I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Friday, November 11, 2016

Singgah Sejenak Di Danau Bonen


 5 November 2016

Sepulang dari Curug Rahong, gue dan Ony ngga langsung kembali ke Depok, melainkan sedikit melanjutkan perjalanan, yaitu mencari lokasi Danau Bonen yang lokasinya masih di Cigudeg. Gue mendengar informasi mengenai danau ini dari salah satu warga yang tadi membantu gue dan Ony ketika kesasar mencari Curug Rahong. 

Lokasinya ngga terlalu jauh kok, dan gampang banget dicari, karena posisi area tambangnya di pinggir jalan utama. Tapi 'aman'nya, berada di kawasan ini memang harus rajin - rajin bertanya ke warga sekitar. Itu pun kalau beruntung bertemu seseorang yang bisa ditanya, mengingat kawasannya sepi banget.

Tiba di Danau Bonen, gue melihat beberapa warga lokal sedang asyik memancing ikan. Beberapa bocah bahkan berenang di sekitar tepi danau. Selain itu ada juga beberapa pekerja tambang yang sedang mengeruk lahan di tepi danau menggunakan excavator. Sepertinya danau ini masih aktif sebagai lokasi tambang.

Danau Bonen tampak lumayan keren, dengan airnya yang tenang dan terlihat hijau, dan tentunya dikeliling oleh tebing - tebing bekas tambang yang cakep dan hits! Dan karena areanya sangat luas, jadi bikin penasaran untuk 'lihat-lihat' dan melangkah lebih dalam memasuki sudut lain dari area tambang ini. Tapi, karena pengalaman di Danau Jayamix kemarin gue jadi super waspada, karena gue dikeliling oleh tebing - tebing yang mungkin rawan longsor. 

 


Wisata danau - danau bekas area tambang di Parung seperti ini sebenarnya bitter sweet moment....Di satu sisi kedua mata gue dimanjakan dengan pemandangan yang indah yang jarang gue temui. Namun di sisi lain ada perasaan 'takjub' sekaligus prihatin, membayangkan gunung - gunung yang tadinya menjulang kemudian dikikis, dikeruk, dan digali habis - habisan, hingga meninggalkan lubang raksasa yang kini menjadi danau.   Ironis ya...ada keindahan yang muncul setelah eksploitasi dan kerusakan masif akibat kegiatan tambang. 

Setelah beberapa saat di sana, gue dan Ony pun mengambil langkah pulang...siap berjuang kembali dengan jalan rusak, berlubang, dan debu tebal.

Monday, November 07, 2016

Melancong Ke Curug Rahong


5 November 2016.

Gue dan Ony, yang masih penasaran dan bersemangat mengeksplorasi keindahan Parung, kali ini pengen mencari lokasi Curug Rahong. Dan seperti biasa, gue berdua ngga punya modal petunjuk atau informasi mengenai alamat lokasinya. Tapi berhubung setiap kali mencari lokasi - lokasi piknik di kota Parung ini kami terbiasa kesasar kesana kemari karena buta mengenai lokasi yang dicari, jadi kali ini langkah pun terasa makin ringan. Bagi gue, 'kesasar' itu salah satu faktor yang bikin berpetualang ke suatu tempat baru semakin seru dan menantang....meskipun terkadang bikin emosi juga.

Hal yang sedikit 'menenangkan' dalam perjalanan kali ini adalah karena dari informasi yang gue dapatkan, lokasi curug ini searah dengan Danau Jayamix yang minggu lalu gue datangi. Jadi, dengan semangat gegap gempita, pagi itu....yaaaa...p-a-g-i itu, tepatnya sekitar jam 09:00 ~saking semangatnya untuk mencari Curug Rahong~ gue dan Ony meninggalkan rumah menuju Parung sweet Parung.

