di detik - detik terakhir, karena sebelum jam 12 siang gue harus pindahan ke Aseania Resort. Ini adalah akomodasi yang disediakan oleh pihak Air Asia.

Setelah mandi, gue ke ruang bersama untuk menonton...kebetulan ada acara Dog Whisperer di National Geographic Channel. Jam 11 siang gue mulai menyiapkan ransel dan membereskan kamar, kemudian pamit ke Pak Zackry, sekalian ngembaliin kunci kamar.

Pak Zackry mempersilahkan gue masuk ke rumahnya untuk berpamitan langsung sama Bandit, Kacang dan Cumi. Tentu aja ketiganya lagi tidur nyenyak. Untuk urusan tidur pun, ada pembagian tempat untuk ketiganya. Bandit di sofa ruang nonton, sementara Kacang dan Cumi di lantai atas. Tapi keduanya akhirnya turun juga ke ruang nonton, mungkin untuk sekedar mengucapkan selamat jalan untuk gue.

Walaupun ngga ada puasnya bermain - main sama ketiganya, dengan langkah berat gue harus meninggalkan guest house. Kate dari Air Asia rencananya akan menjemput gue di Aseania jam 1 siang nanti.

Gue pun meninggalkan Zackry Guest House yang menurut gue sangat nyaman dan mengesankan, kemudian berjalan kaki dengan ransel berat dan penampilan gembel, di bawah teriknya matahari. Jarak yang harus gue tempuh ngga singkat dan gue tiba di Aseania dengan keringat bercucuran dan warna kulit gelap yang setara dengan daging steak yang dimasak well done.

Tiba di meja resepsionis, ada sedikit kekacauan terjadi. Resepsionis ngga menemukan nama gue dalam daftar tamu yang akan check in hari itu. Alamak....padahal sejak dalam perjalanan dari Zackry tadi gue udah membayangkan shower dan AC ! Gue udah kegerahan stadium tinggi. Setelah beberapa saat, urusan check in pun kelar, dan gue langsung menuju kamar.

Begitu tiba di kamar, gue langsung meletakkan semua barang bawaan, mulai dari ransel, sampai plastik kresek yang entah apa isinya. Gue menyalakan AC dan merebahkan badan di ranjang. Sebelum hari ini, kamar gue di Golden Temple Villa, Siem Reap (Cambodia), ada di urutan pertama sebagai kamar paling mewah dan nyaman yang gue tempati selama bekpekeran, dan gue beri predikat Presidential Suite. Tapi hari ini, Golden Temple harus turun ke urutan kedua, karena Aseania ini kayaknya lebih "mewah". Paling ngga, kali ini gue tinggal di hotel yang sebenar - benarnya. Bukan 'hostel', atau 'guest house', atau 'villa'. Walaupun masalah mewah atau ngga, sebenarnya ngga mempengaruhi kenikmatan bekpekeran. Berbagi satu kamar tidur dan satu kamar mandi dengan 15 orang lainnya yang ngga gue kenal juga menyenangkan kok...bahkan seru !

Gue mandi, dan bersiap - siap. Pastinya sebentar lagi Kate akan tiba dan menjemput gue. Di saat sedang asyik berdandan, Kate menelpon dari meja resepsionis. Gue pun turun, dan menemui Kate, serta pemenang kuiz dari Singapura, Muhammad Hasyim dan Siti.

Kami berempat menuju One Helang Hotel yang letaknya bersebelahan dengan Mahsuri International Exibition Hall, tempat penyelenggaraan Paintball World Cup Asia 2011. Di hotel ini kami dipersilahkan untuk menikmati hidangan makan siang. Begitu diberikan daftar menu, gue langsung memilih lasagna.

Selesai makan siang, Kate kembali datang menjemput dan kali ini mengantarkan gue, Hasyim dan Siti menuju Mahsuri International Exibition Hall untuk menyaksikan pertandingan paintball.
Gue takjub dengan apa yang gue lihat di dalam hall yang maha luas itu. Ada 3 arena paintball dimana secara terus menerus berlangsung pertandingan antara 2 team yang saling adu kekuatan dan strategi. Gue ngga pernah menyaksikan pertandingan paintball, jadi ngga mengerti aturan permainannya. Namun yang jelas, setiap penonton harus super hati - hati, karena banyak peluru - peluru cat berserakan di lantai. Belum lagi, peluru nyasar dari arena Paintball.


Sore itu sedang berlangsung babak semifinal. Babak finalnya mungkin akan berlangsung di malam hari...Entahlah...tapi gue, Hasyim dan Siti memutuskan untuk kembali ke Aseania. Cuaca hari ini panas bukan main. Dan hasrat kaki panjang gue untuk berpetualang siang itu, dihentikan oleh kantuk dan keinginan gue untuk menikmati sejuknya kamar Aseania.

Tiba di Aseania, gue mandi. Selama di Langkawi, dalam sehari gue bisa mandi 4 - 5 kali. Panas...panas...panas...dan gue risih kalau berkeringat. Abis mandi, bukannya malah tiduran sejenak, seperti yang gue idam - idamkan sejak dari Mahsuri Hall tadi, gue memutuskan untuk keluar hotel.

Padahal ngga ada hal khusus yang pengen dilakukan, tapi gue menikmati acara jalan - jalan di sepanjang Jalan Pantai Besar. Gue berkeliaran di sini sampai malam. Sempat mampir di beberapa tempat, ke warnet, keluar - masuk mini market untuk beli cemilan, ke The Zon dan tetangga - tetangganya yang juga mengobral produk coklat duty free. Kali ini gue mantap membeli beberapa produk coklat dengan potongan harga yang lumayan. Urusan coklat selesai, dan tujuan terakhir gue adalah....Wan Burger lagi untuk makan malam !

Setelah kenyang, gue kembali ke Aseania. Di kamar gue baca novel sambil nonton TV. Berhubung ngga ada fasilitas TV Kabel, gue pasrah cuma bisa nonton acara - acara lokal. Ternyata urusan TV, kamar gue di Aseania ini kalah mewah dari Golden Temple Villa.


Sisa malam ini gue habiskan dengan membaca, corat - corat diary...pokoknya santai ! Malam ini gue pengen istirahat sepuas - puasnya di kamar...menikmati spring bed gue yang empuk...baca...bengong...baca....bengong...tidur !

Monday, November 21, 2011

Pelajaran 3 : Bermimpi + Berdoa + Berusaha

12 November 2011

Gue bangun hampir jam 9 pagi...telat ! Padahal gue ada janji ama Pak Helmi untuk berangkat menuju Langkawi Geopark jam 9 pagi. Gue langsung ngebut mandi dan siap - siap, ngga lupa minum vitamin C. Perjalanan hari ini bakal lumayan panjang.

Gue tiba di Langkawi Geopark, tepatnya di Oriental Village, sekitar jam 9.30 pagi. Masih ngga terlalu ramai. Gue langsung menuju loket penjualan tiket Cable Car yang akan mengantar pengunjung mencapai Sky Bridge di Gunung Mat Cincang, dan membeli tiket seharga RM 30. Antrian Cable Car - nya panjang amat ! Sepertinya ada gathering karyawan gitu...

Sepanjang antri hati gue berdetak kencang, menyimpan rasa takut mendalam. Cable Car ?? Gue jadi teringat sama pengalaman gue naik Cable Car menuju Sentosa Island, di Singapura. Saat itu gue bertiga, ama Teru dan Cherry Sakura. Gue diserang rasa takut luar biasa ampe histeris begitu pintu cable car menutup dan mulai berjalan. Teru ketawa dan sengaja menghentak - hentakkan badannya yang tambun, biar cable car serasa bergoyang dan otomatis gue tambah takut, dan berhasil !

Lalu sekarang ? Gue akan sendirian, menuju puncak gunung...Alamak, bakal kayak mana rasanya nih ? Gue berkeringat dingin dilanda rasa takut yang menggebu - gebu. Apalagi saat ujung antrian makin mendekat. Pengen mundur, ngga mungkin ! Rasa penasaran gue udah tak terbendung. Pengunjung diminta berbaris, yang setiap barisnya berisi 6 orang. Gue ada di antara sepasang turis asal Timur Tengah, dan sisanya adalah rombongan gathering karyawan. Begitu cable car tiba, gue pikir hanya untuk si pasangan Timur Tengah. Ternyata semuanya disuruh masuk. Horeeee...Yesus super baik !!

Sepanjang perjalanan menuju puncak Gunung Mat Cincang, jantung gue berdegup kencang bukan main. Untungnya, gue duduk di antara 3 peserta gathering karyawan, dan mereka dengan ramah memulai pembicaraan. Betapa terkejutnya mereka begitu tahu kalo gue asal Jakarta. Obrolan ringan dengan mereka lumayan mencairkan ketegangan gue. Cable car pun tiba di Gunung Mat Cincang. Gue melihat - lihat sekeliling, dan setelah puas menuju ke Sky Bridge.

Berhubung masih pagi Sky Brigde masih lumayan sepi dan dingin banget. Walaupun gue berdiri di atas jembatan yang tingginya 700 meter di atas permukaan laut, yang bisa gue rasain cuma senang bukan main. Waktu Air Asia Indonesia bikin kuiz Paintball World Cup 2011, peserta diminta berkhayal, apa yang pengen dilakukan di Langkawi. Sky Bridge ini jadi bagian utama dari khayalan gue itu. Gue senang memandangi langit, itu alasannya. Dan sekarang gue berdiri di atas sky bridge yang gue khayalkan. Belum habis heran dan takjub gue....selama ini cuma bisa berkhayal, dan tiba - tiba Yesus, melalui Air Asia, mewujudkan khayalan gue itu.

Di sky bridge ini, gue ngga kesulitan dalam berfoto. Awalnya gue minta tolong sama seorang pengunjung untuk memotret gue. Kemudian, mungkin karena si pengunjung baik hati ini ngerti kalo gue traveling sendirian, berikutnya justru dia beberapa kali menawarkan bantuan untuk memotret gue. Makasih Yesus...ada orang baik hati yang Yesus kirim untuk bantu gue. Di saat gue antri cable car untuk kembali ke Oriental Village, gue bermaksud menunggu sebentar sampai rasa cape hilang dan detak jantung kembali normal, setelah perjalanan melelahkan dari Sky Bridge menuju 'halte' Cable Car. Dan, gue bertemu sama pengunjung baik hati itu lagi ! Dia ngajak gue berdiri di barisan yang sama. Gue pun lega, karena menemukan teman naik Cable Car.

