Trip Siem Reap gue akan dimulai di Kuala Lumpur. Dari Kuala Lumpur, gue akan menumpang pesawat AirAsia lagi menuju Siem Reap. Siem Reap...impian gue beberapa tahun terakhir...mungkin 2 tahun. Saat gue mulai berteman dan berkomunikasi dengan para bekpeker...atau saat gue mulai, baik sengaja maupun ngga, suka lihat majalah - majalah wisata atau media lainnya. Entah yang mana duluan yang akhirnya "meracuni" otak dan hati gue, ampe bikin gue bertekad dan terobsesi untuk liat langsung Siem Reap yang fenomenal karena Angkornya itu. Tapi kayaknya majalah National Geographic yang paling provokatif memamerkan daya tarik Angkor. Biasanya gue baca NG kalo lagi di Gramedia. Dan, gue ke Gramedia kalo diajakin Ony. Berarti Ony juga bertanggung jawab sama obsesi terpendam gue akan Angkor.
Diam - diam, gue sering check harga promo ticket Siem Reap di webnya AirAsia. Rejeki emang ngga kemana...akhirnya gue dapat tiket super - duper murah, pas AirAsia lagi bikin promo IDR 0 tahun lalu. Semua IDR 0, baik tiket Jakarta - KL - Jakarta, maupun KL - Siem Reap - KL. Totalnya jadi IDR 105 ribu plus RM 98. Ini kayaknya pencapaian terbaik gue sepanjang tahun dalam hal menghamburkan duit. Gue ingat hari itu, gue bangun jauh lebih pagi dari biasanya..langsung mandi dan siap - siap berangkat ke kantor. Jam 5.30 pagi gue udah nangkring di warnet deket rumah, siap dengan kartu kredit plus kalender 2011, lengkap dengan copy Keputusan 3 Menteri mengenai Cuti Bersama 2011!
Kisah petualangan gue sebenernya selalu dimulai dari acara cari tiket murah di web AirAsia..karena proses ini butuh kerja keras dan ketekunan tingkat tinggi...cari - cari tiket murah di web, dapat tiketnya, tapi begitu mau melakukan pembayaran, web mendadak error...begitu udah kembali normal, tiket yang diincar udah ngga tersedia...begitu terus berulang - ulang. Kalau pun dapat, jadwal terbangnya masih lama, bisa 6 - 10 bulan ke depan...tapi itu 'seni'nya...there's no such thing as a free lunch, Cei !
Dan hari yang gue tunggu - tunggu pun tiba. Hari ini, untuk keempat kalinya dalam 2 tahun terakhir gue akan meluncur ke KL. Rasanya sensasional. Kombinasi antara senang, gembira, dan happy..(apa bedanya ??) Bukan karena KLnya, tapi Siem Reapnya itu. Kalo KL, udah hampir kayak Jakarta kedua buat gue. Gue udah agak percaya diri dan nyaman ngegembel di sana.
Misi gue di KL kali ini adalah melanjutkan pencarian Batu Caves. Sebelumnya, bulan Oktober tahun lalu pas pulang dari Hanoi gue sempat nyari jalan buat ke Batu Caves, tapi karena gue ngga punya modal informasi apapun, jadi waktu transit gue yang minimalis itu pun habis, sebelum gue bisa menemukan arah ke sana. Kali ini, gue udah pegang info lengkapnya.
Jadi begitu pesawat mendarat di LCCT, gue langsung naik SkyBus sampai KL Sentral. Di KL Sentral misi gue adalah nyari loker untuk simpan backpack gue biar gue bisa keliling KL dengan leluasa. Backpack gue titip di Coin Locker di KL Sentral, dengan beli koin seharga RM 5. Kelar urusan backpack, gue lanjut naik KTM Komuter tujuan Stesen Batu Caves. Gampang, cepat dan murah ternyata, tiket KTMnya pulang - pergi cuma RM 3. Gue cuma perlu ngelewatin beberapa stesen : Kuala Lumpur - Bank Negara - Putera - Sentul - Batu Kentonmen - Kampung Batu - Taman Wahyu - Batu Caves.
