Selain karena tiketnya udah dibeli jauh - jauh hari, juga karena gue emang benar - benar butuh break dari urusan pekerjaan yang terlalu melelahkan pikiran dan fisik belakangan ini.
Yang menarik dari trip kali ini, akhirnya gue bisa mewujudkan impian untuk ngerasain tinggal di hostel / penginapan yang berbeda tiap malamnya. Sebenarnya sejak trip bekpekeran pertama kali tahun 2009 yang lalu, gue pengen mewujudkan rencana kayak begini, tapi batal karena ternyata merepotkan dan melelahkan. Tapi kali ini, situasilah yang memaksa gue untuk loncat dari hostel satu ke yang lainnya.
Kamis, 08 Maret 2012

Lantai dasarnya dijadikan ruang lobby, resepsionis, ruang duduk dan sarapan, yang disusun sedemikian rupa jadi tampak artistik dan nyaman. Kamar terletak mulai di lantai 2. Mungkin karena warna di kamar ini didominasi warna cerah mulai dari cat tembok dan sprei ranjangnya, jadi memberi kesan luas. Walaupun tanpa dilengkapi jendela tapi suasana di dalammnya tetap nyaman, karena fasilitasnya lengkap, mulai dari kipas angin, exhaust fan dan AC.
Selimutnya....gue suka selimutnya yang tebal dan hangat, karena mengingatkan gue sama selimut di kamar tidur di rumah gue. Biasanya hostel - hostel paling hanya menyediakan sebuah kain tipis sebagai selimut.
Di lantai 2 ini terdapat 2 kamar mandi yang berfungsi sekaligus sebagai toilet. Pasti tiap pagi keduanya jadi bahan rebutan. Gue kurang sreg karena toiletnya ngga dilengkapi dengan semprotan air, dan lagi hostel ngga menyediakan hair drier. Hair drier tuh penting banget buat gue yang butuh waktu cukup lama untuk sekedar mengeringkan rambut habis keramas.
Malam ini gue gak akan tidur di kamarnya Loft Fern Hostel yang mungil dan nyaman dengan selimut tebalnya itu. Gue akan melalui malam ini di bus malam tujuan Johor Baru - Kuala Lumpur. Gue reservasi di Loft Fern Hostel karena gue butuh tempat untuk mandi, beristirahat sejenak (1 jam) dan menitipkan ransel karena gue akan langsung bertolak ke Kuala Lumpur.
Walaupun tidak akan menginap di sini esok hari, tapi pihak Fern Loft mengijinkan gue menitipkan ransel di loker yang ada di lantai 1. Loker disediakan dengan gratis, tapi gue harus menggunakan gembok dan kunci sendiri.
Jumat, 09 Maret 2012 (pagi)

Sekitar jam 7 pagi, ketukan keras di pintu membangunkan gue. Ternyata sudah 2 jam sejak gue check in tadi, yang berarti sudah waktunya gue keluar dari kamar. Jadi begitulah cara sang resepsionis mengingatkan para tamunya untuk segera check out dari hotel.
Selain kamar, hotel ini juga menyediakan pelayanan lainnya seperti pijat, internet, dan tempat penitipan bagasi.
Sayangnya hotel - yang buat gue pantas disebut hotel terkecil di dunia ini - ngga menyediakan kamar mandi dan toilet. Tamu dipersilahkan untuk menggunakan kamar mandi dan toilet yang ada di area terminal.
Jumat, 09 Maret 2012 (Malam)

Gue reservasi di TresorTavern Hostel melalui www.hostelbookers.com, untuk ranjang di '12 bed-mix dorm room" dengan rate USD 14.31. Kondisi kamarnya agak - agak mengerikan. Dari 12 ranjang berbentuk bunk bed yang tersedia, 9 diantaranya sudah ditempati oleh penghuni tetap. Penghuni tetap ini adalah warga non Singapura yang tinggal dan bekerja di Singapura. Dan ranjang di bawah gue, sepertinya dijadikan tempat menggantung dan menumpuk pakaian mereka. Di setiap kolong tempat tidur berserakan koper, sepatu, kaus kaki, dan sampah. Di atas setiap loker, terdapat tumpukan sampah lainnya, sisa makanan atau koran bekas. Nyaris semua yang ada di kamar ini tidak sedap di mata dan hidung gue.

Sabtu, 10 Maret 2012
Pagi pun datang, dan suara dengkuran tetap tak berakhir. Gue pun turun dari ranjang dan bersiap - siap untuk mandi. Setelah itu gue sarapan di lantai 1 hostel. Sarapan pagi itu adalah buah apel, roti bakar dan teh hangat.

Pagi ini gue menghubungi beberapa hostel untuk mencari ranjang kosong, dan itu adalah hal yang sulit karena sedang weekend. Akhirnya kabar gembira datang dari ABC Hostel di Bugis, karena disana masih tersedia mix dorm room. Gue tiba di sana sejam kemudian dan segera check in dengan membayar SGD 24 untuk '6 bed-mix dorm room'.
Kamarnya, walaupun kecil dan berisi 3 pasang bunkbed, adalah kamar ternyaman dan terbersih dalam catatan bekpekeran gue kali. Ngebandingin nyamannya kamar di ABC sama Tresor Tavern, bagaikan langit dan bumi...terlalu jauuuhh ! Semua bersih...bahkan sprei biru langitnya pun terlihat bersih meyakinkan. Seprei ranjang gue di Tresor Tavern semalam sangat mencurigakan...kayaknya seseorang udah menempati ranjang itu sebelum gue.
Minggu, 11 Maret 2012

Gue senang bukan main, karena masih berkesempatan menikmati roti gosong ala hostel sebelum kembali ke Jakarta.
Setelahnya, gue meninggalkan ABC hostel menuju Bugis MRT Station dengan perut kenyang dan hati senang.
Gue senang tinggal di hostel. Selain karena harganya yang backpacker friendly, banyak pengalaman unik dan seru yang bisa didapat. Pengalaman yang bisa jadi menyenangkan atau menyebalkan, tapi akan selalu berkesan. Tinggal di hostel, mau ngga mau, membuat orang bertemu dan saling berbagi dengan banyak orang lainnya dari negara dengan kultur yang berbeda. Privasi nyaris ngga ada, digantikan sama tuntutan untuk bertoleransi dengan sesama penghuni hostel. Dan yang terpenting, tinggal di hostel menuntut pribadi yang mandiri, berani dan senang bersosialisasi.