Tiba di Oriental Village gue menyempatkan diri mampir ke Animal Farm untuk bermain dan memberi makan rusa - rusa, lalu ke kandang gajah raksasa yang ada di dekat animal farm. Senangnya....tanpa gue duga, di Langkawi ini pun gue bisa ketemu sama sahabat besar kesayangan, gajah.

Dari Oriental Village gue berjalan kaki menuju kawasan air terjun. Jaraknya lumayan jauh....dengan pemandangan kiri - kanan berupa pepohonan rindang. Kendaraan yang lalu - lalang pun hanya sesekali. Benar - benar sepi. Tiba di kawasan air terjun, gue disambut jalan menanjak menuju air terjun. Tiba di air terjun paha gue terasa pegal sepegal - pegalnya Smiley. Gue pun beristirahat di air terjun dengan merendam kedua kaki lelah di dalam air yang jernih dan dingin.

Sebenarnya, dari air terjun gue pengen lanjut ke Telaga Tujuh. Telaga Tujuh juga jadi bagian dari khayalan gue. Tapi sayangnya gue udah janjian ama Pak Helmi jam 1 siang di Oriental Village.

Dalam perjalanan kembali ke Oriental Villa, iseng - iseng gue mencoba ber - hitchiking ria. Gue berusaha mencari tumpangan sampai ke Oriental Village dengan memberhentikan mobil yang lewat. Berhasil !! Sebuah mobil dengan pengemudi yang baik dan ramah bersedia memberikan gue tumpangan. Kalau Mama tahu mengenai ini pasti bakal marah besar, karena Mama selalu berpesan "Hati - hati, Cherrr...apalagi ama orang yang baru dikenal !!!" Tapi khan gue penasaran pengen ngerasain hitchhiking walaupun sekedarnya.

Pak Helmi dan taksinya mengantar gue kembali ke guest house. Pak Helmi yang baik hati memberikan rate diskon untuk jasa antar jemputnya, yaitu total cuma RM 40. Padahal normalnya mencapai RM 46. Tiba di guest house gue langsung mandi dan bersiap - siap. Gue akan ikutan Island Hopping Tour dan akan dijemput jam 2 siang.

Island Hopping Tour ini mengajak para pesertanya mengunjungi 3 pulau dengan menggunakan perahu mesin : Dayang Bunting, Beras Basah dan Singa Besar. Walaupun tanpa didamping pemandu wisata, dan sendirian tentunya, tapi gue sangat menikmati tournya, karena pulau - pulau yang dikunjungi indah dan masih sangat sepi. Rasanya pikiran gue benar - benar disegarkan dengan menikmati pemandangan pantai di pulau - pulau ini.

Tour berakhir di sore hari, dan begitu tiba di guest house, yang langsung gue lakukan adalah....mandi lagi. Selesai mandi, gue meninggalkan guest house menuju Jalan Pantai Tengah. Walaupun untuk menuju ke sini gue harus berjalan sangat jauh, tapi entah kenapa gue menyukai rutinitas ini. Gue akan mampir ke toko buah, trus nanti sambil ngemil buah gue akan berjalan dan berjalan terus. Ngga lupa mampir di The Zon dan toko - toko sekitarnya, cuma demi ngeliatin coklat - coklat terhampar menggoda Smiley, seakan - akan gue bisa kenyang cuma dengan ngeliatin display coklat - coklatnya.

Setelah cape dan kelaparan, gue mengambil arah pulang ke guest house, dengan terlebih dahulu mampir di Wan Burger. Wan Burger menyajikan burger yang menurut gue fresh, lezat dan harga terjangkau. Malam ini gue membeli double beef burger dan segelas es teh manis. Harganya RM 5.2. Murah khan ?

Selesai makan, gue langsung melanjutkan perjalanan kembali ke guest house. Tiba di guest house, gue bermain - main sama Kacang, Bandit dan Cumi. Pak Zackry yang juga penyayang anjing menemani gue bermain - main sama ketiga anjingnya yang gendut dan pemalas. Pak Zackry dengan bersemangat bercerita banyak hal mengenai kecintaannya sama anjing. Saking bersemangatnya, waktu gue sedang mengikuti Bandit, Pak Zackry menyusul dan bertanya :

"Do you drink ?"
"I don't". Nyengir.
"Ohh...why ? You don't drink beer ?"
"No.." jawab gue masih dengan senyum nyengir.
"How about whisky ?" tanya Pak Zackry lagi.
Kali ini gue menggeleng kepala sambil dalam hati menyimpan rasa heran. Memangnya ada orang yang gak suka bir tapi doyan whisky ?? Butuh pencerahan...Smiley
Pak Zackry pun ngga menyerah dan dengan wajah yang masih heran dia akhirnya bilang,
"Okay, I'll bring you a coke yah ?"

Akhirnya gue dan Pak Zackry ngobrol panjang lebar, ditemani segelas whisky di hadapan Pak Zackry dan sekaleng Coca Cola di tangan gue. Pak Zackry kelihatannya senang dan semangat bukan main karena bertemu dengan sesama penyayang anjing. Gue pun menikmati pembicaraan ini. Pembicaraan mengenai anjing yang ngga ada abis - abisnya, yang biasanya cuma bisa gue lakukan dengan para Polisi di Direktorat Polisi Satwa atau dengan Ony.

Malam pun semakin larut dan gue pengen tidur. Gue pamit ama Pak Zackry, Kacang, Bandit dan Cumi dan menuju kamar.

Di ranjang yang empuk, gue merebahkan badan dan memejamkan mata. Smiley Hari ini jadwal gue lumayan padat dari pagi. Tapi gue senang, karena berhasil mencapai Gunung Mat Cincang yang selama ini cuma ada dalam khayalan doang. Seminggu yang lalu gue cuma iseng - iseng menuliskan khayalan gue di email dan dialamatkan ke AirAsiaIndonesia. Dan dalam hitungan hari, tadi siang gue khayalan gue terwujud. Makasih Yesus.

Wednesday, November 16, 2011

Pelajaran 2 : Penginapan + Anjing = Seru


Jumat, 11 November 2011

Gue terbangun pas jam 10 pagi....sebenarnya mata dan badan gue belum siap untuk meninggalkan kasur nyaman ini, tapi gue harus menelpon Zackry Guest House, Langkawi untuk merubah jadwal kedatangan. Waktu booking kamar di situ, gue sekalian minta taxi untuk menjemput dari airport. Tapi jam penerbangannya khan berubah, jadi harus gue informasikan secepatnya ke Pak Zackry.

Urusan taxi untuk Langkawi kelar, gue pun ke ruang makan untuk sarapan. My Travel Hub ini emang nyaman banget, dan bikin penghuninya serasa di rumah sendiri. Pagi ini gue sarapan dengan segelas teh hangat, roti gosong dan biskuit Regal. Selesai sarapan, walaupun badan masih terlalu letih, gue mandi dan bersiap - siap meninggalkan My Travel Hub.

Gue naik LRT dari Pasar Seni Station menuju KL Sentral, disambung dengan Skybus menuju LCCT. Tiba di LCCT ngga ada proses pemeriksaan yang harus gue lalui karena gue udah web check in sejak dari Jakarta.

Perjalanan Kuala Lumpur - Langkawi ditempuh hanya dalam 50 menit. Tiba di Langkawi International Airport, gue dijemput Pak Helmi dengan taxinya, dan diantar menuju Zackry Guest House, dengan tarif RM 20.

Zackry Guest House terletak di Jalan Teluk Baru, Pantai Tengah. Tempatnya sangat sederhana dan bersih. Susunan kamarnya hanya berupa rumah - rumah petak dengan pintu masing - masing. Ada 1 ruangan 'bersama', yang merupakan gabungan dari meja resepsionis, dapur, ruang makan, dan ruang nonton. Waktu di Jakarta, gue sempat mampir di homepagenya dan baca 'peringatan' ini :

It may not be suitable for everyone - especially who is not used to backpacking experiences. It is certainly not a hotel/budget hotel/resort with round-o-clock service.

Cool !! Begitu di meja resepsionis gue langsung ambil business card Zackry Guest House, dan tertawa waktu baca bagian : !!! WE HAVE 3 DOGS ROAMING FREELY AROUND HERE !!!

Kacang

Bandit

Cumi

Asyiikkk !!

Ini favorit gue, dan alasan utama pengen menginap di Zackry Guest House. Pak Zackry memelihara 3 ekor anjing gendut dan pemalas tapi lucu - lucu : Kacang, Bandit dan Cumi. Ketiganya akan menghabiskan waktu di siang hari dengan tidur di dalam rumah Pak Zackry. Kata Pak Zackry di siang hari kemalasan mereka akan bertambah karena udara panas. Ketiganya akan keluar rumah di malam hari, dengan pembagian pos masing - masing. Kacang di ruang bersama, sementara Bandit dan Cumi di luar, untuk menjaga guest house. Sebenarnya 'menjaga' terdengar terlalu heroik, karena di luar pun keduanya cuma tidur bermalas - malasan.

Ketiganya keturunan ras kampung, cuma Bandit agak lebih istimewa karena dalam dirinya mengalir ras Rottweiler. Jejak - jejak Rottinya ada di warnanya yang hitam mengkilat dan 2 tanda coklat di kedua matanya. Jadi ingat sama Kongo, Rotti kesayangan gue. Biasanya tiap Sabtu dan Minggu gue akan datang berkunjung untuk bawain keju dan bermain dengan Rotti yang pemalu ini. Tapi minggu ini Kongo ngga bisa menikmati keju karena gue ngga bisa datang.

Waktu di Khaosan Road, Bangkok gue juga tinggal di hostel yang pemiliknya memelihara anjing, tapi kali ini lebih menyenangkan, karena Pak Zackry membiarkan anjing - anjingnya berkeliaran bebas. Jadi gue bisa leluasa bermain sama ketiganya. Guest house jadi berasa rumah sendiri. Gue khan sayang banget sama anjing, jadi Kacang, Bandit dan Cumi, adalah teman - teman spesial selama di guest house.

Setelah menerima kunci, gue langsung menuju Private Twin Room dengan rate USD 14 per malamnya. Ngga pake AC, hanya kipas angin. Tapi berhubung kamarnya luas, dan ada jendela menghadap ke luar, rasanya lebih dari cukup.