Tiba di sana langsung disambut sama patung Dewa Murugan raksasa berwarna keemasan setinggi 42 meter. Masuk lebih ke dalam lagi, kali ini disambut sama ratusan kera. Abis itu, pengunjung yang mau lihat gua, harus menaiki 272 anak tangga ! Dengan terseok - seok gue pun menaiki tangga satu persatu. Keringat mengalir deras, kaos basah dalam sekejap...Di dalam gua ada beberapa kuil dan tentunya ada lebih banyak kera lagi. Gue ngga terlalu lama di sini, karena emang ngga banyak hal bisa dilihat. Gue sempet tergoda untuk ikutan Cave tour. Tapi karena harganya mahal untuk gembel sekelas gue, RM 35 untuk 45 menit, gue ngga jadi ikutan. Setelah itu gue ambil langkah balik...itu berarti 272 anak tangga lagi. Total menjadi 544 anak tangga ! Di setiap langkah yang diiringi dengan setetes keringat, hati gue berusaha menghibur diri, "Bakar lemak, Cei...bakar lemak..."
Gue pun kembali ke Stesen Batu Caves, menuju KL Sentral lagi. Puas rasanya....hilang sudah rasa penasaran gue sama Batu Caves ini. Mission accomplished, Ceiiii !
Tiba di KL Sentral, kali ini gue naik LRT menuju KLCC. Seakan - akan udah jadi semacam ritual, tiap datang ke KL gue harus absen di menara kembar Petronas. Tapi selain itu, gue emang pengen juga liat KLCC Park di belakang menara kembar Petronas.
Puas menikmati sore di KLCC Park, ditambah hujan deras mengguyur, gue pun meninggalkan lokasi, tapi kali ini bukan ke KL Sentral, malah ke Pasar Seni.
Gue pengen ke Petaling Street. Ritual berikutnya. Gue punya kenangan mendalam dengan Petaling Street, jadi serasa gue kenal dekat banget daerah ini. Kali ini selain pengen bernostalgia, gue juga pengen cari warnet. Gue lupa untuk kirim konfirmasi ke Golden Temple Villa, kemarin. Gue harus kirim email lagi ke GTV untuk memastikan kedatangan gue, sekaligus booking tuktuk untuk hari pertama kedatangan gue di SR besok.
Abis dari warnet, menyusuri Petaling Street sebentar, beli buah plum (RM 10 untuk 6 buah plum), gue kembali ke KL Sentral. Gue pikir rasa cape, pegal dan lapar udah cukup untuk menghentikan langkah gue sampai KL Sentral aja. Ternyata ngga....gue malah melanjutkan perjalanan naik Monorail menuju Bukit Bintang. Misinya, cari makan siang dong...Tiba di Bukit Bintang, gue keluar masuk mall, tidak membeli sesuatu pun, keluar mall untuk menyusuri jalan di Bukit Bintang, kecapean, akhirnya memutuskan balik ke KL Sentral.
Di sini gue sempat makan di McDonald dan ambil backpack gue dari loker. Tadinya mau mandi juga, tapi tarif mandinya mahal : RM 5. Sebenarnya kulit gue udah lengket banget dengan keringat yang tadi bercucuran, mengering, dan bercucuran lagi...tapi karna tarif kamar mandi di sini mahal, gue batal mandi.
Akhirnya petualangan gue berakhir, gue naik Aerobus menuju LCCT. Tiba di LCCT, gue langsung nyari posisi di dekat McDonald, siap - siap untuk tidur. Walaupun bangku yang gue tidurin justru bikin badan makin pegal....walaupun pake rok (lagi centil)...tapi dalam beberapa menit setelah merebahkan badan di sederet bangku tunggu, gue pun langsung terlelap.
No comments :
Post a Comment