I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Tuesday, January 23, 2018

Niat Kesampaian Ke Trowulan (11 Januari 2018)



Flight gue pagi ini dijadwalkan berangkat jam 5:40 pagi. Gue dan Ony bangun jam 1...entah dini hari atau masih tengah malam itu namanya. Trus, berangkat ke Soetta Airport sekitar jam 2:30 pagi.

Pesawat yang gue naiki nyaris kosong setengahnya, jadi gue leluasa bisa memilih deret bangku yang kosong, dan rebahan, walaupun gak bisa tidur juga, karena perjalanannya cuma sekitar 1.5 jam.

Tiba di Juanda Airport, Sidoarjo, Pak Mustaim, driver dari rental mobil yang gue sewa, sudah standby. Dari airport sebenarnya gue pengen nyobain kuliner Sidoarjo. Tapi menurut Pak Mustaim, belum ada tempat kulineran yang buka. Trus gue malah ditanyain mau mampir kemana di Sidoarjo ini. Berhubung ngga kenal daerah ini, gue nurut aja waktu Pak Mus menawarkan wisata lumpur Lapindo. Hhmm....kawasan lumpur Lapindo ternyata bisa dikunjungi dan jadi salah satu pilihan wisata. Gue dan Ony pun mampir ke sana.

Di sana gue berdua langsung diserbu oleh para tukang ojek yang menawarkan diri untuk mengantar berkeliling dan mendekat ke titik semburan yang terlihat masih aktif, jadi nampak seperti hamparan kawah gitu. Awalnya gue ama Ony cuma mau lihat - lihat sebentar, tapi akhirnya tergoda juga untuk 'pinjam' motor salah satu tukang ojek seharga Rp. 30,000,-

Kawasan sekitar genangan lumpur Lapindo gersang dan panas luar biasa. Trus dengan pedenya gue naik motor tanpa jaket dan topi. Tiba di lokasi yang nampak seperti hamparan kawah yang membumbung tinggi itu, kulit gue udah gosong segosong-gosongnya, dengan rambut acak-acakan. Berada di tengah hamparan lumpur yang mengeras dan mengering itu, susah ngebayangi bahwa dulunya kawasan itu adalah desa-desa dengan bangunan - bangunan rumah, pabrik dan lainnya, yang musnah ditelan lumpur. 

 
 
Setelah puas berjemur dan membakar kulit di bawah ganasnya sinar matahari, gue dan Ony meninggalkan lokasi. Tadinya gue minta diantar ke Candi Pari, tapi menurut Pak Mus akses jalan ke sana sedang ditutup. Kecewa. Perjalanan pun dilanjutkan Menuju Mojokerto yang gue lalui dengan tertidur, dan Ony menemani Pak Mus mengobrol.

Memasuki Mojokerto, terlebih daerah Trowulan, yang gue lihat adalah bangunan - bangunan, baik rumah, kantor, sekolah dan lainnya dengan gapura - gapura menjulang terbuat dari batu bata dengan nuansa merah. Jadi buat gue yang awam gini, terasa ada sedikit nuansa Bali gitu deh....Trus di depan setiap rumah di Trowulan, terdapat bangunan rumah kecil dengan gaya arsitektur khas jaman Majapahit, yang disebut sebagai Majapahitan. 

Pak Mus mengantar gue dan Ony ke Sun Palace Hotel yang letaknya sangat strategis, yaitu pas di Jalan Raya Trowulan, jadi sangat mudah ditemukan. 

Sun Palace Hotel secara sekilas adalah hotel yang nyaman, bergaya Bali, dan fasilitasnya lumayan lengkap termasuk kolam renang. Berhubung hari Kamis, sepertinya tamu hotel saat itu ngga banyak, alias sepi.

Selesai bersih-bersih dan istirahat sejenak, gue dan Ony langsung meninggalkan hotel dan mulai mengeksplorasi Trowulan. Candi pertama yang gue kunjungi adalah Candi Gentong di desa Bejijong. Di dalam komplek Candi Gentong dibagi menjadi 2 lokasi : Candi Gentong 1 dan Candi Gentong 2. Keduanya kini hanya berupa puing - puing yang ditutupi dengan atap berbentuk pendopo. Asri banget komplek Candi Gentong ini....selain dipenuhi pepohonan, yang kebanyakan adalah pohon maja, juga karena hampir seluruh area terdiri dari lapangan rumput nan hijau dan terawat.

Selain itu gue menikmati banget berada di sini karena tidak ada pengunjung lainnya selain gue dan Ony.

Candi Gentong dibangun pada masa pemerintahan Hayam Wuruk untuk upacara Sraddha memperingati Tribuwana Wijaya Tungga Dewi, ibu Hayam Wuruk. Beughhh...nama - nama populer yang sering gue denger pas pelajaran sejarah jaman SD atau SMP dulu.

 
 
 

Dari Candi Gentong, perjalanan pun dilanjutkan ke Candi Brahu. Dari kejauhan gue udah bisa ngelihat betapa megahnya candi yang satu ini. Selain itu, berbeda dengan Candi Gentong, Candi Brahu bisa dibilang masih utuh dan berdiri kokoh. Candi yang tersusun dari bata merah ini mengingatkan gue sama beberapa candi yang pernah gue kunjungi di Ayyuthaya, Thailand.

Di sini lagi - lagi gue disuguhi pemandangan segar di mata, pepohonan yang super rindang, dan bangunan candi seakan - akan berdiri di atas rumput hijau luas yang nampak seperti permadani. Caelaahh !

