I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Saturday, May 26, 2012

Mengeksplorasi Keindahan Beng Mealea


Akhirnya bisa kembali ke Siem Reap. Tepatnya 13 bulan setelah kunjungan pertama gue ke kota ini. Sewaktu gue meninggalkan Siem Reap tahun 2011, rasanya berat bukan main. Kota ini punya pesona luar biasa,dan gue berdoa pada Yesus agar diijinkan kembali ke sini. Dan gue pun kembali...

Ada beberapa hal yang berubah dari Siem Reap sejak kunjungan terakhir gue. Kali ini ngga ada Mr. Sambo yang menjemput di airport dan menemani gue berpetualang...ngga ada lagi toko roti kesayangan gue, Luck Bakery, yang selalu gue datangi setiap jam 7 malam karena memberikan diskon 50%...Perubahan pun datang dari gue pribadi. Kali ini gue ngga lagi mengandalkan KFC sebagai makan malam. Gue terbuka untuk nyobain makanan lokal di sepanjang Pub Street.

Hal - hal lain belum berubah. Penduduk lokal yang tetap ramah dan bersahabat, dengan sapaan khas,"Good morning/afternoon/evening, lady...How are you ? Where are you from ?" Juga, keindahan Angkor yang tetap bikin gue terpesona dan selalu pengen kembali ke kota ini. Namun dalam kunjungan ke Siem Reap kali ini, hati gue tertinggal dan melekat kuat di temple yang baru pertama kali gue kunjungi, Beng Mealea.Gue berkunjung ke Beng Mealea di hari Minggu (20 Mei 2012), yang diawali dengan perasaan ragu - ragu. Selain jaraknya jauh, ongkos tuktuk menuju ke sana juga lumayan mahal. Golden Temple Villa sendiri menawarkan harga USD 28 untuk ongkos tuktuknya. Gue pun bernegosiasi dengan Veng, dan akhirnya mendapat harga spesial : USD 22. Sejak dari airport, Veng adalah sopir tuktuk andalan yang dikirim The Siem Reap Hostel untuk menjemput gue. Dia gesit, ramah dan cukup lancar berbahasa Inggris.

Beng Mealea, yang berarti kolam teratai, dibangun dipertengahan abad ke 12. Jaraknya 70 km dari Siem Reap, yang berarti sekitar 2 jam perjalanan naik tuktuk. Untuk memasuki kawasan temple, pengunjung harus membeli tiket seharga USD 5. Tiket terusan Angkor sendiri ngga bisa digunakan disini.

Sejak tiba di depan gerbang utamanya, ngga ada hal lain yang gue lakukan selain mengaguminya dan terheran - heran dengan kondisi temple. Kawasan temple sepi pengunjung. Mungkin wisatawan yang datang ke Siem Reap lebih tertarik dan fokus untuk mengeksplorasi Angkor. Entahlah...yang jelas gue sangat menikmati suasana sepi temple ini. Bangunannya tidak direstorasi seperti temple - temple yang banyak gue temui di Angkor. Kondisi temple dibiarkan 'berantakan' dengan bebatuan yang tadinya elemen pendiri temple, dan telah runtuh.

Gue hanya bisa mengeksplorasi temple dengan bersusah payah menyusuri hamparan bebatuan berukuran besar. Awalnya gue ngeri karena kondisi temple yang terkesan misterius dan mistis, terlebih karena pohon - pohon raksasa mendominasi dan menguasai temple, dengan akar - akarnya yang menjalar ke segala arah, seakan - akan mencengkeram setiap tembok yang dilaluinya.  Kesannya dramatis banget.


 
 
Baru beberapa saat, gue kelelahan. Lelah karena harus menjelajah bangunan temple yang sangat luas, di bawah teriknya sinar matahari siang itu, dan tanpa berbekal air minum. Namun kelelahan gue dengan ajaibnya berubah menjadi antusiasme menjelajah temple, walaupun itu berarti gue harus melompat, memanjat, dan merayapi hamparan bebatuan di temple ini.

Setelah selesai menjelajah seluruh area temple, gue kembali ke sisi gerbang utama. Kelelahan dan kengerian gue di awal kunjungan berubah seketika. Area ini menjadi tempat bermain yang mengasyikan buat gue. Temple ini seakan - akan menyentuh sisi lain diri gue, dan memberikan kebebasan seluas - luasnya untuk menyalurkan energi gue. Mama selalu bilang gue ngga pernah merasa cape. Biasanya kata - kata itu Mama ucapkan dalam keadaan kesal dan marah karena menurutnya gue gak memberikan kesempatan pada diri sendiri untuk beristirahat. Mama bilang energi dan tingkat kenekatan gue terkadang melebihi laki - laki sekalipun.

