I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Sunday, June 29, 2014

Ereveld Ancol : "Peristirahatan" Belanda di Tepi Pantai

Kemarin (Sabtu, 28 Juni 2014), akhirnya gue berkesempatan mengunjungi satu lagi Ereveld yang ada di Jakarta, yaitu Ereveld Ancol. Kunjungan gue ke Ereveld Menteng Pulo sebelumnya memang menyisakan rasa penasaran dalam diri gue untuk mencari dan mengunjungi ereveld - ereveld lainnya. Kenapa ? Karena gue tertarik dan kagum dengan cerita sejarah yang melatarbelakangi pembangunan ereveld - ereveld ini. 

Lokasinya yang ada di dalam area Taman Impian Jaya Ancol (TIJA), 'memaksa' gue harus merogoh kantong untuk mengunjungi Ereveld ini, yaitu untuk tiket masuk TIJA. Meskipun Ereveld ini bukan termasuk dari wahana hiburan yang ada di TIJA, namun petunjuk lokasinya jelas. Ereveld terletak di dekat Pantai Carnaval. Kalau kehadiran Ereveld Menteng Pulo menurut gue sangat kontras dengan gedung - gedung pencakar langit yang ada di sekitarnya, Ereveld ini kontras karena terletak di antara pantai dan keramaian pengunjung yang sedang piknik di Ancol.

Area Ereveld Ancol ngga terlalu luas. Menurut informasi Pak Elisa, Kepala Ereveld Menteng Pulo, luasnya 'hanya' sekitar 1 hektar. Saat gue tiba di sana sore itu, gue ngga melihat siapapun, termasuk petugas kebersihan ereveld. Di dekat gerbang gue melihat petunjuk mengenai jam berkunjung, dan agar pengunjung membunyikan bel jika hendak memasuki area. Bel yang dimaksud ternyata istimewa, yaitu sebuah lonceng. Setelah 2 kali menarik tali lonceng, seorang petugas kebersihan datang mendekat. Beliau dengan ramah membukakan pintu gerbang dan mempersilahkan masuk.

Gerbang Ereveld
Waktu berkunjung

Bel lonceng
Meskipun saat itu sudah cukup sore, namun gue beruntung karena Pak Dicky, kepala Ereveld Ancol, kebetulan keluar dari rumahnya yang memang berada di area Ereveld, dan bersedia menemani gue dan Ony sejenak serta berbagi cerita mengenai ereveld ini.

Setelah itu, karena ngga ingin menahan Pak Dicky terlalu lama, karena gue tahu waktu kerjanya sudah berakhir sejak jam 1 siang tadi, gue dan Ony pun pamit untuk melihat pemakaman lebih dekat.

Ereveld Ancol, yang berbatasan langsung dengan pantai ini, diresmikan pada 14 September 1946. Di sini terdapat sekitar 1,500 makam. Yang menjadi kekhususan dari Ereveld Ancol adalah di sini dimakamkan warga negara Belanda maupun Indonesia, baik tentara maupun sipil, yang menjadi korban eksekusi oleh pihak Jepang selama masa pendudukan Jepang di Indonesia. Karena itu pada nisan banyak terdapat tulisan "Geexecuteerd...." Ada "Geexecuteerd Mandor" (dieksekusi di Mandor), "Geexecuteerd Antjol" (dieksekusi di Ancol), "Geexecuteerd Pontianak" (dieksekusi di Pontianak) dan banyak lagi lainnya. Ditulis 'Geexecuteerd' karena identitas mereka tidak dikenali, sehingga hanya ditulis berdasarkan lokasi dimana mereka ditemukan saja.