Puas dari Candi Brahu, gue dan Ony menuju Maha Vihara Mojopahit. Tujuan gue ke sini tak lain dan tak bukan ya buat melihat patung Buddha Tidur sepanjang 22 meter dan tinggi 4,5 meter. Gue khan paling suka mencari dan mengunjungi patung Buddha Tidur. Salah satu destinasi yang bikin gue pengen banget ke Mojokerto ya Patung Buddha Tidur ini.


Berikutnya Pak Mus mengantarkan gue dan Ony ke Museum Trowulan. Ini adalah museum arkeologi yang menyimpan peninggalan arkeologi dari masa Majapahit, dan yang ditemukan di seluruh Jawa Timur, mulai dari era raja Airlangga, Kediri dan Singasari.

Kayaknya ini salah satu museum dengan koleksi paling banyak yang pernah gue kunjungi, mungkin kayak di Museum Nasional (Gajah) di Jakarta. Rasanya ngga cukup kalo cuma sejam - 2 jam di sini.

Di saat yang sama gue agak heran kenapa sebagian barang koleksi museum diletakkan di luar museum (outdoor), yang bikin gue jadi ngerasa sayang banget, khawatir peninggalan yang terbuat dari batu - batuan tersebut rusak oleh cuaca.

 

Museum Trowulan Majapahit terletak hampir bersebelahan dengan Kolam Segaran Trowulan. Konon kolam Segaran yang berukuran 375 meter x 175 meter ini, pada jaman Majapahit berfungsi sebagai waduk air. Sore itu ketika gue dan Ony mampir ke situ, kolam Segaran dipenuhi oleh banyak warga yang asyik memancing.

Asyik sih sebenarnya menghabiskan waktu di situ, tapi panasnya ngga tahan !


Dari Kolam Segaran gue dan Ony berjalan kaki menuju Pendopo Agung. Pendopo Agung dibangun di atas lokasi Pendopo Agung pada masa Kerajaaan Majapahit, dan konon di sinilah Maha Patih Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang terkenal itu. Sisa-sisa peninggalan pelajaran Sejarah jaman SD dulu yang masih melekat di pikiran, terlebih kalau mengenai Kerajaan Majapahit, ya Hayam Wuruk....dan Gajah Mada dengan Sumpah Palapanya. Dari teks yang gue sempat lihat di Museum Trowulan Majapahit, begini isi sumpahnya :

Setelah tunduk Nusantara saya akan beristirahat. Sesudah kalah Gurun, Seran, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda Palembang, Tumasik, barulah saya akan beristirahat.



Dari Pendopo Agung, tujuan berikutnya adalah ke Candi Kedaton dan Sumur Upas. Begitu tiba di pintu masuk Candi Kedaton dan Sumur Upas, gue takjub sekaligus ngeri, karena Candi Kedaton tinggal berupa reruntuhan yang tersusun seperti labirin, yang sangat luas. Trus di tengah - tengahnya terdapat sebuah sumur yang menurut penjaga candi, airnya beracun. Di sekitar sumur diletakkan bunga mungkin dimaksudkan sebagai sesajen.

Candi Kedaton dilindungi dengan tembok disekelilingnya dan atap kokoh yang bikin keseluruhannya tuh megah banget. Gue salut deh sama Pemkot Mojokerto karena sepertinya sadar banget akan kekayaaan dan aset daerahnya dan terlihat usaha untuk melindunginya. Misalnya dengan membangun pendopo atau bangunan di atas peninggalan candi - candi yang tinggal reruntuhan, dan juga berusaha mempercantik kawasan - kawasan candi dengan merawat taman - taman di dalamnya.

Berhubung saat itu sudah sore, langit gelap dan hujan turun dengan derasnya, gue dan Ony memutuskan untuk pulang dan kembali ke Candi Kedaton keesokan harinya.

Kalau dibandingkan dengan itinerary yang gue buat di awal, kayaknya memang agak meleset, hari ini cuma bisa mengunjungi beberapa tempat saja. Gue dan Ony emang mau leluasa menikmati tempat - tempat yang kita kunjungi tanpa dibatasin oleh waktu, jadi kadang malah berlama - lama di satu tempat.

Setelah diantar kembali ke Sun Palace, gue dan Ony kebingungan nyari makan malam. Akhirnya gue berdua berjalan kaki menuju Rumah Makan Asmuni yang juga berada di sepanjang Jalan Raya Trowulan. Selain masalah transportasi umum yang tak tersedia, tantangan lainnya di sepanjang jalan raya Trowulan yang sebenarnya lebar banget itu, ngga ada trotoarnya di segala sisi ! Bahaya banget buat pejalan kaki...padahal kendaraan - kendaraan yang melintasi jalan ini kebanyakan truk - truk atau bus antar kota yang melaju dengan kencang. Selain itu penerangan jalannya juga minimalis alias kurang banget. Gue dan Ony berjalan kaki justru di pembatas jalan yang berada di tengah jalan raya.


Kelar makan malam, gue dan Ony balik ke hotel dan istirahat. Hari yang super melelahkan, secara aktivitas sudah dimulai sejak jam 1 dini hari, dan sepanjang hari diisi dengan berpetualang di Trowulan. Tapi happy banget....sejauh ini, Trowulan bahkan lebih keren dari yang gue bayangkan sebelumnya.

No comments :