I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Sunday, October 30, 2016

Danau Cantik Bekas Tambang Jayamix


 29 Oktober 2016.

Alkisah, rasa penasaran untuk mengeksplorasi keindahan Parung, Bogor,  yang tersembunyi, membawa gue ke lokasi antah - berantah yang sangat asing dan menurut gue cukup terpencil, yaitu Danau Jayamix. Secara administratif, danau ini terletak di Kampung Nunggaherang, Desa Tegallega, Kecamatan Cigudeg, Bogor. Tapi untuk mencari lokasinya, ternyata luar biasa susah dan menantang,  seakan-akan lokasi ini ngga pernah ada di peta mana pun. 

Gue dan Ony memulai perjalanan dari rumah tepat tengah hari. Dan seperti kebiasaan, gue ngga ngerti sama sekali di mana lokasinya. Ketika mencari informasinya di Google, kesan yang gue dapatkan, lokasinya super jauh dan susah dijangkau. Arahnya sama ketika menuju Gunung Munara...tapi kalau Danau Jayamix masih jaaauuuhhh lagi! Padahal Gunung Munara yang berlokasi di Rumpin aja menurut gue udah jauh banget...ternyata Danau Jayamix lebih jauh lagi. Sebenarnya 'kesan' seperti itu ngga bikin gue ragu untuk melangkah ke suatu tempat. Rasa penasaran gue akan mengalahkan segala - galanya. Yang bikin ragu tuh karena ketika gue beberapa waktu lalu berkunjung ke Gunung Munara dan sempat mengobrol dengan beberapa warga lokal, gue mendapat informasi bahwa lokasi Danau Jayamix ini sudah ditutup untuk umum. Alasannya bikin ngeri....karena sering ada pengunjung yang jatuh ke dalam danau. Woww...! Serem sih...tapi justru menambah kadar penasaran gue.  

Ternyata benar adanya...untuk mencapai lokasi Danau Jayamix luar biasa jauh dan membingungkan. Setelah pertigaan Rumpin, gue dan Ony mulai 'rajin' bertanya ke warga sekitar mengenai arah ke Danau Jayamix. Tantangannya tuh bukan cuma karena lokasinya jauh dan susah dicari, tapi ruas jalan ke arah sana yang rusak dan memprihatinkan banget kondisinya. Dan pengguna jalan harus membiasakan diri untuk berbagi jalan dengan truk - truk proyek galian yang merupakan kendaraan yang paling banyak melintas di kawasan itu. Gue dan Ony sempat tersesat karena mendapat informasi yang salah dari seorang warga. Trus, ketika bertanya ke salah seorang warga, justru informasi si remaja ini nyaris bikin gue putus asa....lokasinya masih jauuuuhhhhhh banget, dan kayaknya kawasan Danau Jayamix sudah ditutup alias ngga bisa dikunjungi lagi, begitu katanya. Untungnya Ony ngga terpengaruh dan tetap semangat plus bertekad untuk mencari lokasinya, meskipun saat itu gue berdua udah sangat kelelahan, tersesat dan rintik hujan mulai turun.

Singkatnya, setelah bertanya kesana kemari ke warga lokal sampai tak terhitung berapa kali banyaknya, gue tiba di kawasan yang kayaknya masih aktif digunakan sebagai area penambangan batu - batuan. Hati gue mulai deg - degan....moment of truth nih....Gue harus menyiapkan mental jika nanti ditolak memasuki area Danau Jayamix. Tunggu...revisi...gue ngga siap....pokoknya, apapun yang terjadi, gue harus bisa mencapai dan melihat Danau Jayamix itu, hari ini juga. Gue rela bayar tiket masuk berapa pun harganya, membujuk dan memohon ke petugas keamanan, atau kalau perlu, guling - guling di tanah sambil pura - pura nangis meraung-raung. Pokoknya apapun yang terjadi, gue harus ke Danau Jayamix sekarang juga,  demikian gue bertekad. 

Tiba di satu titik, gue dan Ony disapa oleh beberapa warga lokal yang sedang berada di sebuah warung makan. Mereka menanyakan tujuan gue. "Danau Jayamix", jawab gue. Lalu gue dipersilahkan memasuki jalan berportal yang berada di seberang warung tersebut. Di dekat portal seorang pemuda segera mengeluarkan tiket dan meminta gue membayar Rp. 20,000,- Gue girang dan masih antara percaya ngga percaya. Gue pun menyempatkan bertanya perihal rumor yang mengatakan bahwa Danau Jayamix ditutup, dan menurut si pemuda informasi tersebut salah adanya. Jadi kekhawatiran gue sepanjang jalan tadi tidak terbukti, dan gue memdadak jadi senang maksimal.

