I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Sunday, May 13, 2018

Trip Gunung Batu : Awalnya Ragu Berakhir Seru

 

Sabtu, 12 Mei 2018.

Gue ama Ony emang udah merencanakan beberapa hari sebelumnya, weekend kali ini pengen ke Jonggol. Pokoknya keluar dari Jakarta, selain ke Bogor karena ngebayangin keluar masuk stasiun Bogor yang rutenya dibikin jauh dan muter-muter, udah males duluan. Minggu lalu, berhubung pengen nonton Infinity War dan kebagian tiket nonton di sore hari, gue berdua bisa dibilang menghabiskan waktu nyaris seharian di mall. Jadi weekend ini waktunya untuk sedikit berpetualang.

Gue tuh punya list panjang tempat - tempat piknik yang pengen gue datangin di Jonggol. Masalahnya, Jonggol tuh jauh banget...musti lewatin Cibubur, Cikeas, Mekarsari....Macet, gersang dan berdebu, dan harus rebutan jalan dengan bis - bis juga truk - truk besar. Udah gitu, belakangan kayaknya fisik gue terlalu dimanjakan karena makin jarang piknik - piknik outdoor. Jadilah gue semakin malas...dan malas...dan malas....untuk piknik yang menguras tenaga, berkeringat, panas-panasan...Parah nih!

Gue dan Ony berangkat ke Jonggol tanpa tahu tujuannya mau kemana. Yang penting keluar dari rumah pagi - pagi biar ngga kebablasan bermalas - malas di kasur atau depan TV sampai siang. Setelah beberapa lama bermotor di Jalan Raya Jonggol, trus liat plang jalan "Puncak Gunung Batu 2..." arah ke kanan, langsung kita putar balik. Gunung Batu....dari jaman pacaran, pertama kali menginjakkan roda motor ke daerah bernama 'Jonggol' karena pengen trekking ke Gunung Batu ini. Tapi waktu itu salah perencanaan, karena baru berangkat dari rumah siang bolong. Jadi begitu di Jonggol, sekitar jam 4 sorean, nyari - nyari lokasinya dan gak ketemu, tiap kali nanya orang jawabannya, 'masih jauhhhh....!" Akhirnya memutuskan pulang ke Jakarta. Saat itu lagi marak pemberitaan mengenai kejahatan begal, dan kita berdua ngga mau ambil resiko, dengan melakukan perjalanan di kawasan ini saat sore sampai malam hari.

Dari jalan raya Jonggol ke pintu masuk Gunung Batu, jarak dan waktu tempuhnya cukup jauh dan lama. Mungkin sekitar 30 - 45 menit perjalanan. Rasanya kayak perjalanan menuju Gunung Salak gitu, karena kiri - kanan jalan terhampar sawah - sawah nan hijau, trus udaranya mulai sejuk. Bedanya, jalannya cenderung berkelok - kelok dan lebih sepi pemukiman penduduk. Trus liat kiri - kanan ngga ada tiang lampu. Fix...! Kalo begini pas malam pasti gelap gulita.

Tiba di area pintu masuk dan area parkir Gunung Batu, cuma ada seorang bapak yang dan beberapa motor plat B yang ada di sana. Ternyata kalau mau trekking ke puncak Gunung Batu gak ada guide atau ranger yang akan mendampingi. Jadi teringat waktu ke Bukit Galau yang ada di Ciampea, ada Usep, ranger berdedikasi tinggi, yang awalnya cuma mau nemenin sampai Pos 1, akhirnya nemenin sampai ke Puncak. 

