Ini hari yang gue tunggu - tunggu, hadiah ulang tahun gue. Dari siapa ? Dari Yesus...mungkin melalui Airasia yang udah nyediain tiket pp Jakarta - Phuket seharga IDR 431,000.
Perjalanan gue kali ini benar – benar nyaris tanpa persiapan. Bahkan gue baru packing ransel sekitar 3 jam sebelum gue berangkat ke Airport Soeta. Mungkin karena gue gak punya banyak waktu untuk persiapan sebelumnya. Seminggu terakhir sebelum keberangkatan, kerjaan kantor bener – bener padat dan menyita waktu gue....dan tenaga serta mood gue pastinya. Tapi gue tetep bersemangat.
Tepat jam 2 siang Damri berangkat dari Terminal Pasar Minggu, dan tanpa kendala kemacetan yang berarti, mengantarkan gue ke Terminal 2 Soeta Airport. Gue akan menunggu lumayan lama sampai waktunya boarding. Pesawat gue sendiri dijadwalkan berangkat jam 17.20. Jadi gue masih punya banyak waktu, tanpa tahu mau melakukan apa, selain makan siang dan bengong, di Airport.
Waktunya boarding tiba, hari sudah menjelang gelap. Penumpang dipersilahkan memasuki pesawat, dan gue langsung mencari bangku gue, 24F. Kali ini gue beruntung, karena tidak ada penumpang yang menempati bangku 24D dan 24E. Jadi sederet bangku itu menjadi hak gue, dan gue bisa dengan leluasa meluruskan kaki gue dan tidur dengan posisi badan selayaknya di kasur. Bener – bener hadiah ulang tahun yang istimewa, dimulai dari tempat duduk gue di pesawat.
Sekitar jam 8 malam lewat, pesawat mendarat di Phuket International Airport. Sebelum meninggalkan lokasi gue sempat mampir di money changer karena gue cuma punya USD tanpa satu sen pun Bath. Begitu di luar, gue langsung membeli tiket minibus seharga 150 Bath yang akan mengantar gue ke Patong. Minibusnya sangat nyaman. Baru sekitar 20 menit perjalanan, minibus berhenti di sebuah kantor. Kebanyakan penumpang bertanya – tanya dan mengeluh. Mungkin karena udah malem dan cape, pengen segera tiba di hotel masing – masing.
Di kantor itu setiap penumpang diminta turun, dan memberitahukan ke petugas di dalam kantor nama dan alamat hotel masing – masing. Gue jadi lumayan lega, ternyata minibus bakal ngantar gue sampai ke hostel. Petugas bingung begitu gue menyebutkan nama hostel gue : Gipsy Room - Patong Backpacker House. Setelah itu gue kasih liat bukti konfirmasi via hostelbookers.com yang gue print, di situ ada alamat Gipsy, lokasinya di Hasippee Road, Patong.
Perjalanan dilanjutkan. Memasuki daerah Patong, gue makin bersemangat. Kalo Bangkok terkenal dengan Khaosan Roadnya, sepanjang yang gue tahu Phuket terkenal dengan Patongnya. Minibus pun mengantar penumpang satu per satu. Ada yang diantar ke hotel mewah, resor, atau cukup di pinggir jalan. Kalau yang di pinggir jalan, gue asumsikan si penumpang menginap di hostel, yang lokasi di dalam gang – gang sempit.
Dan ternyata gue adalah penumpang terakhir. Semua penumpang sebelum gue diantar ke daerah yang sama. Tempatnya ramai, hingar – bingar, dengan berbagai macam toko, hotel, bar, di kiri – kanan jalan. Tapi jalan menuju Gipsy mendadak berubah. Sepi dan agak menanjak.
Menjelang jam 10 malam, supir minibus memberhentikan gue di depan sebuah toko Seven Eleven. Dia membukakan pintu buat gue, dan dengan bahasa Inggris yang benar – benar gak gue ngerti dia menunjuk jalan menanjak yang gelap. “Gipsy..Gipsy”, dia bilang sambil nunjuk ke bangunan bertingkat yang posisinya...agak di atas. Tanjakannya tajam banget, dan gue udah langsung ngerasa cape sebelum mulai berjalan.
Tiba di pintu, gue pencet bel dan seorang perempuan menyambut dengan ramah dan meminta gue untuk ke lantai 2. Di lantai 2, ruang hanya terdiri dari ruang nonton, dapur dan balkon. Ternyata resepsionisnya ada di ruang dapur. Gue langsung terkesan dengan hostel yang satu ini. Bersih dan elegan. Dengan aroma wangi yang bikin nyaman. Setelah urusan check in, gue kembali diantar ke lantai dasar, ke kamar gue Mix Dorm Room 10 Bed. Kamarnya bersih dan nyaman, juga WC nya. Gue langsung puas dan pengen segera istirahat begitu ngeliat kasurnya yang empuk. Untuk kamar ini, tepatnya kasur ini, gue harus ngebayar sekitar USD 11. Awalnya gue pikir terlalu mahal, tapi begitu ngeliat langsung isinya, bagi gue itu sepadan. Dan kali ini gue gak kecewa dengan review yang gue baca di website www.hostelbookers.com.
