I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Sunday, January 29, 2017

Perjalanan Panjang Menuju Pusat Konservasi Gajah Way Kambas


Beberapa hari sebelum ulang tahun gue, Ony nanyain mau hadiah ulang tahun apa. Hhmmm....gue bingung jawabnya. Kayaknya kali ini gue menyikapi hari ulang tahun dengan super santai. Bahkan ngga kayak tahun - tahun sebelumnya, tahun ini gue ngga mempersiapkan birthday trip kemana pun. Rasanya Yesus sudah memberikan berkat luar biasa....doa dan harapan terbesar gue selama ini untuk menikah sudah dijawab-Nya. Jadi kalau ditanya apa lagi yang gue inginkan, gue musti berpikir ekstra keras. Gue juga ngga ngebet-ngebet banget pengen dapat kado yang bersifat materi. Rasanya apapun yang gue butuhkan udah terpenuhi, dan gue ngga ngga suka hal - hal yang berlebihan.

"Gue mau ke Way Kambas!!" itu jawaban gue dengan girangnya. Tepat tiga hari sebelum hari ulang tahun, mendadak gue ingin ke Way Kambas. Ngapain ? Bertemu dengan teman - teman gajah gue tentunya! Di ulang tahun gue kali ini, gue ingin mewujudkan sesuatu yang bikin gue benar - benar bahagia. Gajah adalah mahkluk idola dan kesayangan gue. Entah mengapa, cukup hanya melihat sosoknya aja bisa bikin gue girang bukan main. Apalagi kalau bertemu langsung dan berinteraksi dengan mereka di Pusat Konsevasi Gajah (PKG) di Taman Nasional Way Kambas (TMWK).
 
Sebelumnya gue udah pernah ke PKG - TMWK sebanyak dua kali. Saat kedua trip ini, gue bergabung dalam sebuah tour ala ransel gitu deh...Masalahnya, tour tersebut hanya menghabiskan waktu beberapa jam saja di sana. Gue mau lebih lama....beberapa hari gitu. 

Gue pun mulai menyusun rencana secepat kilat. Dari kunjungan gue ke PKG - TMWK sebelumnya gue sudah berkenalan dengan salah satu pawang di sana, Pak Dedi. Gue pun mulai menghubungi Pak Dedi untuk mengabarkan rencana gue dan mendapatkan informasi sebanyak - banyaknya. Pada kunjungan gue sebelumnya, rencana perjalanan dan transportasi diatur oleh operator tour. Kali ini, gue harus bisa mencapai lokasi PKG - TMWK dengan cara mandiri. Tantangannya, transportasi menuju PKG - TMWK yang sangat terbatas dan sulit diakses.

Dengan waktu super sempit yang gue miliki, gue harus menyusun rencana dan memutuskan segala sesuatu dengan cepat. Untuk keberangkatan dari Jakarta menuju Lampung gue memilih menggunakan moda transportasi pesawat. Awalnya pertimbangannya agar hemat waktu dan kebetulan harga tiketnya cukup terjangkau. Untuk transportasi lainnya, gue diyakinkan oleh berbagai informasi dari berbagai sumber bahwa gue bisa mengandalkan bus Damri yang katanya akan mengantarkan penumpang bahkan sampai ke lokasi PKG - TMWK. Wowww!! Kemajuan luar biasa, gue pikir. Beberapa tahun lalu, saat gue begitu terobsesi untuk ke PKG - TMWK, gue nyaris frustasi putus asa karena menemukan jalan buntu untuk bisa ke sana, sendirian, dan dengan budget bekpeker gembel ala gue. Jadi, gue takjub plus bersyukur dengan kemajuan pesat, dimana bus Damri sudah tersedia bagi para pengunjung PKG - TMWK kayak gue.

Jumat, 13 Januari 2017, gue dan Ony meninggalkan rumah (Depok) jam 04:00 subuh menuju Bandar Udara Soekarno-Hatta. Pesawat Lion Air yang mengantarkan gue menuju Lampung take off  jam 06:30 pagi, dan mendarat dengan mulus di Bandar Udara Radin Inten II sekitar 10 menit lebih cepat dari perkiraan, yaitu jam 07:10 pagi. Perjalanan gue dan Ony dilanjutkan dengan naik bus Trans Lampung yang akan mengantar gue berdua menuju Terminal Rajabasa. Rencananya, dari Rajabasa gue akan naik bus Damri tujuan PKG - TMWK. Tapi apes tak dapat ditolak untung tak dapat diraih, rencana perjalanan yang gue pikir mulus adanya, mulai terkendala di sini.