Gue dan Ony pun mulai melangkah....entah kemana. Si bapak tadi cuma bilang, lurus, nanti ada pertigaan, ke kanan. Gue dan Ony menyusuri jalan berbatu, dan setelah beberapa saat menemui pertigaan yang kali ini dipenuhi dengan pepohonan jati (kali, nebak doang). Kebetulan ada sebuah batu gede pas di pertigaan, yang dicat dengan tulisan "200 meter" trus ada tanda panah ke kanan. Setelah mengambil arah kanan, petunjuk berikutnya adalah batu - batu yang dicat merah dengan tanda panah 'lurus', setiap 2 meter. Petunjuk alakadar ini mengantarkan gue dan Ony ke pintu masuk Gunung Batu. Di situ kita harus membayar Rp. 15,000 per orang. 


Perjalanan menjelajah Gunung Batu pun dimulai. Setelah trekking beberapa saat, gue dan Ony tiba di area camping, sebuah area dengan tanah datar, berumput dan terlindungi oleh pepohonan lebat. Gue berhenti di situ untuk istirahat. Gila....baru trekking menuju area ini aja gue udah kelelahan ! Entah kemana hilangnya stamina dan semangat yang selama ini menyertai kaki panjang gue melangkah ke sana kemari. 

Di situ ada beberapa pengunjung yang sedang berkemah dan asyik menikmati waktu sekitar tenda masing - masing. Ada juga group remaja atau muda - mudi yang menggelar terpal dan menikmati keindahan Jonggol dan ketinggian. Kelar kedua mata gue menyapu pemandangan di sekitar, mata gue tertuju pada puncak Gunung Batu. Di sanalah gue lihat beberapa orang tampak sangat kecil sedang berusaha mencapai puncak gunung menggunakan tambang. Woww...segitunya banget ?? Gue ngga bakal sanggup !! Gue berteriak kencang - kencang....tapi cuma dalam hati doang. Masih gengsi.

Jalur menuju puncaknya terjal banget ! Udah gitu, gak kebayang panasnya di atas sana. Gue bukannya khawatir masalah kulit jadi gosong, tapi panas ya panas. Kepanasan bisa menyedot setengah dari stok energi dan mood gue kayaknya. Pokoknya gue ngga mau ke sana! Gue mo tiduran aja di rumput sambil menikmati Chitato Rasa Sapi Panggang, satu - satunya bekal yang gue beli dalam perjalanan tadi. 

Group muda - mudi yang tadi gue temui satu per satu mulai mengambil langkah menuju puncak gunung. Gue cuma memandangi dari kejauhan. Saking terjalnya rutenya, gue bisa dengan mudah melihat keberadaan mereka dari posisi gue duduk sekarang. Awalnya tekad gue udah bulat untuk tidak naik ke puncak. Tapi Ony berusaha keras untuk memotivasi gue. Dicoba dulu, kalo ngga kuat turun lagi, gitu katanya. Okelah, kita lihat nanti. Dalam 10 langkah pertama gue akan mengkonfirmasi kegagalan untuk melanjutkan perjalanan ke puncak. Lagian yang bikin gue semakin yakin untuk ngga trekking ke puncak, karena saat itu persediaan air minum gue habis total. Cuma sisa setengah botol air mineral punya Ony. 

Gue pun memulai langkah dengan seribu keraguan, dan herannya bisa tiba sebuah pohon rindang yang pas buat berteduh sementara. Di sini gue berpapasan dengan group muda - mudi yang tadi gue liat di area camping, dan sempat ngobrol sebentar. Kita pun melanjutkan langkah masing - masing, mereka hendak turun pulang, sementara gue dan Ony lanjut ke puncak. 

Beberapa saat setelahnya, kita ketemu lagi sama group lainnya yang juga hendak turun. Wajahnya pada merah sekaligus gosong semua. Dan dengan nafas terengah - engah mereka sempat berpesan, "Hati-hati....terjal banget..." Duuuh...gue jadi pengen ikutan turun juga nih ! Tapi demi Ony yang ngga ada berhentinya ngasih keyakinan kalo gue akan sanggup sampai ke puncak, akhirnya keinginan itu gue simpan dalam - dalam. Dengan turunnya group yang terakhir itu, artinya hanya gue dan Ony yang berada dalam perjalanan menuju puncak Gunung Batu. Kok gue semakin merasa takut dan ragu ya ? Kalau terjadi apa - apa, gimana dong....siapa yang akan bantu gue berdua ? 

