Pak Deddy, sang pawang gajah Aries, mengenalkan gue pada Queen, anak gajah yang baru berusia hampir setahun, yang tingginya belum lebih dari pinggang gue. Queen punya kebiasaan lucu, dia suka menyeruduk orang yang menjadi teman bermainnya, trus mengatur posisi hingga pantatnya membelakangi orang tersebut, dan dalam sekejap dia akan memberikan tendangan mautnya, dengan kaki kiri lalu kaki kanan. Inilah yang dia lakukan ke gue berkali - kali, tanpa ngerasa cape ato bosan.
Gue cuma bisa ketawa ngakak sejadi - jadinya ngeliat kelakukan Queen yang super lucu ini. Sesekali gue akan membalasnya dengan balik mengejar dan menggelitiki kaki Queen yang tampaknya sangat bangga dengan tendangan mautnya, yang entah dari siapa dipelajarinya. Ria, sang induk, tidak keliatan over protektif sama sekali. Dia asyik merumput. Kata Pak Deddy, Ria akan tenang dan senang mengamati anaknya bermain - main. Tapi kalo dia melihat atau mendengar Queen berteriak seperti layaknya anak kecil mengeluh atau menangis, Ria akan segera beraksi dan siap melindungi anaknya.
Ngga beberapa lama kemudian, Mega dan si kecil Ratu datang mendekat. Mega tampak selalu membuntuti Ratu, sehingga awalnya gue berpikir dia adalah sang induk. Sampai Pak Deddy menjelaskan, "Ini Mega, Mbak Yu'nya...". Gue heran dan balik bertanya, "Mbak Yu maksudnya apa, Pak ? Dia kakaknya ?" Pak Deddy jawab, "Bukan, dia yang tugasnya menjaga Ratu. Dan dia sangat menyayangi Ratu, sampai - sampai dia lebih rela tidak makan asalkan Ratu makan..."
Hari ini, gue dikenalkan lagi sama satu sisi istimewa dari seekor gajah. Betapa gajah sangat menjunjung tinggi nilai kasih sayang dan solidaritas. Dalam hal perasaan, gajah ngga jauh berbeda dengan manusia, hanya saja manusia terkadang menjadikan perasaan - perasaan indah itu menjadi lebih kompleks dan rumit. Hal ini membuat gue semakin sayang sama mamalia yang satu ini. Perasaan kagum dan bahagia yang bisa gue rasakan ditengah kawanan gajah ini, membuat gue melupakan lelahnya perjalanan yang harus gue tempuh dari Jakarta menuju Taman Nasional Way Kambas, Lampung ini.
Walaupun belum puas bermain - main bersama Queen dan Ratu, keasyikan lain segera menyita perhatian gue. Kali ini, tepat di tengah padang rumput hijau dan luas di taman nasional ini, gue pengen 'belajar' cara menunggang gajah seperti layaknya seorang pawang. Tepatnya, bagaimana mengendalikan jalan gajah dengan teknik yang benar. Saat menunggang kuda, gue mengandalkan kaki dan tali kekang untuk mengendalikan langkah dan arah kuda. Ternyata tekniknya ngga jauh berbeda dengan gajah. Kaki gue dan ganco adalah alat untuk mengendalikan jalan gajah. Di balik itu, sebenarnya kecerdasan dan kerja sama sang gajahlah yang paling berperan. Dengan tubuhnya yang raksasa, sebenarnya Aries, ato gajah manapun, bisa dengan mudahnya melemparkan tubuh gue dari punggung mereka. Tapi, gajah adalah makhluk yang sangat bersahabat. Jadi, bukan rasa takut yang membuat mereka mau bergerak sesuai dengan keinginan kita, tapi rasa sayang dan insting mereka.
"Kelas" menunggang ini memberikan perasaan senang seluas samudra di hati gue. Ini pengalaman yang luar biasa istimewa...walaupun setiap detiknya diisi dengan teriakan - teriakan histeris gue, karena rasa takut dan bersemangat di saat bersamaan. Tapi Pak Deddy selalu sabar mengingatkan, kalo Aries sangatlah kooperatif dan tidak akan melakukan tindakan - tindakan agresif yang akan membahayakan gue.
Taman Nasional Way Kambas adalah tempat favorit gue. Karena disini, gue bisa bertemu dan berinteraksi dengan sahabat - sahabat istimewa gue, para gajah. Para gajah yang selalu membuat gue takjub dengan segala hal yang ada pada diri mereka, dan apa yang mereka lakukan. Ini adalah kedua kalinya gue mengunjungi Taman Nasional Way Kambas...kedua kalinya gue bertemu Aries dan kawan - kawannya yang tersebar di taman nasional yang sangat luas ini. Ini adalah tempat istimewa gue, karena sejauh ini, baru disinilah gue melihat sahabat kesayangan gue, gajah, hidup dengan bebas dan cukup bahagia.
Gue berjanji, selama Yesus mengijinkan dan memampukan gue, baik dari segi keuangan, waktu, tenaga, dan apapun yang dibutuhkan untuk gue bisa berkunjung ke sini lagi, gue akan melakukannya ! Beberapa tahun silam, gue sempat pesimis dan putus asa untuk mencari jalan menuju taman nasional ini. Yesus udah menunjukkan jalannya untuk gue, dan gak akan gue sia - siakan. Sampai berjumpa lagi, Aries, Ria, Queen, Mega, Ratu dan gajah - gajah lainnya. Sampai kita bertemu lagi suatu saat nanti, semoga Yesus senantiasa melindungi dan memenuhi kebutuhan kalian. Amin.
2 comments :
Mama Queen namanya Dita, bukan Ria. kalo Ria kayaknya mamanya saburai deh, yang lahir 2 bulan setelah Queen.
kebetulan saya pernah jadi baby sitternya Queen selama 2 bulan, Juli-Agustus 2012, waktu praktek lapangan :)
Esa
Nama mamanya Queen buka Ria, tapi Dita.
Ria tuh mamanya saburai kalo ga salah, yang lahir 2 bulan setelah Queen.
kebetulan saya pernah jadi baby sitter Queen pada bulan Juli-Agustus 2011 waktu praktek lapang. hehe
Post a Comment