Di tengah - tengah keasyikan gue mengeksplorasi ereveld tiba - tiba handphone gue berbunyi. Nama di layar "Mama" dengan gambar bunga matahari sebagai foto profilnya. Mendadak gue panik. Di seberang sana ternyata Mama bingung karena tadi gue meninggalkan rumah tanpa pamit. Memang....karena tadi Mama sedang menikmati tidur siangnya dan gue ngga mau ganggu. Selama berbicara dengan Mama dalam hati gue terus berharap...jangan sampai Mama tanya dimana gue saat itu...please, Tuhan...Jantung gue nyaris berdetak lebih kencang dari biasanya....berada di antara 1,500 makam yang sepi ngga bikin gue ngeri. Tapi begitu berbicara dengan Mama di telepon, rasa takut justru tiba - tiba menyergap. Takut kalau Mama menanyakan tujuan langkah kaki panjang gue saat itu....dan entah apalagi yang harus gue lakukan...berbohong lagi...atau dengan jujur bilang, "Di Ancol Ma..." Dengar "Ancol" aja Mama pasti akan mengeluarkan jurus histerisnya. Nanti pasti Mama akan memekik, "Apa? Ancol? Jauh banget kau kesana ? Ngapain sih ?" Lalu jika si pemburu makam bersejarah bernyali tipis ini menjawab, "Di makam Belanda, Ma..." Maka, tamatlah riwayat gue saat itu juga...

Namun kali ini gue beruntung, Mama ngga menanyakan lebih lanjut keberadaan gue saat itu. Mungkin itu caranya untuk menghindari serangan darah tinggi. Karena dia tahu, langkah kaki gue terkadang menuju tempat - tempat yang baginya aneh sehingga memancing emosi kesal. Begitu pembicaraan di telepon dengan Mama selesai, gue pun lega dan perhatian gue kembali pada ereveld ini. 

Pendopo tempat menerima tamu
Lambang Oorlogsgraven Stichting
Dilihat dari gazeb
Seluruh makam tersusun rapi dan bersih
Monumen Ereveld Ancol
"Hungeest Heeft Overwonnen"
Semangat Mereka Telah Menang
....beristirahatlah dengan tenang....
Geexecuteerd Antjol
 "Geexecuteerd Antjol"adalah para korban eksekusi yang dilakukan di Ancol. Salah satu lokasi eksekusinya masih tersisa dan menjadi bagian dari ereveld, yaitu sebuah pohon mindi. Di pohon inilah eksekusi terhadap ratusan korban dilakukan. Kini, pohon besar yang merupakan saksi bisu sejarah itu sudah mati dan diawetkan. Pada bagian batang pohon diletakkan sebuah pelat dengan tulisan penggalan puisi "For The Fallen" karya seorang penyair Inggris bernama Laurence Binyon:

Hemelboom

They shall not grow old
as we that are left grow old
Age shall not weary them
nor the years condemn
at the going down of the sun
and the morning
We shall remember them
We shall remember them

Antjol 1942 - 1945

...Hemelboom...

Pohon Mindi
Duduk di dekat pohon ini dengan puisi indahnya yang bermakna mendalam, menimbulkan perasaan berkecamuk, antara kengerian, kesedihan, haru, namun juga takjub. Terlepas dari bagaimana kematian menjemput mereka, dengan cara yang kejam dan mengenaskan yang gue pribadi pun terlalu ngeri untuk membayangkannya, namun dari dalam hati yang terdalam, meskipun gue ngga mengenal mereka, tersisip doa semoga semua korban ini dapat beristirahat dengan tenang.

Meskipun Ereveld Ancol tidaklah terlalu luas, dan tanpa bangunan - bangunan tambahan indah seperti gereja dan lainnya, namun ereveld ini tetaplah menyimpan keistimewaan untuk gue. Satu lagi lokasi yang telah gue kunjungi dan membuat gue merasa bertambah 'kaya' karena kisah sejarah yang dimilikinya. Sepenggal cerita yang menjadi bagian dari sejarah kemerdekaan Indonesia namun belum pernah gue dengar dari pelajaran - pelajaran mana pun sepanjang masa sekolah gue.

4 comments :

Unknown said...

trimakasih Cheery informasinya,
Kamis depan tgl 08 Juni 2017 kami akan ziarah ke Ereveld Ancol untuk yg keduakalinya bagi saya

salam
Daniel

Cherry Sitanggang said...

Thanks, Daniel..happy ereveld trip :)

Unknown said...

Kak mau tanya cara masuk ke ereveld itu gimana? Saya ingin berziarah kesana tapi gatau cara izin masuknya harus gimana?

Cherry Sitanggang said...

Hi Evi,
Bisa minta ijin dan pemberitahuan sebelumnya ke Yayasan Makam Kehormatan Belanda. No. Telp: 021-7207983 (Ibu Ita) di hari dan jam kerja.

Salam!