Medan terjalnya benar-benar menantang. Tapi ada beberapa titik yang menantang dan sulitnya tuh berlipat - lipat kali. Ada jalur berupa bebatuan besar yang berdiri tegak lurus, yang harus gue lalui dengan menggunakan tambang. Selain gue penakut akan ketinggian, rasa takut juga muncul karena semakin ke puncak lebar jalurnya semakin sempit. Kalau ngga hati - hati, sampai kepleset atau terjatuh,......ah, ngeri gue ngebayanginnya! Di sini, gue kehabisan akal cara memanjat dengan menggunakan tali, dengan aman. Gue udah berusaha beberapa kali, tapi gagal. Awalnya Ony di bawah supaya bisa dorong badan gue yang tambun ini, gagal.....Lalu Ony naik duluan, supaya bisa narik gue dari atas....gagal juga. 'The power of fear' moment kalo begini...Pikiran gue sudah dikuasai oleh ketakutan dan kewaspadaan yang luar biasa, sampai - sampai gue putus asa di titik keberanian nol. Pelan - pelan gue coba lagi, dengan Ony siap siaga menarik tangan gue. Dan akhirnya gue berhasil naik ! Makasih Yesus !! 

Tantangannya ngga berhenti sampai di situ, masih ada beberapa titik terjal yang harus gue lalui sebelum tiba di puncaknya. Dan akhirnya, gue dan Ony sampai di puncak Gunung Batu ! Wowww !! Rasanya menakjubkan banget ! Kerennya lagi, cuma ada gue dan Ony di atas puncak tersebut. Kosong....cuma ada dua tiang dengan bendera merah putih, dan ilalang - ilalang tinggi di sana sini. Dari atas sini, pemandangan Jonggol terhampar luas. Tapi dalam hati gue bukan hanya sedang menikmati keindahan alam sekitar, tapi keindahan perjuangan gue melawan lelah, takut, dan rasa tidak percaya diri tadi ketika berusaha menuju puncak ini. Gue memulai langkah dengan dengan segudang keraguan dan secuil keyakinan doang, dan yang secuil itu pun segera lenyap setelah beberapa langkah di awal.

Tapi Yesus dengan baik dan ajaibnya memampukan gue untuk bisa lanjut melangkah, dengan ngasih kekuatan melalui fisik yang jauh dari bugar ini, dan yang terbesar melalui Ony yang ngga lelah memberikan keyakinan kalo gue akan sanggup menyelesaikan perjalanan.
 

Begitu hendak meninggalkan puncak, gue dan Ony bertemu pasangan trekker, salah satunya bernama Gerry. Gerry kebetulan minta difotoin, jadi karena posisi gue dan dia berjauhan, begini kesepakatannya. Gue akan foto dia dan temannya, begitu juga sebaliknya, cukup dari posisi berdiri masing - masing, setelah itu kita akan bertukar foto via WA. Ketika hendak bersiap turun meninggalkan puncak dan berpapasan, gue sempat bertukaran nomor HP. Setelah itu gue dan Ony melanjutkan perjuangan turun, dengan sisa - sisa tenaga yang seadanya, dan gawatnya....persediaan minum nol ! 

Dengan tenggorokan super kering dan langkah yang sangat pelan akibat kehausan dan kepanasan maksimal, gue dan Ony tiba di titik awal lagi. Makasih Yesus buat perjalanan super seru hari ini.

Niat awalnya abis dari Gunung Batu pengen lanjut hunting curug di sekitar sini. Tapi batal. Selain karena kaki dan tangan udah pegal kronis, juga biar bisa menikmati curug dengan lebih santai. Gue dan Ony akan ke Jonggol lagi dalam waktu dekat untuk menikmati keindahan curug-curug di sini.

Sampai jumpa, Jonggol !