I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Wednesday, June 19, 2019

Trip Banyuwangi : Hutan De Djawatan Benculuk


Gue dan Ony mampir ke hutan De Djawatan Benculuk tanggal 1 Oktober 2018, dalam perjalanan menuju ke Pantai Pulau Merah. Gue 'teracuni' dan penasaran pengen ke sini, karena lihat foto - fotonya di instagram. Seperti biasa, sebelum ngetrip ke suatu tempat, gue akan gali info sebanyak - banyaknya dari berbagai sumber. Begitu juga dengan trip Banyuwangi ini, gue berusaha mencari referensi dari segala macam tagar yang berhubungan dengan 'wisata Banyuwangi' di instagram, dan muncullah foto-foto hutan ini yang menurut gue keren banget. Kesannya tuh horor, gelap dan misterius. Dengan pohon - pohon raksasa yang seakan - akan berumbai - rumbai. Banyak yang bilang kayak lokasi film Lord of The Rings segala.

Awalnya gue pikir lokasinya pasti agak terpencil, karena kayak bagian dari hutan belantara gitu. Ternyata ngga...perjalanan dengan motor dari Manggo Tree ngga terlalu jauh, sekitar 30 kilometeran melalui jalan utama, Jalan Raya Banyuwangi. Nanti posisinya di sebelah kanan jalan. Begitu belok ke kanan, beberapa ratus meter kemudian, tiba deh di kawasan hutan Djawatan. Lebih pas disebut hutan di dalam kota kali ya. Seinget gue waktu itu gue cuma perlu membayar uang parkir Rp. 5,000 untuk bisa menikmati masuk ke kawasan hutan Djawatan.

Begitu menginjakkan kaki di sini, gue terkagum - kagum sekaligus menyimpan secuil rasa ngeri berada di antara pepohonan trembesi yang katanya sudah berusia seratus tahun ini. Meskipun langit sedang terang dan panas maksimal, tapi di kawasan ini berasa teduh dan gelap karena lebatnya pepohonan. Gue pikir foto-foto keren yang gue liat di instagram itu kebanyakan editan. Ternyata ngga juga sih...emang kawasan hutan Djawatan unik banget. Gue berasa mungil dan imut-imut banget berada di tengah hutan ini.

 
 
 
 

Senangnya, waktu gue ke sini ngga banyak pengunjung lainnya, jadi leluasa buat mengeksplorasi kawasan hutan dan pastinya berfoto - foto. Selain pohon - pohon raksasa yang menjadi nilai jual kawasan ini, juga ada beberapa spot bersantai di sini seperti ayunan, rumah pohon, dan lainnya. Untuk fasilitas seperti toilet dan mushala juga tersedia dan sepertinya dalam kondisi bersih. Pokoknya ini tempat wisata yang unik dan keren deh menurut gue.

Tuesday, June 18, 2019

Trip Banyuwangi : Kampung Warna Warni Sungai Kalilo


Berhubung lagi pengen, dan ada free time (sok sibuk bgt....) diary trip Banyuwanginya pun berlanjut.

Tanggal 2 Oktober 2018, hari terakhir di Banyuwangi, niatnya mau keliling - keliling kota aja naik motor sewaan dari Mango Tree. Salah satu tujuannya pengen ke Kampung Warna Warni Sungai Kalilo. Sejak mengunjungi Kampung Warna Warni yang ada di Semarang, gue jadi tertarik ngelihat yang di Banyuwangi juga. Abis rasanya unik aja, sebuah area pemukiman yang letaknya di bantaran sungai, kompak dicat warna - warni jadi keliatan semarak dan ceria banget. Bukan cuma rumah - rumah penduduknya yang dicat warna - warni, masjid yang ada di sekitarnya pun berwarna - warni.

Lahirnya kampung berwarna - warni ini adalah hasil kerja sama alumni mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya dengan pihak Pemkab Banyuwangi, yang melibatkan penduduk setempat. 


Kerennya, selain kampungnya sangat colorful, sungai yang mengalir di area ini juga tampak terawat kebersihannya. Jadi saat kedatangan gue ke sana, ngga nampak sampah 'menghiasi' sungai, apalagi aroma kurang sedap yang jadi ciri khas sungai jorok.

Gue penasaran deh kalo warga di sini janjian misalnya sama sopir Gojek atau kurir gitu...kalo gue biasanya bakal kasih info, "Rumah saya nomor....sebelah kiri....cat warna...." Sementara satu rumah di sini rata - rata dicat dengan warna komplit kayak pelangi... Mungkin si empunya rumah bakal bilang, "Rumah saya yang cat temboknya ungu, kuning, hijau, terus atapnya biru, orange, merah dan krem..." 