Gue pun mandi, beres - beres ransel trus meninggalkan guest house. Tempat pertama yang gue datangi adalah pengurup wang berlesen alias money changer yang ada deket guest house. Abis itu, gue kembali berjalan kaki menuju pantai Chenang yang berjarak sekitar 1 km. Sepanjang perjalanan gue berkali - kali berhenti di toko untuk memuaskan mata dan perut gue. Entah untuk membeli kacang almond...buah plum...air mineral....coklat.... Mengunyah dan mengunyah bikin gue makin produktif dan bersemangat jalan kaki di bawah teriknya sinar matahari.

Tiba di Pantai Chenang, gue duduk di tepi pantai untuk menikmati detik - detik matahari terbenam. Gue tinggal di sana sampai gelap dan sepi. Pantai Chenang emang ngga terlalu ramai. Gue suka dengan suasana lengang dan tenang pantai ini.

Sekitar jam 8 malam gue lanjutkan perjalanan menyusuri Jalan Pantai Tengah. Sepanjang jalan dipenuhi dengan restoran, toko dan hostel. Awalnya gue berpikir Langkawi akan seperti Phuket atau Bali. Dan suasana pantai Chenang akan seperti Patong di Phuket dan Kuta di Bali. Ternyata ngga, karena di sini jauh lebih sepi dan TENANG !!

Yang istimewa lagi, Langkawi bagaikan surganya produk - produk duty free. Jadi di sini banyak toko yang menjual produk - produk coklat, rokok, dan minuman beralkohol dengan harga miring. Malam ini gue keluar masuk toko The Zone dan The Choco Valley....dimana gue bisa melihat hamparan coklat - coklat yang menggiurkan. Ngiler. Tapi gue ngga tergoda untuk membeli apapun.

Kaki panjang gue pun melanjutkan perjalanan. Gue sempat mampir ke sebuah warung makanan untuk makan malam. Di sini gue membeli nasi lemak, sate dan es teh manis. Baru kali ini gue ngerasain sensasi makan hidangan lokal dengan nikmatnya.

Abis itu gue mampir di salah satu kios tour agent untuk booking Hopping Island Tour untuk besok. Harganya lumayan murah, RM 25, sudah termasuk pick up dari guest house.

Begitu kedua kaki mulai terasa pegal, gue pun kembali ke guest house.

Yang keren dari Langkawi adalah daerahnya yang masih hijau, dipenuhi pepohonan rindang, dan semak - semak. Tapi semakin mendekat ke guest house, penerangan jalan semakin minimalis dan bikin gue sedikit ngeri. Gue harus menyeberang beberapa kali untuk menghindari sisi jalan yang masih terisi semak - semak belukar.

Begitu tiba di guest house, gue langsung mencari Kacang, Bandit dan Cumi. Tapi ngga menemukan satu pun dari mereka. Hampir jam 10, gue kembali ke kamar. Cukup dulu petualangan hari. Malam ini gue akan beristirahat dengan lebih baik dari semalem. Di kasur, bukan di lantai.

Makasih Yesus, hari ini seru....gue bisa tiba di Langkawi dengan selamat....tiba di Zackry Guest House dengan selamat juga. Lebih istimewa lagi, ketemu teman - teman berkaki empat yang lucu dan menggemaskan.

Dogs are our key to achieving a sense of peace. They can keep us connected to the world of nature, and in turn, it is important to give our dogs what they need to live in a balanced way and achieve a healthy state of mind

Tuesday, November 15, 2011

Pelajaran 1: Teliti dengan Jadwal Tiket !!

Kamis, 10 November 2011

Hari ini gue akan berangkat menuju Kuala Lumpur. Penerbangan gue dijadwalkan jam 8.25 malam nanti. Berhubung persiapan keberangkatan gue serba mendadak, gue ngga mau cuti hari ini. Gue tetap ngantor, dan jam 4 sore segera melesat ke Blok M untuk naik Damri ke Airport.

Gue tiba di LCCT, KL jam 11.25 malam waktu setempat, dan langsung ke kios penjualan Digi untuk mengganti sim card handphone. Setelah itu gue menuju restoran McDonald untuk bersiap - siap tidur. Tapi ternyata sekarang ruang tunggu di sebelah McDonald sudah terisi sama kios makanan. Gue bingung mau tidur di mana malam ini. Gue emang harus tidur di LCCT karena besok pagi sekali akan langsung berangkat ke Langkawi.

Gue pun masuk ke depature hall, dan mencari tempat yang agak kosong untuk tidur. Sebenarnya berat rasanya tidur di sini, mengingat suhu ruangannya yang super dingin. Dan gue agak kurang beruntung, karena tiba larut malam, semua kursi sudah terisi sama penumpang - penumpang lainnya yang numpang tidur di LCCT. Gak ada pilihan lain, gue harus tidur di lantai. Gue pun merebahkan badan lelah di lantai dingin cuma dengan beralaskan jas hujan yang terbuat dari plastik tipis. Benar - benar di luar rencana nih ! Gue langsung menggosokkan minyak angin sebanyak - banyak ke sekujur badan...walaupun gak yakin ini bisa menyelamatkan gue dari masuk angin.

Sekitar jam 3 pagi gue terbangun. Rasa dinginnya serasa menggigit - gigit kulit. Gue ke toilet untuk cuci muka. Ngga mungkin mandi di saat seperti ini...Kasihan badan gue, udah cukup dihajar sama dinginnya ruangan LCCT. Gue emang belum punya prestasi memuaskan dalam hal menghadapi dingin. Bahkan keseharian di Jakarta aja, walaupun tanpa dilengkapi AC, setiap tidur gue harus memakai peralatan perang mulai dari celana panjang, kaos kaki, sampai selimut tebal. Kadang gue sampai harus membungkus leher dengan handuk kecil...entah apa manfaatnya itu.

Selesai cuci muka dan bersih - bersih, iseng - iseng gue mengeluarkan copy boarding pass untuk keberangkatan ke Langkawi. Dan gue terperanjat dengan dahsyatnya begitu melihat waktu keberangkatan yang tercantum di boarding pass.... jam 2.05 siang Smiley !! Bukannya seharusnya gue berangkat jam 7.30 pagi ?? Kok berubah ?? Rasanya pengen loncat setinggi - tingginya menembus atap toilet sambil teriak "Mammmmaaaaaaaaa !!!!!!!". Sampai beberapa detik gue cuma terpaku ngeliat boarding pass di tangan. Astaga....semalem waktu gue berbicara dengan Felix dari pihak Air Asia Indonesia, dia memang sempat konfirmasi bahwa ada tiket yang harus berubah jadwalnya karena ketidaktersediaan bangku. Tapi herannya, gue ngga terlalu memperhatikan penjelasan Felix mengenai tiket mana aja yang berubah. Bahkan waktu gue konfirmasi tiket ke Call Center nya Air Asia pun jadwal ini pasti sudah disebutkan berulang - ulang !! Apa yang ada di pikiran gue saat itu, sampai informasi sepenting ini luput dari perhatian gue ???

Dengan langkah gontai, gue pun keluar dari toilet dan menuju tempat pemberhentian bus tujuan KL Sentral. Untungnya, sepagi itu sudah ada beberapa bus beroperasi. Hati gue dipenuhi sama rasa kesal yang meluap - luap...untuk apa perjuangan gue semalam tidur di lantai dingin LCCT, padahal hari ini gue akan berangkat jam 2.05 siang ?? Kenapa semalam gue ngga langsung menuju KL Sentral dan mencari tempat penginapan ?? Tahu ngga gimana rasanya tidur di lantai Smiley ??!! Badan pegal, dan pagi ini gue udah mulai diserang flu ! Ini akibat kecerobohan gue...dan kali ini tak termaafkan! Rasanya pengen nelpon Mama, tapi hati kecil gue berteriak, "Mama lagi tidur...jangan bikin Mama ngga tenang cuma karena kecerobohan loe ! Bekpeker gembel dilarang cengeng. Titik Smiley !!!!

Sepanjang perjalanan menuju KL Sentral, pikiran gue berkecamuk. Begitu tiba di sana, gue mau kemana dan ngapain ? Gue akan tiba di KL Sentral sekitar jam 5 kurang...pagi ?? Belum pantas disebut pagi...subuh !! Apakah LRT sudah beroperasi ? Lagian, apa gue yakin ada hostel atau guest house yang mau nerima tamu jam 5 subuh ??

Ketakutan gue menjadi kenyataan. KL Sentral masih sangat sepi. LRT belum beroperasi. Gue udah ngga bisa memikirkan solusi lain. Begitu melewati pusat informasi, gue liat ada beberapa brosur iklan, salah satunya guest house bernama Central Lodge yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari KL Sentral ! Gue pun menelepon Central Lodge. Jawaban dari seberang : Our check in time is after 12 !! Mungkin si pemilik guest house kesal karena telepon dari gue membangunkan dia dari tidurnya...cuma demi menjawab pertanyaan ngga penting.

Yang terpikir oleh gue saat ini adalah My Travel Hub di Petaling Street. Kayaknya, cuma kebaikan hati Kuku dan keluarganya yang akan menyelamatkan gue pagi ini. Gue cuma butuh merebahkan badan dan tidur, itu aja....gue udah mulai ngerasain badan meriang. Sambil menunggu LRT beroperasi, gue duduk di lantai dekat McDonald dan coba memejamkan mata.

Tepat jam 6 pagi, LRT mulai beroperasi. Gue senang luar biasa...walaupun masih menyimpan keraguan apakah My Travel Hub akan menerima tamu sepagi ini. Sambil berjalan kaki dari Pasar Seni station hati gue sibuk memanjatkan doa ke Yesus..."Yesus, gue cuma pengen tidur....help me!" Begitu tiba di pintu My Travel Hub, gue langsung lihat Kuku ! Trus gue jelasin, dengan tampang memelas asli tanpa dibuat - buat, kalo gue butuh ranjang di dorm room buat tidur sampai jam 10 pagi. Kuku yang baik hati pun mempersilahkan gue masuk. Kebaikan Kuku belum berhenti sampai di situ. Dia kasih gue rate RM 18, mungkin karena dia tahu gue cuma ampe jam 10 aja di sana.

Urusan check in kelar, gue langsung masuk dorm room. Kamar yang gue tempati April 2010 yang lalu. Gue letakkan ransel berat dan tas, lalu merebahkan badan malang gue di ranjang. Ya Yesus....nikmat luar biasa rasanya. Dan gue pun tertidur dengan pulasnya Smiley.