Secara administratif, Curug Rahong berlokasi di Kampung Kedaung, Desa Rengas Jajar, Cigudeg. Sama seperti minggu lalu, untuk mencapai daerah Cigudeg ini, gue dan Ony harus melintasi ruas - ruas jalan yang kondisinya rusak parah. Kali ini ditambah becek dan berlumpur, karena sepertinya hujan mengguyur kota ini sehari sebelumnya. Duduk di atas motor dan melalui perjalanan panjang dengan kondisi jalan yang ngga rata dan rusak parah, bikin rasa lelah dan pegalnya berlipat - lipat. 

Gue jadi kasihan sama warga Parung, terlebih Cigudeg ini. Dari pengamatan gue (seadanya), setelah beberapa kali mengunjungi lokasi ini, menurut gue kawasan ini menyimpan kekayaan alam berupa sumber batu dan pasir. Kekayaan alam ini dimanfaatkan oleh pihak - pihak tertentu. Ada banyak titik kawasan tambang batu dan pasir di sini, ratusan truk - truk pengangkut hasil tambang pun lalu-lalang menguasai setiap ruas jalan, tapi dilihat dari infastrukturnya aja, kayaknya daerah Cigudeg dan sekitarnya tertinggal jauh di belakang. Selain jalannya rusak parah, polusi yang ditimbulkan juga pastinya serius. Dimulai dari yang langsung terasa, misalnya polusi udara akibat debu. Tiap kali melintas jalan di Cigudeg ini gue harus menggunakan masker, namun tetap aja debu dan knalpot yang berasal dari truk - truk yang lewat masih terhirup. Ngga kebayang kalo gue harus lewat sini tiap hari....mungkin gue akan terkena penyakit pernafasan dan paru - paru.

Jangan sepelekan juga polusi suara yang timbul....beberapa kali gue hampir loncat terkaget - kaget, ketika mendengar suara 'Boommmm...!!!!'... yang muncul akibat kegiatan peledakan yang dilakukan di area tambang. Gimanalah penduduk bisa hidup nyaman dengan suara dahsyat dan getaran yang ditimbulkan begitu...Ketika sempat kesasar, gue dan Ony mampir di sebuah kamar mandi umum dan menumpang cuci kaki. Saat itu ada seorang anak SD sedang asyik mencuci sepatunya. Ketika gue sedang membersihkan kaki dari lumpur, suara ledakan terdengar....Gue kaget setengah mati dan spontan berusaha menghambur demi menyelamatkan diri. Tapi si bocah di sebelah gue tetap tenang dan larut dalam keasyikan mencuci sepatu, ngga kaget atau berekspresi sedikit pun. Mungkin dia sudah mendengar suara seperti itu sejak lahir, jadi sudah terbiasa. Di saat jantung gue masih berdetak kencang karena kaget, dengan santai Ony bilang, "Tenang...itu suara peledak. biasakan dirimu, Cei...." Issshhh....Ogaaaahhhh !!

Saat mulai mendekati kawasan Danau Jayamix, gue pun mulai rajin bertanya ke warga sekitar mengenai keberadaan Curug Rahong. Dan setelah beberapa kali kesasar, thanks Lord, berkat bantuan dari banyak warga, bahkan ada yang sampai mengantar sampai mendekat ke lokasi segala, gue dan Ony pun tiba di jalan masuk menuju curug. 

Tiba di jalan masuk, gue dan Ony 'dihadang' oleh sekelompok pemuda yang memungut tanda masuk sebesar Rp. 4,000 per orang bagi pengunjung curug. Dari sini, gue melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sekitar 2 km lagi untuk tiba di lokasi curug. Tantangannya, ngga ada petunjuk apapun. Gue dan Ony hanya berjalan mengikuti arah sungai di sisi kiri, yang berujung pada Curug Rahong. Tantangan lainnya, gue berdua harus menyusuri jalan setapak di tengah perkebunan dan hutan yang rimbun. Padahal gue khan paling ngeri kalo menyusuri tempat - tempat seperti ini. Imajinasi gue langsung melayang dan membayangkan hal - hal horor. Untunglah Ony selalu bisa menenangkan gue dan memberi semangat untuk melanjutkan perjalanan. Perjalanan ini sendiri menurut gue ngga terlalu melelahkan, karena rute yang harus dilalui ngga terlalu curam atau menanjak.