Setelah melewati portal, ngga lama kemudian tibalah gue dan Ony di kawasan danau yang sudah bikin penasaran selama ini. Betapa pun lelahnya fisik ini, dengan pakaian mulai basah karena diguyur rintik hujan nonstop dari tadi, belum lagi serangan rasa lapar karena belum sempat makan siang, tapi semuanya terbayar lunas demi melihat pemandangan indah yang terhampar di hadapan gue.





Berhubung gue dan Ony tiba di sana menjelang sore, kami pun ngga menyianyiakan waktu yang tersisa dan langsung mengeksplorasi kawasan danau yang super luas itu. Danau Jayamix, kadang disebut juga sebagai Danau Quarry, bukanlah danau alami, melainkan terbentuk dari bekas area penambangan bebatuan, yang sebelumnya dikelola oleh PT. Jayamix Readymix... By the way,  nama perusahaannya mengingatkan gue sama tokoh-tokoh di komik Asterix deh : Obelix.... Idefix... Abraracourix... Panoramix...Assurancetourix, dan lainnya.

Oyaaa... danau ini disebut juga Danau Quarry, yang artinya : tambang. 

Pesona kawasan ini bukan hanya dari danaunya yang sangat luas, tenang, dengan warna airnya yang hijau tosca itu. Tapi juga tebing - tebing bebatuannya yang menjulang tinggi dan terkesan dramatis. Dengan disertai hujan rintik, gue dan Ony bersemangat mengeksplorasi setiap sisi tebing yang mengeliling danau. Tapi entah mengapa, meskipun sangat terpesona dengan kecantikan kawasan ini, tetap aja gue menyimpan sedikit rasa takut dan ngeri sih...dan untuk itu gue tetap waspada dan berhati - hati ketika melangkah. 

Ketika gue dan Ony sedang menikmati keindahan dan keheningan danau, tiba - tiba...'booommmm!!!' Dan di saat gue masih terkaget-kaget dengan suara itu dan berusaha menebak suara apakah itu...apakah bahan peledak (yang biasa digunakan di dunia pertambangan), atau petir, beberapa batuan menggelinding dari puncak tebing yang ada di hadapan gue dan Ony. Woww...! Kejadian singkat itu bikin gue tersadar....kayaknya ngga ada jaminan dalam hal safety alias keselamatan di lokasi ini deh...Mungkin secara resmi kawasan ini memang bukan kawasan wisata. Dan memang ngga ada petugas keamanan juga di sini. Jadi, buat para pengunjung, sebaiknya jangan terlena ketika menikmati keindahan lokasi ini dan tetap sadar untuk bertanggung jawab akan keselamatan masing - masing. Kawasan ini adalah surga buat para pecinta fotografi maupun yang sekedar doyan berselfie ria. Dari segala sudut pun memotret dan berfoto, hasilnya pasti keren.Tapi kalau terlena dan ngga berhati - hati, gue rasa kawasan ini juga bisa mengundang bahaya.

Meskipun belum puas, gue dan Ony harus segera meninggalkan lokasi, mengingat jarak super jauh yang harus gue tempuh untuk pulang. Berhubung kondisi jalan yang buruk yang harus dilalui, gue dan Ony ingin meninggalkan daerah Cigudeg ini ketika langit masih terang. 

Overall....gue puas dan senang banget dengan acara jalan - jalan kali ini. Meskipun jaraknya yang jauh dan sulitnya menjangkau Danau Jayamix, tapi gue dan Ony puas karena keindahan yang bisa gue berdua nikmati di sini bahkan melebihi perkiraan dan harapan sebelumnya.

Big THANKS dan salut untuk suami (sebut saja namanya...A.O.S) yang sudah dengan tangguh dan gigih mencari dan menempuh arah menuju lokasi Danau Jayamix, dan menemani istrinya yang panjang kaki dan doyan berpetualang ini.

Wednesday, October 26, 2016

Santai Di Jacuzzi Alam Ala Gunung Peyek

 

22 Oktober 2016

Masih dengan semangat menyala - nyala untuk mengeksplorasi keindahan Parung, sekaligus didorong kebutuhan untuk mencari tempat refreshing selain mall (karena gue ama Ony ngga betah berlama - lama di mall), daaannnn....seiring dengan tanggal yang semakin menua dan dompet yang makin menipis, Sabtu kemarin gue dan Ony bertekad mencari satu lagi lokasi yang bikin gue penasaran belakangan ini, yaitu sumber air panas Gunung Peyek.