Gue membayangkan andaikan Mama ada di Beng Mealea saat itu, pasti Mama akan melihat gue yang sangat bahagia....dan bisa meloncat serta memanjat ke sana kemari di tempat menakjubkan seperti ini, adalah hal yang luar biasa untuk gue...ngga peduli dengan keringat yang membasahi sekujur tubuh, dan kulit yang semakin menggelap dibakar sinar matahari. Semuanya sepadan dengan apa yang bisa gue nikmati di Beng Mealea ini. Sebagian hati gue tertinggal di temple ini. Di setiap bebatuan raksasa...di setiap tembok - temboknya yang kokoh...dan di setiap pepohonan yang memberikan keindahan tersendiri pada temple ini. Seluruh elemen yang ada disini membentuk sebuah harmoni yang sanggup menyihir pengunjung yang melihatnya.

Sore itu gue meninggalkan Beng Mealea dengan perasaan berbeda. Sebelumnya gue sudah memutuskan, kunjungan ke Siem Reap kali ini adalah yang terakhir, tapi Beng Mealea membuat gue menarik kembali keputusan gue itu. Gue harus kembali ke sini suatu saat nanti. Gue harus kembali ke temple yang bukan sekedar gue kagumi, melainkan memberikan rasa damai, bahagia dan puas untuk gue.


Kalau Yesus mengijinkan, gue akan kembali ke Beng Mealea.

Tuesday, May 15, 2012

Selamat Jalan, Mr. Sambo

 
 
Keberangkatan gue besok menuju Siem Reap diisi dengan berita sedih. Gue baru menerima balasan email dari pihak Golden Temple Villa, tempat gue menginap di Siem Reap tahun lalu, mengabarkan bahwa Mr. Sambo, supir tuktuk yang selalu menemani gue berkeliling Siem Reap, ternyata telah meninggal dunia, bulan yang lalu.

Berita yang sangat mengagetkan, terlebih di saat gue sibuk mencari cara menghubungi Mr. Sambo lagi, supaya beliau bisa menjadi supir tuktuk sekaligus teman andalan gue lagi dalam trip kali ini. Tahun lalu, Mr. Sambo sempat memberikan kartu namanya supaya gue bisa menghubungi beliau kalau berkunjung ke Siem Reap lagi. Beberapa hari terakhir gue sudah mencoba mencari kartu nama Mr. Sambo, tapi ngga menemukan. Siang tadi akhirnya gue memutuskan untuk mengirim email ke pihak Golden Temple Villa, untuk menanyakan nomor telepon Mr. Sambo. Sebenarnya awalnya gue agak ragu akan mendapatkan tanggapan, berhubung kali ini gue tidak akan menginap di Golden Temple Villa. Tapi ternyata, gue justru menerima berita menyedihkan.

Gue ngga akan lupa kebaikan Mr. Sambo selama gue di sana. Beliau adalah partner perjalanan yang sangat menyenangkan. Mr. Sambo adalah bagian dari cerita perjalanan gue ke Siem Reap tahun 2011 yang lalu, yang semuanya berjalan dengan indah dan berkesan. Mr. Sambo, tuktuk merahnya, dan sikapnya yang sangat ramah dan baik. Sosok yang ngga mungkin gue lupakan, sampai kapan pun. 

Gue akan selalu ingat orang - orang yang gue temui dalam perjalanan bekpekeran gue. Terlebih orang - orang yang memberikan keramahan dan kebaikan nan tulus, di saat gue berada jauh di negeri orang, sendirian. Orang - orang yang selalu gue sebut sebagai 'malaikat' yang dikirim Yesus untuk menemani kesendirian gue dalam berpetualang. Dan Mr. Sambo salah satunya. Sosok yang memiliki kesabaran di atas rata - rata, karena bisa menemani gue dan meladeni apapun permintaan gue. Meskipun sulit karena kendala komunikasi...atau karena keinginan gue yang diluar batas wajar...
 
Bahkan Mr. Sambo adalah salah satu yang paling spesial. Dan berita kepergiannya meninggalkan kesedihan di hati gue..Kali ini ngga ada lagi yang menyambut gue di airport dengan senyum tulusnya seraya membawa kertas bertuliskan "Welcome, Cherry Sitanggang"...ngga ada lagi Mr. Sambo yang akan setia mengantar gue sepanjang hari, bahkan dari matahari baru terbit, sampai awan malam menyelimuti langit. Mr. Sambo sudah kembali ke pangkuan Sang Pencipta. Beristirahatlah dengan tenang, Mr. Sambo...Maaf karena tidak sempat ada ucapan selamat jalan sempat terucap menjelang kepergian Mr. Sambo. Gue akan selalu mengenang Mr. Sambo sebagai sahabat jauh gue, yang akan selalu tersenyum ramah dan menawarkan kebaikan hatinya yang tulus kepada siapapun.