Mendekat ke pusat air terjunnya, di luar dugaan, gue dan Ony harus 'turun' dan menyusuri tepi sungai. Bahkan, karena saat itu ngga tahu rute yang pas untuk mendekat ke air terjun, gue dan Ony menyeberang sungai segala, demi mencapai tempat berpijak untuk berjalan, mendekat ke air terjun. Selain arusnya yang deras, tantangan lainnya karena harus berhati - hati dengan kedalaman sungai serta batu - batu kali yang licin karena berlumut. 

Akhirnya gue dan Ony tiba di sumber air terjun Curug Rahong....yessss !! Ternyata air terjunnya ngga terlalu tinggi, paling sekitar 15 meter. Di depannya terbentuk kolam yang cukup luas untuk pengunjung bisa berenang. Ngomong - ngomong soal pengunjung, saat itu hanya satu keluarga terdiri dari empat orang dewasa dan dua balita, yang telah tiba di sana lebih dulu dari gue. Jadi, bisa dibilang, sepi banget kan ? Kalau lagi jalan - jalan ke suatu tempat, salah satunya curug, kadang yang bikin males tuh kalo tempat tersebut terlalu padat pengunjung. Baru kali ini gue piknik ke curug, yang sebenarnya sangat indah, tapi sepi banget.




Gue dan Ony pun berganti baju dan menikmati 'main air' di Curug Rahong. Gue ngga berani berenang di sini, karena ngga tahu 'medan'. Di beberapa titik, kedalamannya memang hanya sebatas dada gue. Tapi gue kan ngga tahu, jangan - jangan ada pusaran - pusaran tersembunyi di bawah sana. Gue harus waspada....walaupun kadang 'waspada' versi gue, beda tipis sama 'parno' sih...

Kehadiran pengunjung lainnya lumayan bikin tenang...selain mengusir rasa sepi di tengah hutan rimba begini, bisa jadi teman ngobrol, juga minta bantuan buat foto - foto. Namun setelah beberapa saat, keluarga itu pun bersiap dan meninggalkan lokasi. Tinggallah gue dan Ony, dan seorang pria berusia senja yang sejak tadi duduk di sebuah gubug. Akhirnya, setelah beberapa saat, kami berdua pun meninggalkan lokasi. Meninggalkan air terjun yang menyajikan keindahan dan ketenangan bagi pengunjungnya. Gue ngga berganti baju, dan pulang masih dengan pakaian basah.

Gue dan Ony kembali menyusuri tepi sungai untuk kembali memasuki kawasan hutan. Tiba kembali di desa Kedaung, gue menumpang kamar mandi umum yang disediakan di depan sebuah mushala dan berganti baju. Setelah beristirahat sejenak di sebuah warung sambil mengobrol dengan sang pemilik warung, gue dan Ony pun kembali ke sebuah rumah warga tempat kami menumpang memarkir motor.

Perjalanan ke Curug Rahong ini bisa dibilang penutup kisah kasih petualangan gue dan Ony di kota Parung. Dari daftar lokasi-lokasi yang ingin gue kunjungi di sini, Curug Rahong adalah penutupnya. Gue belum memperoleh informasi lagi mengenai lokasi lainnya di kota ini yang berpotensi jadi tempat wisata alias piknik. Akhirnya, setelah beberapa bulan terakhir mendedikasikan setiap weekend untuk mengeksplorasi Parung, demi membuktikan bahwa kota ini memang menyimpan seribu pesona dan potensi wisata, hari ini misi gue dan Ony terselesaikan. Horraayy !!