Hari ini akan gue ingat selamanya....Gue yakin, bahkan dari kesalahan yang gue buat pun, tetap ada pelajaran yang bisa dipetik. Gue harus lebih hati - hati dan teliti, apalagi mengenai informasi sepenting jadwal penerbangan. Terlebih kalau gue memutuskan untuk berpeker ria sendirian seperti sekarang. Siapa yang gue harapkan untuk mengingatkan hal sedetil - detilnya yang jadi bagian dari perjalanan gue ? Makasih Yesus untuk pengalaman ini...semoga kebaikan Kuku dan keluarganya mendapat balasan berlipat - lipat. Amin Smiley

Thursday, November 10, 2011

See The PaintBall World Cup Asia 2011

Ini minggu yang seru buat gue. Hari senin (07 Nov), pagi liat pengumuman di facebooknya AirAsiaIndonesia. Dengan terkaget - kaget gue liat nama gue tercantum sebagai pemenang kuis See The PaintBall World Cup Asia 2011 di Langkawi. Seminggu sebelumnya gue emang ikutan kuisnya. Peserta disuruh mengkhayal segila - gilanya mengenai hal yang mau dilakukan di Langkawi.

Dulu, tahun 2009, gue emang sempat pengen bekpekeran ke Langkawi. Tapi belum kesampaian karena harga tiketnya yang ngga "backpacker friendly". Jadi walaupun belum sempat menginjakkan kaki di sana, gue udah sempat review artikel - artikel mengenai tempat - tempat menarik di sana. Ini jadi modal gue untuk berkhayal dan kirim khayalan tingkat tinggi gue ke AirAsiaIndonesia. Dan...menang. Makasih, Yesus !

Selama ini gue pernah menang beberapa kuiz atau undian...hadiahnya berupa voucher makan...voucher belanja...sampai pernah dapat 5 kg beras segala ! Tapi kali ini, gue bakal dapat tiket pesawat ke Langkawi, akomodasi untuk 1 hari, serta tiket masuk nonton The PaintBall World Cup Asia 2011 !!

Padahal gue udah janji, pada diri sendiri dan Mama, ngga akan traveling ke luar negeri lagi sampai akhir tahun 2011 ini . Pertimbangannya, karena di bulan November banyak anggota keluarga yang berulang tahun, termasuk Mama. Dan bulan Desember, biasanya semangat gue fokus untuk urusan Natal. Begitu lihat pengumuman, gue langsung telepon Mama, untuk mengungkapkan rasa senang gue yang menyala - nyala. Mama cuma ketawa - ketiwi. Walaupun berat buat dia ngelepas anak perempuannya yang panjang kaki ini, tapi gue tahu kalo Mama juga ikut senang.

Persiapan untuk keberangkatan gue baru bisa dimulai hari Selasa (8 Nov), karena Senin itu di Kuala Lumpur sedang libur nasional. Di hari itu, gue mendapat instruksi dari pihak AirAsiaIndonesia kalo gue harus milih sendiri jadwal penerbangan dari Jakarta ke Kuala Lumpur dan dilanjut ke Langkawi, pulang - pergi. Syarat berikutnya, gue harus berangkat Kamis (10 Nov) atau Jumat (11 Nov). Astaga !! Berarti gue cuma punya waktu 2 hari untuk mempersiapkan perjalanan gue, termasuk untuk akomodasi dan hal - hal yang pengen gue lakukan di sana.

Ini benar - benar tantangan. Apalagi gue harus melakukan semuanya bersamaan dengan mengerjakan tanggung jawab di pekerjaan kantor. Gue harus bagi - bagi waktu dan perhatian untuk menyelesaikan 2 hal ini. Tetap tenang, itu yang harus gue lakukan...tapi susah! Gue memang sering menyiapkan perjalanan secara mendadak, tapi ngga kayak sekarang. Kebiasaan gue adalah membeli tiket pesawat jauh - jauh hari dari tanggal keberangkatan...tapi kali ini, gue baru dapat konfirmasi penerbangan nyaris 24 jam sebelum keberangkatan ! Begitu juga konfirmasi mengenai hotel di Langkawi. Padahal, berhubung hotel hanya akan ditanggung untuk 1 malam, gue udah booking guest house lain melaluihostelbookers.com, untuk sisa harinya. Tapi jadwalnya ternyata ngga cocok. Ini akibat gue sibuk berasumsi sendiri, tanpa bertanya terlebih dahulu ke pihak AirAsia.

Jadi gue harus modifikasi reservasi penginapan. Gue sebut 'penginapan' karena ini kayaknya bukan masuk kategori hotel. Gue akan tinggal selama 2 malam di Zackry Guest House. Ini adalah tempat yang direkomendasikan oleh beberapa milis backpacker. Tapi yang paling bikin guest house ini menarik buat gue, karena harganya murah dan pemiliknya memelihara banyak anjing. Yippiieee....sangat menghibur, mengingat minggu ini gue tidak akan bisa ketemu sama temen - teman rottweiler yang gagah dan lucu : Kongo, Luna, Roxi, Sugar, Kaleng Regal, dan lainnya.

Akhirnya semua persiapan gue matang semalem. Gue udah dapat konfirmasi tiket pesawat, hotel, acara nonton Paintballnya, airport transfer, dll. Lega dan bisa bernafas lega. Mengatur perjalanan ke luar negeri, sendirian, 5 hari, hanya dalam 2 hari. Lagi...dan lagi...dan lagi....makasih Yesus !

Thursday, October 20, 2011

09 Oktober 2011 : Mari Pulang

Tiiiitttttt.....!!!

Alarm gue berbunyi tepat jam 6 pagi waktu Singapura. Gue langsung loncat dari ranjang nyaman dan mandi. Abis mandi, gue kembali rapihin dan siapin ransel. Setelah itu, langsung meninggalkan hostel, menuju bangunan utama The Hive di Jalan Serangoon, untuk sarapan gratis terakhir kalinya.

Sarapan terakhir gue ngga berbeda dengan kemarin : 4 lembar roti bakar super gosong. Setelah menyelesaikan sarapan, gue sempat baca beberapa majalah dulu di ruang makan...majalah backpacker Asia yang menarik banget buat gue. Keasyikan ngebaca, gue malah lupa waktu ! Gue langsung bergegas kembali ke hostel gue untuk ambil ransel dan segera ke Changi Airport.

Mulai dari hostel gue udah mulai khawatir kehabisan waktu. Flight Singapore - Jakartanya jam 10.20 pagi. Gue jadi super panik, kayaknya ngga punya cukup waktu untuk tiba di Changi. Gue berlari ke Boon Keng Station. Dari Boon Keng gue naik MRT menuju Outram Park Intersection. Disambung naik MRT ke tujuan Tanah Merah Station.

Tiba di Tanah Merah gue semakin panik. Waktu gue semakin menipis, sementara gue harus turun dan menunggu MRT berikutnya arah Changi. Gue kesal dengan momen - momen kayak gini. Dimana gue harus menunggu dengan panik, jantung berdetak kencang, banjir keringat...padahal kejadian kayak gini bisa gue antisipasi. Gue masih punya cukup waktu sebenarnya...tapi tadi pas sarapan gue keasyikan baca - baca majalah backpacker. Entah kenapa gue seperti tersihir untuk terus membaca dan membaca...membuka setiap halaman dengan santainya. Lihat hasilnya sekarang...rasanya pengen nangis sekencang - kencangnya. Hati gue ngga berhenti memohon - mohon ke Yesus, semoga gue ngga ketinggalan pesawat, dan harus mencari tiket pengganti untuk pulang ke Jakarta. Sesaat lalu alternatif ini sempat terpikir ama gue...mungkin waktu gue menunggu MRT di Tanah Merah tadi....tapi gue pikir, mencari tiket baru tujuan Jakarta, bisa jadi persoalan baru lagi. Aduhh...kejamnya bekpekeran !

MRT tujuan Changi pun tiba. Dengan terburu - buru gue naik. MRT tiba di Changi dan gue harus berlari sekuat tenaga untuk ke skytrain station yang akan mengantar gue ke terminal 1, Changi Airport. Luasnya Changi Airport, sempat jadi ketakutan gue. Karena gue ngga punya waktu untuk mencari - cari...apalagi kesasar ! Pembagian waktu gue saat ini dalam hitungan menit ! Sayangnya, gue sempat nyasar waktu mencari Skytrain stationnya...pake naek eskalator segala.

Untungnya begitu tiba di station, udah ada skytrain yang siap berangkat. Gue berlari sekencang - kencangnya....seakan - akan skytrain ini adalah penyelamat hidup gue ! Ngga beberapa lama, gue tiba di terminal 1 Changi Airport. Gue langsung menuju tempat check in Air Asia. Sebenarnya gue udah check in via web, tapi gue pengen ngelapor dulu. Petugas check in bilang gue udah terlalu lama telatnya. Dia mengijinkan gue boarding dengan catatan, kalo gue ketinggalan pesawat itu di luar tanggung jawabnya dia.

Abis itu gue melesat secepat angin menuju pintu pemeriksaan imigrasi. Makasih Yesus...karena gue ngga perlu antri. Lagi - lagi petugas imigrasi geleng - geleng kepala, dan sambil membolak - balikkan halaman passport gue, dia menggumamkan sesuatu mengenai betapa telatnya gue.

Selesai urusan imigrasi, gue kembali harus berlari...kali ini menuju Gate 24 ! Rasa cape yang gue rasain ini udah di titik maksimal, kombinasi antara kepanikan luar biasa dan aktivitas lari - lari yang tiada henti. Gate 24.....jauhnya, Yesus ! Gue cuma bisa berlari dan berlari....hati gue bergejolak...Yesus, tolong....semoga belum ditinggal pesawat....Mama, Cei super cape ! Haus....Yesus, AirAsia delay, please....Mama, ranselnya berat banget, kebanyakan bawa coklat...hiks !

Akhirnya gue tiba di Gate 24 ! Senangnya....rasanya pengen guling - guling di karpet untuk melepaskan kelegaan gue yang luar biasa. Gue langsung memasuki pesawat. Di pesawat gue baru sadar...baju gue udah nyaris setengah basah.

Kapok. Lain waktu gue harus bisa lebih cermat dan bijak mengatur waktu gue. Gue senang bekpekeran sendirian, tapi konsekuensinya ngga ada orang lain yang akan mengingatkan gue soal waktu dan hal lainnya. Perjalanan gue mulai dari Boon Keng Station sampai Terminal 1 Changi Airport bisa jadi sesuatu yang seru yang akan gue kenang suatu saat nanti, tapi itu adalah kejadian yang ngga boleh terulang lagi. Salah satu hal yang masih harus gue pelajari benar - benar adalah manejemen waktu. Gue boleh melakukan apapun semau gue...tapi jangan sampai hal itu jadi bumerang, yang malah bikin gue kerepotan luar biasa kayak yang terjadi hari ini.