Gue penasaran karena pernah lihat fotonya beberapa kali saat googling, dan dari petunjuk yang gue dapatkan sebenarnya lokasinya masih di Ciseeng. Gue jadi takjub ama daerah kecil bernama Ciseeng ini, karena sepertinya kaya akan sumber air panas. Ada Tirta Sanita....ada Gunung Panjang...dan kali ini Gunung Peyek. Sebenarnya 'gunung' yang dimaksud lebih tampak kayak bukit, atau dataran yang tinggi aja sih. 

Jadi Sabtu itu, setelah kelar mencuci dan bersih - bersih rumah, gue dan Ony baru bisa 'bebas' menjelang siang. Pilihan piknik pun jatuh ke Parung, yang jaraknya dekat dari Sawangan. Gue, seperti biasa, ngga punya petunjuk apapun mengenai keberadaan sumber air panas Gunung Peyek ini. 

Gue dan Ony pun mengarah ke kawasan Tirta Sanita, lalu melewati belokan ke arah Gunung Panjang...lalu setelah itu...bingung, ngga tahu kemana lagi. Di depan sebuah Alfa Minimarket, gue berhenti dan nanya ke beberapa anak remaja yang lagi asyik nongkrong. Salah satunya menawarkan diri untuk mengantarkan ke lokasi, karena menurutnya lokasinya sulit dijangkau, terletak di tengah sawah. Setelah tawar menawar, harga yang disepakati adalah Rp. 25,000,- sudah termasuk parkir, dan pungli - pungli lainnya.

Singkatnya, gue dan Ony diantar ke sebuah rumah yang dijadikan lahan parkir, lalu melanjutkan perjalanan sekitar 1 km dengan berjalan kaki. Cape ? Ngga....justru menyenangkan, karena jalan yang gue lalui adalah area ladang - ladang dan sawah. Jadi, sejauh mata memandang, gue disuguhi pemandangan alam yang hijau dan udara menyegarkan.

Tiba di lokasi, rasanya senang dan puas banget...akhirnya bisa melihat langsung, karena selama ini cuma bisa terpesona ngelihat foto - fotonya di Google. Tepat di atas Gunung Peyek terdapat tiga kolam kecil berbentuk bundar, yang merupakan sumber air panas. Aroma belerangnya cukup menyengat, dan di dasar kolam yang berukuran paling besar bahkan nampak gelembung - gelembung kayak air mendidih gitu. Benar - benar kayak jacuzzi alam di atas gunung !

Tapi yang paling keren tuh sensasinya berendam air panas di atas gunung dengan pemandangan indah berupa sawah nan hijau di sekelilingnya. Bonusnya lagi, sepi, ngga ada orang lain selain gue dan Ony, dan kedua remaja yang nganterin, yang akhirnya pamit untuk kembali ke area parkir.

Numpang lewat di ladang jagung
Mejeng di sawah

Penampakan Gunung Peyek
Ony dan cincin giok kesayangannya
...us...the...just...of...two..
Second pool

Oya...di sini ngga ada ruang ganti apalagi kamar mandi, baik untuk berganti pakaian apalagi membilas badan dengan air bersih. Sebelum berendam, gue ganti celana pendek terlebih dahulu. Caranya ? Dengan 'berlindung' di balik handuk, lalu bersembunyi di balik semak - semak. Begitu juga ketika gue hendak berganti celana panjang, ketika selesai berendam. Tapi ketika mau ganti baju....celaka dua belas....ngga memungkinkan jika sekedar bersembunyi di balik handuk dan semak - semak. Meskipun tidak ada orang lain di sekitar Gunung Peyek, tapi di area persawahan di bawah sana nampak ada beberapa orang sedang asyik memancing. Jadilah gue gagal berganti baju dan pulang dengan kaos basah, dilapisi dengan kemeja flanel kering. Seru banget kan ??

Setelah berada di sana sekitar 1.5 jam, gue dan Ony pun meninggalkan lokasi. Selama gue di sana, hanya ada secuil pengunjung yang datang untuk sekedar berselfie-ria, atau penduduk sekitar yang sekedar lewat. Serasa jacuzzi milik pribadi aja jadinya....karena gue dan Ony leluasa berendam di situ, bergantian dari satu kolam ke yang lainnya.

Mission completed! Satu lagi tempat keren di Parung berhasil gue kunjungi...yang ternyata melebihi harapan, dan bikin gue makin excited untuk mengeksplorasi potensi dan keindahan kota ini.