Overall, lumayanlah, piknik singkat ke kampung warna warninya Banyuwangi. Lokasi mudah dicari, gratis gak pake tiket masuk segala (cuma bayar parkir), bikin foto di sudut mana pun warna - warni. 


Friday, June 14, 2019

Selamat Datang di Dunia, Fajar !


Kali ini bloggingnya mengenai berita bahagia keluarga, yaitu kehadiran seorang keponakan laki - laki baru di tengah keluarga gue. Namanya Fajar, lahir Sabtu minggu lalu, 8 Juni 2019.

Kehadirannya di dunia cukup bikin perasaan gue campur aduk, mulai dari khawatir nungguin operasi cesar Anggira, adik gue / mamanya Fajar, yang terbayar dengan kebahagiaan yang luar biasa begitu operasi berakhir lancar, dengan ending lahirnya seorang bayi dengan berat 3,4 kg dan panjang 51 cm di dunia ini.

Malam sebelum operasi cesar, perasaan gue berkecamuk membayangkan esok paginya adik gue harus menghadapi ruang operasi untuk melahirkan. Gue mengerti, setiap harinya ada ribuan bayi lahir di bumi ini baik melalui proses normal maupun operasi cesar. Tappiiii...begitu anggota keluarga terdekat, terlebih adik sendiri harus bertaruh nyawa dan melahirkan, rasa was-wasnya begitu menyala - nyala.

Jadi malam itu gue lalui dengan berdoa kepada Yesus, dengan semua doa yang gue tahu, mulai dari doa Bapa Kami, Salam Maria, Novena Tiga Salam Maria, semua...Permohonan gue cuma satu, supaya adik dan bayinya selamat. Di ujung malam, entah di mana ketemunya, gue sempat membaca potongan ayat Alkitab (Bible) : 'Do not be afraid, I am with you. I'm your God, let nothing terrify you. I will make you strong and help you. I will protect you and save you." Setelah membaca ayat itu, entah kenapa ada kelegaan dan hati gue bilang, "Sudah...stop khawatirnya, serahkan semua kepada Yesus."


Keesokan harinya, di Rumah Sakit Aulia (Jagakarsa) operasi yang seharusnya dijadwalkan dimulai jam 9 pagi, molor sampai jam 10 lewat karena Pak Dokter masih terjebak macet. 

Sebelum Anggi dibawa ke ruang operasi, keluarga berdoa bersama. Rasanya gue yang paling tegang sekaligus cengeng dibandingkan yang lain. Jadi tiap kali liat Anggi yang udah tampak pucat dan membengkak, rasanya pengen nangis mulu. Mungkin kayaknya lebay...tapi gimana pun dia adik kecil gue (walaupun sering nyebelin juga).

Tentu saja gue menunggu dimulai dan jalannya operasi dengan tegang dan ngga sabaran. Berhubung saat itu keluarga juga lagi sibuk nyari kain putih yang akan digunakan untuk menyimpan ari-ari bayi, dan ternyata sulit didapat karena toko bahan/kain masih pada tutup, gue pun menawarkan diri untuk pulang dan mengambil stok bahan warna putih yang gue punya. 

Kebetulan yang unik bukan....beberapa tahun yang lalu gue sempat membeli kain putih dari pasar, entah untuk apa, dan menyimpannya di lemari pakaian. Dan hari itu, beberapa tahun setelahnya, tuh kain cukup berperan penting di salah satu hari bersejarah di keluarga gue : untuk menyimpan ari - ari anggota baru keluarga.

Oya, gue sengaja memilih kabur dari rumah sakit, karna ini satu - satunya cara gue mengalihkan ketegangan yang gue rasakan ketika menunggu proses operasi. Begitu di tengah jalan gue menerima pesan WA dari abang kalau proses operasi sudah selesai, kondisi adik dan bayinya sehat....Yesus, rasanya ngga pernah selega dan sebahagia itu dalam waktu bersamaan. Rasanya pengen sembah sujud memanjatkan rasa syukur dan terima kasih gue ke Yesus yang sudah menjawab doa gue yang penuh cucuran air mata sejak semalam.

Terima kasih Yesus atas kehadiran seorang keponakan baru dalam hidup gue. Semoga Yesus senantiasa menjaga dan melindungi lelaki kecil ini. Semoga Yesus berkenan menyertai tumbuh kembangnya dan memberikan berkat kesehatan. Semoga kehadirannya seperti Fajar yang memancarkan terang dan memberikan pengharapan baik bagi keluarga dan orang - orang di sekelilingnya. Amin.