Makasih Yesus...udah menyelamatkan gue dari tragedi ketinggalan pesawat.

Thursday, October 13, 2011

08 Oktober 2011 : Dari Yogurt Ke Chili Crab

Selamat pagi, The Hive ! Selamat pagi kamar sempit !

Gue bangun dengan semangat. Choi masih asyik tidur. Di king size bed gue liat ada 1 tamu lagi. Ternyata semalem udah ada 3 perempuan yang menempati kamar ini. Bagus deh...the more the merrier !

Gue langsung mandi, dan setelah itu menyiapkan secangkir teh hangat. The Hive menyediakan sarapan gratis, tapi bukan di sini, melainkan di bangunan utama di Serangoon Road. Walaupun begitu, di hostel ini juga selalu tersedia berbagai minuman hangat kayak kopi teh atau sekedar air putih. Lumayan....

Pagi itu gue berangkat sarapan ke bangunan utama The Hive ditemani Choi. Walaupun agak susah berkomunikasi dengan Choi, tapi gue senang karena dia orangnya menyenangkan. Pagi ini gue sarapan dengan 4 lembar roti bakar gosong, favorit gue. Kelar sarapan, gue dan Choi kembali ke hostel. Choi cerita kalo tamu yang tidur di king bed namanya Cho, asal Korea Selatan juga. Nanti malam mereka berdua pengen ke restoran Jumbo di Clark Quay untuk nyobain hidangan Chili Crab, yang menurut Choi sangat fenomenal. Masa sih ? Sepanjang sejarah bekpekeran, hidangan fenomenal buat gue paling McDonald. Choi dan Cho ngajakin gue untuk ikutan ke Jumbo.

Gue sambut undangan mereka dengan girang. Pagi ini kami bertiga punya rencana masing - masing, gue ke Bugis, Pasir Ris dan Orchard, Choi ke Little India dan Cho ke Botanical Garden. Tapi kami janjian di hostel sekitar jam 6 sore untuk berangkat bareng ke Clark Quay.

Gue meninggalkan hostel duluan. Hari ini sebenarnya jadwal gue akan agak padat. Dimulai dengan ke Bugis Street. Di Boon Keng station gue sempat top up Ez - Link Card dulu. Dari Boon Keng gue naik MRT menuju Dhobi Ghaut intersection, dilanjut naik MRT jalur North South (NS) Line tujuan City Hall intersection. Dari City Hall gue naik lagi MRT jalur East West (EW) Line dan berhenti di Bugis Station. Di dekat station gue sempat masuk ke minimarket untuk beli strawberi segar dan susu kopi.

Di Bugis Street gue membeli beberapa kaos khas Singapura. Gue sempat mampir di kios aksesoris rambut, dan beli jepitan topi kecil berwarna merah. Untuk siapa ? Untuk Samudra, kuda latihan gue. Gue emang suka iseng kalo lagi latihan. Kadang gue suka kuncir - kuncir atau kepang poninya yang gondrong...Berhubung gue selalu pake topi merah pas latihan, maka gue beliin topi merah juga buat Samudra...topi solidaritas, ceritanya. Setelah itu gue sempat berkeliling lihat - lihat Bugis Junction. Walaupun ngga niat belanja di sini, tapi gue pengen menghabiskan waktu sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke Pasir Ris.

Bosan di Bugis Junction, gue kembali ke Bugis Station. Gue melanjutkan perjalanan ke Pasir Ris. Ngapain kemari ? Gue pengen berkunjung ke rumah Zaiem. Zaiem adalah mantan siswa Singapore International School. Dia juga yang udah bikinin akun Facebook buat gue. Sekitar setahun yang lalu dia kembali ke negara asalnya, Singapura, dan melanjutkan sekolah di sini. Beberapa minggu sebelum berangkat ke Singapura gue udah janjian sama Zaiem untuk berkunjung ke rumahnya.

Zaiem udah membekali gue dengan alamat rumahnya, lengkap dengan peta lokasi. Tapi begitu gue tiba di Pasir Ris station, gue bingung harus berjalan ke arah mana. Gue tahu kalo gue harus mencari Pasir Ris Drive 3...tapi gue ngga ada lihat tanda - tanda jalan besar dengan nama itu. Gue berjalan terus menyusuri Pasir Ris Drive 1. Sampai tiba di Sunge Tampines, gue melihat peta yang ada di situ. Gue menyusuri jalan sepanjang pinggir Sunge Tampines, dan bertemu dengan 2 orang petugas berseragam. Gue nanya arah menuju Pasir Ris Drive 3. Menurut mereka gue salah ambil arah tadi sejak dari station. Seharusnya gue mengambil arah sebaliknya. Mereka menyarankan gue beberapa altenatif menuju alamat yang gue cari. Gue bertekad untuk tetap jalan kaki...walaupun kaki gue udah terlalu cape dan mulai lecet.

Bagi gue, cara terbaik untuk mempelajari jalan - jalan yang baru gue lalui adalah dengan jalan kaki, selama gue emang masih sanggup dan kuat. Salah satu manfaat gue rajin jalan kaki ke kantor khan supaya gue punya daya tahan untuk berjalan kaki jarak jauh...manfaat lainnya ? Bikin betis bengkak...dan kulit hitam legam serta dekil. Tapi kali ini emang rasanya lebih berat dibandingkan program Walk to Work gue sehari - hari, karena cuaca amat sangat panas. Pasir Ris sebenarnya tempat yang nyaman buat berjalan kaki. Sepi, tenang dan hijau. Hebatnya lagi, kayaknya kebanyakan warga di sini lebih memilih menggunakan sepeda sebagai alat transportasi...jadi di mana - mana banyak lahan parkir sepeda.

Akhirnya gue tiba di rumah Zaiem. Sayangnya, asisten rumah tangga keluarga Zaiem bilang kalo dia dirawat di rumah sakit mulai malam sebelumnya. Sedih. Bukan karena merasa sia - sia perjalanan panjang gue, tapi sedih karena tahu kalo Zaiem lagi sakit, bahkan sampai dirawat di rumah sakit. Gue sempat bermaksud membesuk Zaiem di rumah sakit tempat dia dirawat, sayangnya gue ngga tahu bagaimana caranya kesana.

Di halte bus gue sempat bertanya seorang calon penumpang, dan dia bilang rumah sakitnya masih jauh dari situ. Andaikan gue bisa menemukan fasilitas intenet saat ini, pasti gue akan langsung cari informasinya sendiri. Tapi ngga ada...dan daerah ini sepi amat, jadi ngga banyak orang yang gue tanyain. Selain itu gue juga ragu, apakah kunjungan gue nanti akan diijinkan oleh pihak rumah sakit. Gue khan ngga tahu kebijakan rumah sakit di sini, terlebih rumah sakit khusus anak - anak.

Akhirnya gue membatalkan niat untuk ke rumah sakit. Butuh beberapa saat buat gue bisa menerima keputusan sendiri. Ada kalanya bukan hasil akhirnya yang penting, tapi bagaimana proses gue berusaha mencapai sesuatu. Yang terpenting, gue sudah mewujudkan niat dan janji untuk berkunjung ke rumah Zaiem....walaupun ngga gampang... jauh...melelahkan...kesasar kemana - mana dulu...

Gue naik bus untuk kembali ke Pasir Ris station. Sebelum ke MRT stationnya gue mampir ke White Sand Shopping Center. Sekonyong - konyong gue bangkit dari rasa lelah bercampur sedih (karena gagal ketemu Zaiem), begitu ngeliat counter yogurt yang ramai pengunjung. Ternyata lagi ada acara bagai - bagi yogurt gratis. Gue, yang semangat luar biasa tiap kali tahu ada sesuatu yang gratisan, langsung mendekat dan ikutan antri. Akhirnya yogurt gratisan pun berhasil gue dapatkan. Lumayan...

Dari Pasir Ris station gue naik MRT sampai ke City Hall intersection. Dari City Hall dilanjut naik MRT arah North South (NS) Line dan turun di Orchard Station. Di Orchard, selain berniat untuk cari toko coklat kesukaan, gue juga berkeliling, keluar masuk mall yang berserakan di sini. Sekitar jam 4 sore gue mengambil langkah kembali ke The Hive.

Gue ada janji jam 6 sore sama Choi dan Cho untuk ke Clark Quay. Tapi berhubung rasa cape yang gue rasa udah seluas samudra, gue berharap sempat istirahat sejenak di kamar hostel nanti.

Tiba di The Hive gue langsung mandi, bikin teh, internetan ria, dan merebahkan badan di ranjang. Sayangnya gue ngerasa kurang nyaman, karena jam segini AC kamar masih dimatikan...jadi agak gerah. Sekitar jam 5 sore Choi datang, dan membawakan gue sekaleng Coca Cola dingin. Mantap.

Jam 6.30 sore gue dan Choi berangkat menuju Boon Keng Station. Rencananya kami berdua akan ketemu Cho di Clark Quay station.

Jam 7 malam, akhirnya gue, Choi dan Cho ketemu bertiga dan langsung menuju Jumbo restaurant, siap menyantap Chili Crab yang fenomenal. Sayangnya, kami ngga bisa langsung mendapatkan meja. Resepsionis bilang, kami mendapatkan giliran makan di Jumbo jam 10 malam !! Ternyata reservasi bisa dilakukan dengan menelepon terlebih dahulu...hal ini baru kami tahu belakangan, begitu ngebaca - baca lagi buku panduan wisata Singapuranya Choi !

Gue, Choi dan Cho pun bermaksud menghabiskan waktu menunggu di Marina Bay. Dari Clark Quay kami naik taksi sampai Marina Bay, dengan membayar ongkos sekitar SGD 6. Di Marina Bay, tepatnya di dekat patung Merlion, gue bertiga asyik ngobrol. Lucu juga. Walaupun bahasa selalu menjadi kendala, tapi ngga mengurangi keseruan obrolan 3 solo traveler ini. Terkadang mendadak mereka berdua ngobrol dalam bahasa Korea, "meninggalkan" gue yang cuma manggut - manggut karena ngga ngerti sama sekali. Gue serasa lagi nonton serial Korea di TV...walaupun gue bukan salah satu penggemarnya. Dengan susah payah, kami bertiga saling share soal urusan pribadi, mulai dari urusan pekerjaan, keluarga, dan segala macam impian masing - masing. Pokoknya gue sangat menikmati menghabiskan malam dengan kedua teman baru gue ini....kami bertiga sama - sama cewe yang senang berpetualang...seorang diri...mungkin ada kesamaan di antara kami yang bikin pertemanan cepat terjalin dalam waktu singkat.