Monday, October 03, 2016

Cibalay Journey


01 Oktober 2016

Akhirnya weekend kemarin gue berhasil mewujudkan 'misi' perjalanan ke Situs Megalitikum Cibalay, yang terletak di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Desa Cibalay, Tenjolaya, Bogor.

Gue dan suami (sebut saja namanya Ony) nekat mencari lokasinya terdorong oleh rasa penasaran dan obsesi menggebu - gebu karena terpesona begitu lihat foto - foto yang di-share di Google. Tempat keren seperti inilah favorit gue dan bikin kaki panjang ini gatal rasanya kalo ngga segera berkunjung ke sana. Belum hilang rasa takjub gue akan pesona Situs Megalitikum Gunung Padang di Cianjur, dan ternyata di Bogor juga ada situs megalitikum serupa. Yang lebih keren, Situs Megalitikum Cibalay ini belum terlalu terekspos umum. Makanya, informasi mengenai situs dan lokasinya juga relatif terbatas. 

Sampai tiba di Bogor, sebenarnya gue ngga mengantongi informasi yang cukup mengenai cara menjangkau lokasinya. Selama ini gue nyaris sulit mendapatkan informasi mengenai sarana transportasi umum untuk mencapai Situs Megalitikum Cibalay. Mungkin sudah banyak yang mengunjungi lokasinya, tapi sepertinya kebanyakan menggunakan kendaraan pribadi, atau berangkat secara kolektif bersama komunitas atau semacamnya dengan menyewa kendaraan. 

Jadi begini caranya mencapai lokasi Situs Megalitikum Cibalay dengan transportasi umum. Gue dan Ony naik kereta dari Stasiun Depok Baru dan turun di Stasiun Bogor. Dari stasiun, gue naik angkutan umum 02 dan turun di BTM (Bogor Trade Mall). Gue dan Ony mampir di BTM untuk makan siang, karena yakin perjalanannya bakalan panjang. Kelar makan siang, gue menyeberang jalan sedikit, untuk naik angkutan umum kali ini yang wajib diperhatikan adalah di kaca depan angkutan harus ada tulisan "FATEN". Ada berbagai angkutan umum di sini...ada yang hijau, ada yang biru, ada yang bertulisan "03" ada yang tanpa nomor...pokoknya yang penting, angkutan umum menuju situs megalitikum Cibalay, musti bertulisan "Faten", tepatnya lagi, tujuan ke Tenjolaya. 

Awalnya gue ngga ngerti arti "Faten" ini. Tapi ketika dalam perjalanan gue sempat browsing - browsing, sepertinya Faten ini adalah salah satu nama terminal. Perjalanannya lumayan menantang. Di awal perjalanan, angkutan umum yang gue tumpangi harus menunggu sekitar 30 menit untuk mengantri giliran jalan. Saat itu sedang ada perbaikan jalan utama, jadi yang bisa digunakan hanya satu jalur. Jadilah penggunaannya harus bergantian, setiap 30 menit. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 13:30 siang dan gue nyaris membatalkan rencana gue menuju Cibalay. 

Dengan modal rasa penasaran yang luar biasa, gue dan Ony pun memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan. Pak Sopir membawa kendaraannya dengan sedikit ngebut...ditambah ketika sudah memasuki kawasan pengunungan, sehingga terkadang berkelok - kelok, menanjak dan kadang menurun dengan cukup curamnya....perjalanannya jadi terasa makin seru. Makin seru lagi ketika rintik - rintik hujan pun mulai turun. Tapi yang bikin super seru tuh karena selama perjalanan gue dan Ony ngga tahu lokasi Situs Megalitikum Cibalay ini, bahkan ngga tahu harus turun di mana.

Akhirnya gue bertanya ke Pak Sopir, "Pak, saya mau ke Situs Cibalay....saya turun di Terminal Faten ya?" Pak Sopir pun menjawab, "Bukan....turunnya di depan...sebentar lagi..." Dan kurang dari 2 menit Pak Sopir pun menghentikan mobilnya di tepi jalan menuju sebuah jalan setapak, dengan sebuah papan petunjuk keberadaan situs. Singkatnya, gue dan Ony berjalan kaki sejauh 2 kilometer di jalan setapak tadi, hingga akhirnya tiba di pintu masuk Situs Megalitikum Cibalay. 