Tiba di terminal Rajabasa yang luas banget, gue dan Ony mulai bertanya - tanya mengenai lokasi pool bus Damri. Orang-orang yang gue tanyain menjawab bahwa bus Damri sudah habis. Hah...habis ?? Habis gimana maksudnya, ini kan masih pagi....bahkan belum juga jam 08:00. Gue mendapat penjelasan bahwa bus Damri hanya tersedia beberapa jadwal keberangkatan saja setiap harinya. Dan yang jadwal pagi sudah lewat, jadi harus menunggu keberangkatan jadwal sore. OMG...! Ini detil yang luput dari persiapan gue yang emang selalu cuek dan 'last minute'. Ketika mendengar "bus Damri" gue langsung berpikir kondisinya seperti bus - bus Damri yang ada di setiap pool di Jabodetabek, yaitu dengan jadwal keberangkatan setiap 30 menit, dari pagi sampai malam hari. 

Oleh beberapa orang yang gue temui, gue diarahkan untuk menuju pool bus Rajawali yang melayani keberangkatan menuju Way Jepara. Namun ketika tiba di sana dan menggali informasi dari petugas pool, gue ogah menggunakan bus ini. Pertama, jadwal keberangkatan berikutnya adalah jam 10:00 pagi. Kedua, menurut gue busnya tua dan kurang nyaman. Ketiga, entah jalur apa yang digunakannya, perjalanan menuju Way Jepara akan memakan waktu sekitar 6 jam. Alasannya, jalur yang ditempuh adalah jalan yang rusak parah. Gue dan Ony pun kembali ke area di tengah terminal. Yang bikin miris, ketika gue dan Ony sedang istirahat sejenak untuk memikirkan langkah selanjutnya, di sebuah sudut terminal yang ternyata adalah pool bus Damri, gue mendapatkan informasi bahwa bus Damri menuju PKG - TMWK baru saja berangkat meninggalkan terminal sekitar jam 08:00 pagi. Beughhh!! Kalo lagi begini, idealisme traveling yang bilang 'Fokus pada perjalanannya, bukan tujuannya...' bla bla bla....buyar sudah....hancur berkeping - keping. Kejadian kayak gini tuh menyebalkan dan rasanya bikin pengen jedotin kepala ke tembok sekeras-kerasnya karena kesal sama diri sendiri. Gimana ngga, gue tiba di terminal ini sebelum jam 08:00 kurang. Pool ini terletak di bagian depan terminal yang sudah gue lewatkan tadi ketika tiba pertama kali. Entah kenapa gue malah milih melangkah ke bagian dalam terminal, bukan mampir ke sini dan bertanya ke orang-orang yang ada di sini. 

Gue pun membuka smartphone dan mulai browsing jadwal keberangkatan bus Damri berikutnya. Keren kan gue....browsing info sepenting ini baru di hari H, di jam H, tepatnya setelah ketinggalan bus. Jadi, jadwal keberangkatan bus Damri ada pada jam 06:00 pagi, 08:00 pagi, 10:00 pagi, 13:00 siang dan 16:00 siang. Dengan berat hati gue pun mengikhlaskan diri untuk menunggu bus jam 10:00 pagi, yang artinya masih sekitar 2 jam kurang sedikit. Seorang ibu pemilik warung kopi menawarkan bantuan untuk menelepon petugas Damri dan menanyakan kepastian jadwal keberangkatan. Ketika ibu yang baik hati ini menutup teleponnya, gue mendapat informasi yang lebih 'mengerikan' lagi dari sebelumnya. "Mbak, katanya bus yang jam 10 dan jam 1 siang ditiadakan. Nanti bus ada lagi yang jam 4 sore." Rasanya pengen teriak kencang - kencang, "Appppppaaaaaaaaa....????!!" Katanya, alasannya karena peminat bus yang sedikit. Trus, kenapaaaaa ???! Ya ampun, pengen nangis deh. Rasa kesal yang ada di hati gue demikian dahsyatnya...kok bisa sih bus Damri yang merupakan angkutan milik BUMN jadwalnya berubah sepihak dan sewaktu - waktu kayak gitu. Padahal katanya rute bus Damri yang baru diluncurkan akhir tahun 2016 yang lalu ini disebut-sebut sebagai terobosan Pemerintah untuk mempermudah wisatawan yang hendak berkunjung ke PKG - TNWK. Gimana wisatawan bisa yakin dan mengandalkan bus ini kalau jadwalnya ngga konsisten begitu. Gimana angka wisatawan PKG - TNWK mau meningkat kalau transportasi umumnya tetap susah diakses.