Jam 9.30 malam, gue Choi dan Cho naek taksi untuk kembali ke Jumbo, Clark Quai. Di Jumbo, karena sudah lapar maksimal, kami langsung memesan Chili Crab. Berhubung harganya mahal, SGD 40 per kilogram, jadi kami hanya memesan 1 kilogram. Ternyata kekhawatiran soal mahalnya harga makanan di Jumbo, bukan cuma gue yang rasain, mereka juga. Jadi kami memesan menu berikutnya dengan ekstra hati - hati. Begitu Chili Crab dihidangkan di meja, gue bertiga langsung sigap menyerbu. Enak. Berikutnya datang pesanan sayur kangkung...trus udang goreng. Semua hidangan yang tersaji, dilahap habis ! Choi dan Cho fokus sama Chili Crab, sementara tugas gue menghabiskan kangkung dan udang. Begitu makanan habis tak tersisa, waktunya menyelesaikan urusan pembayaran. Total SGD 86. Astaga....gue bertiga kaget bukan main dan membuka dompet masing - masing dengan perasaan berat dan ngga percaya. Masing - masing kena SGD 30, sekaligus ongkos taksi pulang ke The Hive.

Dengan perut penuh dan dompet kosong, gue, Choi dan Cho pulang ke The Hive. Di hostel, setelah mandi gue ke ruang nonton, Choi menyusul. Cho langsung terlelap di King size bed yang super nyaman. Jam 12 lewat, gue masuk ke kamar. Ini malam terakhir gue tidur di The Hive. Seperti biasa, sebelum tidur gue akan membaca novel, kali ini gue bawa Pride and Prejudice. Bosan membaca, waktunya membiarkan pikiran gue menerawang. Semua hal yang gue lakukan hari ini seru dan menarik banget. Apalagi perjalanan ke Pasir Ris yang berbuah semangkuk yogurt gratisan.

Tiba - tiba mata gue tertuju ke kaos hitam yang gue gantung di pinggir ranjang, tepat di hadapan gue sekarang. Ini kaos kebanggaan. Udah 2 hari gue pake kaos itu, mulai dari Jakarta ! Kemarin ke Singapore Turf Club pun pake itu...trus tadi city tour pun pake itu juga. Kaos ini sudah mengalami banyak fase dalam 2 hari ini...fase dijemur sinar matahari yang menyengat...trus basah karena keringat gue yang membanjir...trus kering lagi ditiup angin....Kalo Mama tahu pasti dia ngamuk - ngamuk karena menurut Mama tingkat kejorokan gue udah di level memprihatinkan. Dan kalo dia tahu riwayat kaos kebanggaan gue ini selama di Singapura, kaos gue pasti bakal langsung turun kasta, jadi kain pel di rumah.

Tapi ini adalah hal kecil yang pengen gue lakukan...sesuatu yang ngga pernah bisa gue lakukan di Jakarta...di kehidupan normal dan teratur gue. Sementara saat ini anggap aja gue lagi menjalani hidup abnormal...hidup suka - suka, semau gue. Gue pengen melakukan sesuatu yang gak penting, tapi bikin hati puas. Selamat malam, Singapura....selamat malam kaos dekil...!

Tuesday, October 11, 2011

07 October 2011 : Selamat Pagi, Singapura !

Belum genap 3 bulan yang lalu gue ninggalin zona nyaman, Singapura, dan sekarang gue kembali lagi. Kembali buat liburan singkat, dengan harapan bisa menyegarkan pikiran dan fisik gue yang penat dan cape sama rutinitas hidup di Jakarta.

Pagi ini gue terlambat bangun. Entah kenapa...semalam kayaknya gue udah masang alarm di handphone, dan pagi ini alarmnya ngga bunyi. Gue terbangun jam 4.30 pagi. Mungkin karena kecapean. Malam sebelumnya, banyak kerjaan kantor yang harus gue selesaikan, itu pun dengan terburu - buru karena gue udah ditunggu keluarga yang jemput ke kantor, untuk makan malam ulang taunnya Ibet. Pulang dari acara makan - makan di daerah BSD, gue baru sempat packing. Karena udah terlalu mengantuk, gue packing seadanya, dan berharap ngga ada barang penting yang ketinggalan.


Berhubung telat, gue ketinggalan bus Damri pagi. Jadilah gue naik taksi dari Pancoran sampai Soeta Airport. Di airport, berhubung belum siapin uang tunai, gue harus ke ATM dulu, lapor ke petugas check in AirAsia, trus ke Imigrasi. Jalur Imigrasinya panjang dan padat. Gue nunggu dengan agak khawatir. Setelah itu gue melesat ke ruang boarding, dan ngga lama kemudian, jam 7.20 pagi pesawat berangkat.


Tiba di Changi airport, Singapura, gue langsung nyari fasilitas internet. Gue harus ngirim email, pesan atau kalo bisa chatting dengan team gue di kantor. Saking terburu - burunya semalem, gue lupa ninggalin pesan - pesan buat mereka semalem. Selesai urusan kordinasi kerjaan, gue melangkah dengan ringan. Mula - mula, gue naik skytrain (gratis) menuju Terminal 2 Changi Airport. Tiba di Terminal 2 gue lanjut naek MRT dari Changi Station ke Tanah Merah Station. Gue turun di sini karena gue bermaksud mengunjungi Changi Chapel and Museum. Dari station gue naik bus SBS Transit No. 2 tujuan Upper Changi Road North. Sesuai petunjuk yang gue dapatkan, seharusnya gue berhenti tepat di Changi Museum Bus Stop. Tapi karena gue dan kapten busnya sama - sama ragu, kapten menurunkan gue di Women's Prison. Dari situ, gue harus jalan kaki dengan jarak lumayan menuju museum.

Tiba di museum, bangunan pertama yang gue lihat adalah Changi Chapel. Suasanya tenang dan sepi. Gue sempat duduk - duduk di sini...untuk istirahat sekaligus menikmati bangunan chapel yang sederhana, dipenuhi pohon rindang, dan bersih. Abis itu gue masuk ke dalam museum, yang isinya banyak menggambarkan suasana masa pendudukan Jepang di Singapura.

Abis dari Changi Chapel and Museum, gue pun menuju hostel. Dari Changi, perjalanan yang harus gue tempuh lumayan panjang dan memakan waktu. Mula - mula gue naik bus SBS Transit No. 2 menuju Tanah Merah MRT Station. Tiba di Tanah Merah gue liat peta MRT untuk cari alternatif menuju Boon Keng MRT Station. Ada beberapa pilihan sebenarnya, tapi akhirnya gue milih untuk naek MRT sampai intersection Outram Park. Abis itu disambung naek MRT arah North East Line (NE) menuju Boon Keng Station. Gue ambil rute ini, karena gue cuma perlu berhenti di satu intesection. Gue terlalu cape dan pegal untuk turun - naek MRT dan transit di beberapa intersection.

Tiba di pintu keluar Boon Keng, dari kejauhan gue langsung bisa melihat bangunan The Hive Backpacker Hostel yang warnanya khas, hitam dan kuning. Kaki gue yang super lelah pun berjalan cepat menuju target. Jalan cepat yang selalu dikritik Mama tiap pagi saat ngantarin gue ke gerbang rumah, siap berangkat ke kantor. Mama bilang, sebentar lagi dia udah ngga akan punya tenaga untuk menyusul langkah gue yang kelewat panjang dan cepat.

Di The Hive gue disambut Ricky dan temannya. Proses check in cepat, gue membayar SGD 22 untuk female dorm room dan menerima kunci. Asyik, ngga perlu ada deposit untuk kunci dan lain - lainnya segala. Ricky, dengan membawa kunci gue, malah mengajak ke luar hostel. Gue bingung. Di luar dia menjelaskan kalo gue tidak akan tinggal di bangunan utama itu, karena sedang full. Gue akan dapat ranjang di bangunan lain yang letaknya di Lavender Street. Gue bingung, tapi cuma bisa nurut dan ngikutin Ricky yang akan mengantar gue ke sana.

Di hostel itu suasana sepi dan gelap. Gelap karena jam segini waktunya hemat listrik dengan mematikan lampu dan AC. Ricky mengantar ke kamar gue, yang berbentuk memanjang. Kamarnya berisi 2 bunk bed, dan 1 king size bed. Gue satu - satunya orang di kamar ini...tepatnya di hostel ini. Belum ada tamu lainnya. Ricky menghibur gue dengan bilang kalo biasanya nanti malam akan ada tamu - tamu baru yang akan tinggal di hostel ini juga. Sebenarnya gue ngga kecewa atau sedih....cuma takjub. Baru kali ini gue tinggal di bangunan hostel, dimana ngga ada orang lain di situ, termasuk reception desk.

Begitu Ricky meninggalkan hostel, gue memilih untuk beristirahat dan mandi. Asyik benar rasanya sendirian begini....serasa di rumah sendiri. Ngga ada suara bising atau hingar - bingar...ngga ada antri...tenang...sepi...Benar - benar nikmat liburan gue kali ini.

Sekitar jam 4, gue bersiap - siap untuk berangkat menuju Kranji. Ada apa di sana ? Gue mau nonton pacuan kuda di Singapore Turf Club. Tapi hujan menahan langkah gue, padahal jadwal pacuan pertama jam 6.20 sore. Untungnya gue ngga perlu menunggu terlalu lama. Saat ujan tinggal rintik - rintik, gue langsung kabur menuju Boon Keng Station, untuk naik MRT menuju Dhobi Ghaut Intersection. Dari situ gue sambung naek MRT North South (NS) Line dan turun di Kranji. Perjalanan cukup lama, karena gue harus melewati sekitar 15 station, dari Dhobi Ghaut ke Kranji.

Tiba di Kranji, gue disambut hujan luar biasa lebat. Beruntunglah gue, karena bangunan Singapore Turf Club hampir menyatu dengan station, jadi gue ngga perlu melewati hujan.