Gue dan Ony sangat menikmati perjalanannya, karena langit mendadak kembali cerah, dan pemandangan hijau yang bisa gue nikmati kemana pun mata memandang. Selain itu, berhubung sudah memasuki kawasan Gunung Halimun Salak, gue dan Ony mendapatkan bonus udara yang sejuk. Bonus lainnya, ngga banyak yang melalui jalan tersebut, selain warga sekitar.




Memasuki kawasan yang ditandai dengan rindangnya pepohonan pinus, disitulah lokasi Situs Megalitikum Cibalay berada. Tiba di lokasi situs pertama yaitu Balaikambang, gue takjub sama struktur dan 'tampilan'nya yang hampir mirip dengan Gunung Padang. Bebatuan baik berupa batu pipih maupun menhir tersebar di area ini.

 

Sore itu gue ditemani oleh Kang Deni, seorang warga lokal yang sepertinya mendedikasikan dirinya untuk menjaga lokasi situs ini. Perjalanan mengeksplorasi situs pun menjadi lebih asyik dan menyenangkan, karena Kang Deni ngga pelit berbagi cerita seputar kawasan situs ini, dan dengan senang hati menunjukkan lokasi - lokasi situs lainnya. 

Di kawasan ini terdapat beberapa titik situs di antaranya Situs Balaikambang, Kebon Kopi, Pasir Manggis, Batu Bergores, dan Jami Picing. Mengenai sejarah dan usia dari situs - situs ini, bisa dikatakan gue belum mendapatkan informasi yang paling akurat, tepat, dan meyakinkan mengenai hal ini. Bahkan ketika membuka website resmi Pemerintah Kota Bogor, informasi yang gue dapatkan minimalis sekali.


Anyway, terlepas dari secuil informasi yang tersedia, bagi gue kawasan ini super istimewa karena memiliki aset berupa situs megalitikum yang keren dan mempesona seperti ini.

 



Hari itu, karena keterbatasan waktu, gue dan Ony cuma bisa mengunjungi Situs Balaikambang, Kebon Kopi, dan Jami Picing. Sebenarnya Kang Deni menawarkan untuk mengunjungi lokasi lainnya yaitu Situs Batu Bergores dan Pasir Manggis. Bahkan, Kang Deni juga mengajak untuk trekking sampai ke lokasi kecelakaan Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di kawasan Gunung Salak tahun 2012 yang lalu. Selain itu kawasan ini juga memiliki sebuah curug (air terjun). Namun lagi - lagi karena kendala waktu, sore itu gue dan Ony ngga bisa mendatangi lokasi - lokasi yang dengan segera langsung membangkitkan rasa penasaran gue.

Oya, sore itu ngga banyak pengunjung menyambangi Situs Megalitikum Cibalay. Ada beberapa orang yang datang secara berkelompok, tapi sepertinya bukan untuk tujuan 'wisata', melainkan untuk 'berdoa secara khusus'....trus awalnya gue sempat bingung melihat ada sisa - sisa sesajen berupa gelas - gelas (plastik) berisi kopi dan teh....ada rokok...ada dupa...entahlah....Meskipun sering disebutkan bahwa situs-situs purbakala seperti ini dibangun sebagai tempat pemujaan spiritual masyarakat di zamannya, namun terkadang gue masih bingung dan sedikit heran, mengapa oleh masyarakat masa kini dikaitkan dengan urusan spiritual menjurus klenik. Well, tapi itu kan menyangkut keyakinan masing - masing...dan tiap orang boleh punya motif sendiri mengenai tujuannya ke tempat seperti ini.



Sebenarnya gue dan Ony sangat menikmati berlama - lama di kawasan situs megalitikum yang teduh dan tenang ini. Namun kami harus segera meninggalkan lokasi demi mengingat perjalanan panjang pulang kembali ke Stasiun Bogor.


Benar aja....gue dan Ony harus menunggu angkutan umum sekitar 30 menit, dan itu pun harus ekstra sabar karena angkutan berjalan bak keong. Akhirnya, kami tiba di Stasiun Bogor sekitar jam 21:00 malam.
 

Gue masih merasa takjub dengan betapa mudahnya mencapai lokasi situs ini. Serius deh...kadang saat traveling, gue sering merasakan 'no pain no gain' moment. Untuk mencapai tempat yang super keren, butuh perjuangan ekstra. Tapi kali ini, gue ngerasa ngga ada kendala yang berarti atau harus menempuh medan yang berat. Hmm...masih terbayang keindahan dan pesona kawasan situs tadi. Gue dan Ony pun langsung semangat dan mulai merencanakan perjalanan kembali ke Situs Megalitikum Cibalay.