Ngga lama kemudian si petugas Damri nongol di warung kopi. Dari tatapannya tersirat rasa prihatin yang tulus. Sampai - sampai beliau menyarankan gue dan Ony menginap di dekat terminal saja hari ini dan berangkat ke PKG - TMWK keesokan harinya. Gue ngga mau, karena kedatangan gue ke Lampung hanya untuk bertemu teman - teman gajah gue...bukan yang lain. 

Satu-satunya harapan gue adalah naik sebuah bus PO Candra tujuan Way Jepara yang akan berangkat jam 10:00. Informasi mengenai nama bus ini gue peroleh dari salah satu petugas di Bandar Udara Radin Inten tadi. Gue lebih memilih bus ini karena dari info yang gue dengar, jarak tempuhnya lebih cepat, karena melewati jalur yang berbeda dengan bus Rajawali. Gue pun menuju pool bus PO Candra, dan menunggu di situ sambil menahan lapar dan gerah. Jam 10:00 lewat, bus berwarna hijau itu pun tiba, dan gue segera naik. Kondisi busnya hampir kayak bus Kowanbisata tujuan Depok - Pulogadung, yang gue gunakan waktu jaman SMA dulu. Kecil, non AC, dan ngga nyaman - nyaman banget. Sepanjang perjalanan gue tertidur berbantalkan pundak Ony. 

Gue dan Ony minta ditujunkan di Pasar Tridatu (Lampung Timur). Rasanya lega dan senang banget, setelah menempuh perjalanan melelahkan berjam - jam lamanya. Gue dan Ony langsung mencari warung makan di sekitar pasar Tridatu. 

Kelar makan, perjuangan pun berlanjut. Perjuangan yang dimaksud adalah mencari tukang ojek yang akan mengantarkan gue dan Ony menuju PKG - TMWK. Dari informasi yang gue dapatkan selama ini, ongkos ojeknya bisa mencapai Rp. 75,000 - Rp. 150,000,- per motor. Mahalnya keterlaluan. Sebenarnya sudah ada 2 tukang ojek yang dari tadi setia membuntuti sejak turun dari bus tadi dan menunggu gue dan Ony makan, tanpa diminta. Tapi mereka menawarkan ongkos Rp. 100,000,- per motor. Gue sebenarnya bukan tipe orang yang suka nawar harga. Bukannya kenapa - kenapa...menawar harga tuh melelahkan. Tapi kali ini gue akan berjuang mati-matian demi mendapatkan harga yang pantas. Pantas di kantong gue, maksudnya.

Di titik Rp. 75,000,- tawar-menawarnya menemui jalan buntu. Kedua pengendara ojek ini ngga mau lagi menurunkan harga ongkosnya. Nyaris putus asa, gue pun menelepon Pak Dedi. Pak Dedi bilang ongkosnya Rp. 50,000 per motor dengan tambahan pesan, 'Bilang aja, temennya Pak Dedi Baung..' Setelah menutup telepon gue pun kembali berjuang menawar ongkos dengan kedua pengendara ojek tadi, kali ini dengan password pamungkas, "Pak Dedi Baung". Akhirnya kedua pengendara ojek menyerah pasrah di harga Rp. 55,000 per motor. Mungkin karena ngga tahan sama kebawelan gue. 

Perjalanan menuju PKG - TMWK ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit, melewati kawasan hutan lindung dan perkebunan karet. Sepanjang jalan, ngga ada orang atau motor lain yang melintasi jalan yang sepi itu. Hanya kera-kera penghuni hutan kerap memunculkan sosoknya untuk bermain atau sekedar duduk di tengah jalan. Semakin mendekat ke kawasan PKG, hati gue bersorak - sorak kegirangan. Ya Tuhan....segala drama yang harus gue hadapi sepanjang hari ini, nyaris lenyap tak berbekas karena gue begitu bersemangat bertemu teman - teman gajah, yang terakhir gue temui sekitar empat tahun yang lalu. 

Begitu tiba di kawasan PKG - TNWK dan turun dari motor ojek, gue langsung melirik jam tangan....jam 14:30 sore. 'Menakjubkan' banget....secara geografis Lampung tuh deket banget dari Jakarta padahal...tapi butuh waktu 10 jam lebih untuk ke sini. Padahal udah pake pesawat.... Gimana kalo jalan darat &  laut...? Ternyata sepanjang - panjangnya belalai gajah, masih jauh lebih panjang perjalanan menuju PKG - TNWK.

No comments :