Tiba di loket tiket, gue langsung bertanya ke petugasnya, apakah gue boleh beli tiket untuk Gold Card Room. Dari informasi yang gue baca di webnya Singapore Turf Club, untuk kelas ini, pengunjung diharuskan berpakaian formal dan tanpa jeans belel. Sebenarnya, karena emang udah niat dari Jakarta untuk nonton pacuan kuda, gue bawa 1 baju gaun simple. Tapi tadi di hostel gue mendadak males pake baju feminin, dan milih pake celana panjang jeans. Menurut petugas loket, baju gue cukup layak untuk masuk ke Gold Card Room, dan gue pun membeli tiketnya seharga SGD 15.

Dengan tiket di tangan, gue melangkah menuju pintu masuk dengan hati girang. Nonton pacuan kuda di sini emang udah jadi salah satu target gue sejak di Jakarta. Maklum, sejak berlatih kuda, gue menyimpan rasa penasaran untuk bisa nonton pacuan kuda secara langsung. Kalo ditarik mundur, awal gue penasaran berlatih kuda bermula sejak gue nonton film The Secretariat. Film berdasar kisah nyata tentang kuda pacu bernama Secretariat. Gue pengen merasakan langsung euforia pacuan kuda di sini. Walaupun ngga ada kuda atau jockey yang gue kenal.

Begitu masuk ke dalam, ruang yang gue masukin adalah
Public Grandstand Level 1. Ramai banget ternyata, sama pengunjung yang 99.99% laki - laki semua. Mereka datang untuk bertaruh. Riuh dan ramai suasana di sini. Gue pun naek eskalator menuju level 2. Gue harus melewati Public Grandstand lainnya, tapi dilengkapi AC, sebelum tiba di Gold Card Room.

Gold Card Room ngga terlalu penuh...tapi isinya masih sama, pengunjung yang hampir semuanya laki - laki yang sibuk mengatur taruhan masing - masing. Pacuan pertama ditunda selama 30 menit karena hujan. Gue mengisi waktu dengan makan malam. Di sini ada mini restoran yang menyediakan makanan variatif seharga SGD 4. Dengan harga segini, pengunjung boleh menikmati nasi dengan 3 menu berbeda, sesuai pilihan masing - masing.

Pacuan pun satu per satu dimulai. Sepanjang acara, gue takjub dengan mata terbelalak. Gue selalu kagum dengan nyali dan stamina jockey dalam mengendalikan kuda masing - masing, dengan kecepatan lari yang luar biasa cepat....dan posisi badan menungging pula !

Gue sempat turun lagi ke Public Grandstand Level 1. Kayaknya lebih nikmat nonton dari sini, karena tanpa batas kaca segala. Lagian gue mau liat kudanya secara langsung saat didisplay, sebelum pacuan dimulai. Tapi gue terlalu lama di sini. Selain karena padat dan gerah, karena ngga dilengkapi dengan AC, jumlah perempuan di sini kayaknya bisa dihitung pake jari. Itu pun bukan penonton, kayak gue, melainkan penjual makanan di area taruhan. Gue kembali ke Gold Card Room. Sayangnya gue ngga bisa tinggal di Singapore Turf Club sampai pacuan terakhir.

Jam 9 malam gue meninggalkan Gold Card Room. Gue harus pulang sekarang karena khawatir kehabisan MRT untuk pulang ke hostel. Gue pun naek MRT untuk kembali ke Boon Keng Station.

Gue tiba di hostel sekitar jam 10 malam lewat. Hostel masih tak berpenghuni, tapi lampu dan AC di ruang tamu udah dinyalain, walaupun tetap remang - remang.
Kelar mandi gue langsung berinternetan ria sambil menikmati secangkir teh hangat. Abis itu gue ke ruang nonton, dan saat itulah Ricky datang bersama seorang tamu perempuan. Horeee! Akhirnya malam ini gue ngga akan tidur sendirian di hostel itu. Choi nama tamu yang baru yang asal Korea Selatan itu. Dia tidur di kamar yang sama dengan gue, ranjang kami bersebelahan. Di kamar gue sempat ngobrol sama Choi, walaupun dengan kesulitan tingkat tinggi. Choi ngga gitu ngerti bahasa Inggris. Tapi ngga apa - apa, gue tetap senang karena akhirnya ada teman sekamar malam ini.

Selesai ngobrol sama Choi gue pun merebahkan badan gue di ranjang. Pikiran gue asyik menerawang mengingat pacuan kuda yang gue tonton hari ini. Andaikan gue bisa jadi jockey...tapi hampir mustahil kayaknya, dimulai dari masalah fisik. Gue terlalu gendut dan tinggi untuk jadi jockey kayaknya. Kata pelatih kuda gue, berat badan seorang jockey ngga boleh lebih dari 50 kg. Kapan berat badan gue pernah 50 kg ? Mungkin waktu gue SD ? atau SMP ? Belum lagi masalah nyali dan kemampuan berkuda yang dituntut dari seorang jockey. Gue ingat, setiap gue menunggang Samudra yang sedang berlari, dalam hati gue akan menjerit..."Mamaaaaaaaa!!!"

Friday, September 16, 2011

Selamat Tinggal, Kuala Lumpur !

Senin, 8 Agustus 2011

Bus Transnational yang gue tumpangi akhirnya tiba di Terminal Bersepadu Selatan, Kuala Lumpur sekitar jam 1.30 pagi. Mata gue yang sebenarnya masih mengantuk, terbelalak ngelihat terminalnya yang menurut gue, super megah. Ini memang baru pertama kalinya gue menginjakkan kaki di terminal yang beroperasi sejak 2010 ini. Ketakutan dan keraguan gue mendadak lenyap. Awalnya sejak dari Singapura gue menyimpan rasa ngeri ngebayangin musti bermalam sendirian di terminal bus. Terminal bus, gitu lhooo! Tapi di luar dugaan, terminalnya keren banget...! Megah, bersih, fasilitas lengkap, dan semoga aman Smiley !

Gue langsung mencari tempat untuk merebahkan badan lelah dan ngantuk gue. Sederet bangku isi lima langsung gue 'booking'. Ransel berganti menjadi bantal darurat...kain Bali ungu kesayangan berubah menjadi selimut...dan kaos kaki langsung menjalankan fungsinya menghangatkan kaki gue....Entah karena kondisi terminal yang sepi, atau karena terminalnya masih baru, jadi semua fasilitasnya masih berfungsi maksimal, AC di dalam terminal dingin luar biasa !

Terminalnya ngga terlalu sepi, ada beberapa orang lainnya menumpang tidur di sini. Gue sempat membaca beberapa lembar novel The Pilgrimage, dan akhirnya tertidur....Gue sempat terbangun karena kedinginan. Gue langsung ambil kaos bekas dari ransel, berharap menambah sedikit kehangatan di badan.

Jam 5 tepat alarm gue berbunyi. Waktunya bersiap - siap menuju LCCT. Gue langsung merapikan ransel dan peralatan mandi, trus mencari toilet di dalam terminal. Di dalam toilet, gue sempat mengganti kaos dan cuci muka. Sebenarnya gue pengen mandi, tapi ngga ada kamar mandi di sini. Setelah berganti kaos dan bersih - bersih, gue langsung berlari keluar dari area utama terminal. Gue pun berlari ke Bandara Tasik Selatan - LRT Station.

Gue takjub banget sama Terminal Bersepadu Selatan. Terminal paket komplit. Jadi, di dalam satu lokasi terdapat berbagai stasiun yang saling teritegrasi. Di sini ada terminal bus, LRT station, KTM Station, dan Express Rail Link (ERL) KLIA Transit Station. Kereeennn !! Salut sama Pemerintah Malaysia yang giat dan semangat banget ngebangun infrastuktur transportasinya.

Begitu tiba di Bandara Tasik Selatan - LRT Station, udah ada beberapa calon penumpang lainnya mulai menunggu kedatangan LRT. Rencana awal gue adalah naek LRT sampai ke KL Sentral, trus dari situ gue akan naek Sky Bus menuju LCCT. Tapi setelah gue pertimbangkan, kayaknya rute itu ngga praktis, karena boros waktu. Gue pun batal naek LRT, dan meninggalkan Bandara Tasik Selatan - LRT Station.

Sambil berlari dengan segera gue memutuskan untuk mencoba naek KLIA Transit, karena seingat gue ada rute langsung dari Terminal Bersepadu Selatan ke KLIA (Kuala Lumpur International Airport), berarti lebih menghemat waktu dan uang gue. Walaupun masih pagi dan langit gelap, tapi gue udah cukup berkeringat karena harus berlari kesana - kemari....naik - turun tangga...dengan ransel lumayan berat di punggung Smiley. Tiba di ERL Station, gue langsung ke loket dan membeli tiket tujuan KLIA. Tiketnya seharga RM 10.80.

Setelah menunggu beberapa waktu, KLIA Transit pun tiba. Begitu masuk, gue kembali dibikin takjub. Eksklusif dan nyaman banget ! Station yang harus gue lewati adalah Putrajaya Station dan berhenti di Salak Tinggi Station. Tiba di Salak Tinggi Station, udah ada shuttle bus yang stand by, siap mengantar penumpang KLIA transit menuju LCCT. Busnya ngga kalah eksklusif, dan tiketnya sudah termasuk dalam ongkos KLIA Transit yang gue beli seharga RM 10.80 tadi. Yesus, makasih karena bekpeker gembel seperti gue bisa menikmati fasilitas VIP kayak begini.

Gue tiba di LCCT sekitar jam 8 pagi, dan Airasia yang akan mengantar gue kembali ke Jakarta akan berangkat jam 9.50 pagi. Berhubung udah check in sejak dari Jakarta, ngga banyak proses yang harus gue lakukan. Begitu gue tiba di ruang tunggu LCCT, tiba - tiba gue teringat sama kaos dan kain Bali ungu kesayangan gue. Dimana mereka ????? Gue langsung membongkar ransel dan ngga menemukan barang - barang favorit gue itu. Panik...berpikir...berpikir....astaga, ketinggalan di toilet Terminal Bersepadu Selatan !! Ahh...sebal ! Kenapa gue ceroboh banget meninggalkan barang - barang...serasa gue ganti baju di toilet pribadi ! Gue kesal sama diri sendiri...karena kecerobohan yang sangat ngga penting ini, gue meninggalkan 'teman - teman' terbaik yang selalu menjadi partner bekpekeran gue. Apalagi kain Bali ungu kesayangan yang selalu ikut kemana pun gue pergi selama ini, dan sangat multi fungsi. Pernah jadi rok di saat gue kehabisan celana, jadi selimut di tidur gue yang kedinginan, jadi alas bantal yang menampung iler gue di kala tidur, jadi tutup kepala kalo gue kepanasan disengat sinar matahari, jadi syal kalo gue pengen sedikit gaya....pokoknya kain gue itu bisa jadi segala - galanya...Smiley!

Seakan - akan jadi ada ikatan emosi antara gue dan kain Bali kesayangan gue itu....yang sekarang mungkin masih tergantung tak berdaya di pintu toilet, siap untuk dibuang oleh petugas kebersihan yang pertama kali ngelihat. Sekali lagi...sebal Smiley! Seharusnya pengalaman sebagai solo traveler mengajarkan gue untuk selalu waspada dan menjaga barang - barang gue dengan hati - hati. Tapi kali ini, kain yang biasa gue lingkarkan di leher aja bisa seenaknya gue tinggalkan.

Panggilan untuk penerbangan QZ 7691 pun terdengar. Gue bangkit dan berjalan mendekati pesawat. Gue lupakan sejenak 'tragedi' kain Bali kesayangan. Gue belajar untuk ikhlas secepat kilat. Ngga boleh berlama - lama menyesal dan menyalahkan diri sendiri. Di samping kehilangan itu, ada jutaan hal lainnya yang harus gue syukuri, yaitu liburan yang menyenangkan ini. Seru dan spontan Smiley. Banyak hal - hal yang 'ngga biasa' yang gue lakukan di liburan singkat kali ini. Salah satunya, mengijinkan diri gue untuk berbelanja. Tapi bukan itu kesenangan utama yang gue cari....hal yang cuma bisa gue dapat pas bekpekeran adalah keasyikan menjadi sendirian, menjauh dari tempat dan hal - hal nyaman yang gue rasakan selama ini, dan membebaskan kaki gue melangkah kemana pun hati gue mau. Makasih Yesus !

Friday, September 09, 2011

Pencarian Jalan Lavender

Minggu, 07 Agustus 2011

Hari ketiga di Singapura. Hujan mulai mengguyur sejak gue bangun dan menemani waktu sarapan Smiley. Seperti biasa, 6 lembar roti bakar gosong ditambah secangkir teh hangat jadi modal tenaga hari ini. Hari ini gue sarapan dengan santai, karena emang belum punya target lokasi yang pengen dikunjungi.

Sejak gue di masih di Kuala Lumpur, sebenarnya gue udah menyusun rencana kembali dari Singapura dengan dari Queen Street menuju Johor Baru dilanjut ke Kuala Lumpur, sama dengan cara yang gue tempuh dari Kuala Lumpur menuju Singapura. Tapi rencana ini mendadak berubah Smiley...tekad untuk melakukan segala sesuatu secara spontan mendorong gue untuk mengubah rencana. Gue ngga jadi naek bus dari Queen Street, tapi dari Lavender Street. Bus incaran gue adalah bus malam Transnational. Sejak 2009 gue tahu bahwa untuk tujuan Johor Baru bisa naek bus dari Lavender Street, dan kali ini target gue adalah menemukan lokasi Lavender Street itu.

Kelar sarapan, gue sempat berkenalan dengan dua orang tamu Indonesia di ABC, namanya Lia dan Rere. Mereka rencananya juga akan kembali ke Jakarta siang nanti, dengan pesawat langsung dari Changi Airport. Sambil mengisi waktu sampai keberangkatan ke Changi Airport, mereka ngajakin jalan - jalan ke Bugis Street. Baiklah...gue ikut aja...Di Bugis Junction, saat mereka sedang asyik lihat - lihat counter kosmetik, mata gue tertuju ke counter Swatch. Hati gue bergejolak, pengen lihat - lihat isinya Smiley. Tapi gue membatalkan niat, takut malah tergoda. Gue udah lama banget pengen punya jam Swatch...tiap kali dapat bonus dari kantor, gue selalu menimbang - nimbang untuk membelikan diri sendiri sebuah jam Swatch. Tapi bagian diri gue yang galak penuh perhitungan selalu melarang Smiley....alasannya karena gue masih punya jam dalam kondisi prima...yang gue beli sejak 2004 !! Udah jadi peraturan tak tertulis buat diri sendiri, kalo gue ngga boleh beli barang baru sebelum barang yang gue miliki rusak parah dan ngga bisa dipakai lagi.

Puas berkeliling di Bugis Junction, gue bertiga menyeberang ke Bugis Street. Lia dan Rere asyik melihat - lihat toko yang menjual produk kaos. Sementara gue tertarik untuk lihat - lihat toko sepatu di dekatnya. Cuma ada satu sepatu yang bikin mata gue susah untuk berpaling, sepatu bot selutut. Gue langsung berhayal, bisa menunggang Samudra dengan sepatu bot yang lumayan keren itu Smiley. Cuma khayalan doang tapinya....karena harganya mahal.

Karena keasyikan mengkhayalkan sepatu boot, gue ditinggal sama Lia dan Rere yang udah meninggalkan toko kaos. Ngga apa - apa.... gue udah terlalu sering melihat - lihat Bugis Street dan bosan. Akhirnya gue kembali ke Bugis Junction....dan ke counter Swatch! Dalam waktu 5 menit, gue langsung suka sama salah satu produk jamnya yang menurut gue imut. Gue mau beli !! Tapi berhubung uang yang ada di dompet tidak mencukupi, gue langsung berlari mencari mesin ATM, dan kembali ke counter Swatch. Sejak masuk counter, melihat - lihat, suka, mencari mesin ATM, menarik sejumlah uang dan berlari girang kembali ke counter Swatch, gue berusaha keras untuk tidak mempedulikan kata hati yang bergema - gema, melarang untuk belanja Smiley. Dan traksaksi pun terjadi...beberapa lembar Dollar Singapura tertukar dengan sebuah jam Swatch imut warna kombinasi bening dan merah. Lucu dan imut. Horeeee Smiley !!!

Puas dengan jam baru di dalam tas, langkah gue menuju Lavender MRT Station jadi ringan. Tiba di Lavendar, gue malah kebingungan mencari bus station...bahkan ngga berhasil menemukan Lavender Street. Setelah beberapa kali kesasar, bolak - balik, bertanya ke sana - kemari, tibalah gue di perhentian bus di Lavender Street Smiley. Tempatnya cuma berupa lapangan luas di mana ada beberapa bus besar parkir. Sepi.

Gue langsung membeli tiket Transnational tujuan Terminal Bersepadu Selatan, Kuala Lumpur, untuk keberangkatan jam 8 malam. Harga tiketnya SGD 32.35. Inilah salah satu kedahsyatan rasa penasaran gue. Walaupun gue sangat tahu, bahwa kalo naek bus dari Queen Street menuju Johor Baru, dilanjut naek bus Transnational dari Johor Baru tujuan Kuala Lumpur, harga tiketnya adalah RM 32, tapi gue berkeras untuk berangkat dari Lavender Street, yang harga tiketnya jauh lebih mahal, SGD 32.35. Padahal bus Transnational yang akan gue tumpangi, nantinya juga akan transit di Terminal Johor Baru untuk mengangkut penumpang.

Itu semua karena gue bertekad untuk ngerasain naek bus dari Lavender Street....cuma sekedar mengobati rasa penasaran aja. Dengan tiket di tangan dan wajah berseri - seri girang Smiley...cuma karena gue berhasil menemukan perhentian bus Lavender Street...ngga penting sebenarnya...gue pun kembali ke Bugis. Tiba di Bugis, gue mampir di Burger King untuk makan siang. Makan siang jam 4 sore....tragisnya, karena gue kehabisan uang, gue cuma sanggup membeli burger tanpa minum ! Sebenarnya gue masih menyisakan sejumlah receh SGD, tapi gue simpan di ransel.

Selesai makan, gue kembali ke ABC. Berhubung tadi pagi udah check out, gue ngga bisa mengisi waktu dengan tiduran di kamar. Ransel udah gue taruh di tempat penyimpanan sejak kelar sarapan tadi. Gue menyempatkan diri untuk mandi, dan menghabiskan sisa waktu dengan berinternetan ria Smiley.

Tepat jam 6.30 sore, gue meninggalkan ABC. ABC cuma sekedar tempat tidur buat gue...tidak ada kehangatan atau persahabatan bisa terjalin di sini Smiley. Tidak ada ruang yang memungkinkan para tamu untuk saling berinteraksi. Jadi melangkah keluar meninggalkan ABC bukan sesuatu yang berat untuk dilakukan.

Gue tiba di Lavendar Station terlalu cepat...sekitar jam 7. Untuk mengisi waktu gue bolak - balik di foodcourt yang ada di komplek V Hotel, tepat di atas Lavender MRT Station. Dengan beberapa SGD yang gue punya, gue membeli sedikit roti untuk bekal di dalam bus. Perjalanan kali ini pasti bakalan seru Smiley, karena gue akan menghabiskan malam di bus, dan akan tiba di Kuala Lumpur jam 2 pagi. Rencananya gue akan tidur di Terminal Bersepadu Selatan. Kalau Mama tahu soal ini, pasti dia akan histeris di Jakarta dan ngga akan bisa tidur sepanjang malam..ngebayangin anak perempuannya yang agak preman...naik bus malam....dengan uang recehan tersisa...kue seadanya buat makan malam...dan akan tidur di terminal bus...di negara orang ! Padahal setiap kali gue tidur di Bandara Soeta aja udah bikin Mama uring - uringan. Gue sempatkan untuk mengirim sms ke Mama, "Ma, cei bentar lagi berangkat ke Kuala Lumpur naek bus." Dan Mama ngebalas :"Hati - hati, ntar kalo udah nyampe kasih tau Mama". Pastinya gue ngga akan kasih tau...Mama bakalan stres mikirin gue sampai di terminal antah - berantah jam 2 pagi ! Smiley

Gue pun mulai berjalan santai menuju lokasi perhentian bus. Ternyata dari sini cuma ada 2 penumpang yang berangkat, gue dan seorang lelaki bule. Saat bus berhenti di Terminal Johor Baru, akhirnya bangku - bangku kosong pun mulai terisi. Perjalanan dilanjutkan menuju Kuala Lumpur.

Bus berhenti sekali di sebuah tempat peristirahatan. Lumayan untuk bisa bisa berdiri meluruskan badan, dan menghirup udara segar. Perjalanan panjang dimulai lagi, dan gue pun tertidur dengan dengan nyenyaknya Smiley.

Smiley