Abis mandi, gue langsung keluar meninggalkan Gipsy. Banyak yang harus gue lakukan : beli air mineral di Seven Eleven, cari money changer, dan cari tour agent buat booking Phi – Phi Island tour buat besok. Tapi ternyata kawasan itu udah semakin gelap dan sepi. Abis dari Seven Eleven, gue mampir ke arah kantor tour agent, Golden, yang sebenarnya udah tutup. Di dekat kantor ada sepasang suami istri yang lagi asyik ngobrol. Dia bilang kantor udah tutup dan gue harus kembali besok, atau bisa menelepon Mr. Kamchai si pemilik kantor ke nomor ponselnya. Nelpon ke ponsel ? Gak mungkin lha...gue gak punya SIM card Thailand. Ternyata si suami tanpa gue minta menghubungi Mr. Kamchai dengan ponselnya dan dia minta gue bicara langsung dengan Mr. Kamchai. Gue bilang ke Mr. Kamchai mau booking Phi Phi Island tour untuk besok. Mr. Kamchai bilang udah ngga bisa karena sudah lewat jam 11 malam. Booking hanya bisa dilakukan sebelum jam 11 malam. Karena kelelahan gue yang teramat sangat, ditambah kemampuan gue yang terbatas buat ngerti bahasa Inggris Mr. Kamchai, gue pun mengakhiri pembicaraan.
Gue kembali ke Gipsy dengan sedikit panik. Sebenarnya gue bisa booking tour di Gipsy, tapi harganya selangit, 1,400 Bath. Tapi begitu gue tiba di lantai 2, gue udah menyerah dan memutuskan untuk booking di Gipsy. Tapi resepsionisnya bilang hal yang sama seperti Mr. Kamchai. Gue terlambat booking, karena udah lewat jam 11. Akhirnya setelah browsing – browsing di internet, yang bisa gue pake dengan gratis, dan tetap belum menemukan solusi, gue kembali ke kamar. Badan gue terlalu lelah, termasuk buat berpikir. Gue cuma berdoa, besok gue akan ikut Phi Phi Island tour...entah gimana caranya...yang pasti butuh sedikit miracle.
Gue tidur dengan nyenyaknya..walaupun sesekali terbangun. Kasur gue terguncang – guncang, seakan – akan ada gempa. Padahal cuma tamu yang tidur di kasur atas gue yang bergerak terlalu aktif sepanjang tidurnya. Gue serasa tidur di ranjang goyang. Terbangun...tidur lagi...terbangun...begitu sepanjang malam. Tiap kali gue terbangun terpaksa pikiran gue melayang ke besok. Dan hati gue cuma bisa berbisik, 'Pasti besok ada solusi...' dan gue kembali tertidur pulas.
Tepat jam 2 siang Damri berangkat dari Terminal Pasar Minggu, dan tanpa kendala kemacetan yang berarti, mengantarkan gue ke Terminal 2 Soeta Airport. Gue akan menunggu lumayan lama sampai waktunya boarding. Pesawat gue sendiri dijadwalkan berangkat jam 17.20. Jadi gue masih punya banyak waktu, tanpa tahu mau melakukan apa, selain makan siang dan bengong, di Airport.
Waktunya boarding tiba, hari sudah menjelang gelap. Penumpang dipersilahkan memasuki pesawat, dan gue langsung mencari bangku gue, 24F. Kali ini gue beruntung, karena tidak ada penumpang yang menempati bangku 24D dan 24E. Jadi sederet bangku itu menjadi hak gue, dan gue bisa dengan leluasa meluruskan kaki gue dan tidur dengan posisi badan selayaknya di kasur. Bener – bener hadiah ulang tahun yang istimewa, dimulai dari tempat duduk gue di pesawat.
Sekitar jam 8 malam lewat, pesawat mendarat di Phuket International Airport. Sebelum meninggalkan lokasi gue sempat mampir di money changer karena gue cuma punya USD tanpa satu sen pun Bath. Begitu di luar, gue langsung membeli tiket minibus seharga 150 Bath yang akan mengantar gue ke Patong. Minibusnya sangat nyaman. Baru sekitar 20 menit perjalanan, minibus berhenti di sebuah kantor. Kebanyakan penumpang bertanya – tanya dan mengeluh. Mungkin karena udah malem dan cape, pengen segera tiba di hotel masing – masing.
Di kantor itu setiap penumpang diminta turun, dan memberitahukan ke petugas di dalam kantor nama dan alamat hotel masing – masing. Gue jadi lumayan lega, ternyata minibus bakal ngantar gue sampai ke hostel. Petugas bingung begitu gue menyebutkan nama hostel gue : Gipsy Room - Patong Backpacker House. Setelah itu gue kasih liat bukti konfirmasi via hostelbookers.com yang gue print, di situ ada alamat Gipsy, lokasinya di Hasippee Road, Patong.
Perjalanan dilanjutkan. Memasuki daerah Patong, gue makin bersemangat. Kalo Bangkok terkenal dengan Khaosan Roadnya, sepanjang yang gue tahu Phuket terkenal dengan Patongnya. Minibus pun mengantar penumpang satu per satu. Ada yang diantar ke hotel mewah, resor, atau cukup di pinggir jalan. Kalau yang di pinggir jalan, gue asumsikan si penumpang menginap di hostel, yang lokasi di dalam gang – gang sempit.
Dan ternyata gue adalah penumpang terakhir. Semua penumpang sebelum gue diantar ke daerah yang sama. Tempatnya ramai, hingar – bingar, dengan berbagai macam toko, hotel, bar, di kiri – kanan jalan. Tapi jalan menuju Gipsy mendadak berubah. Sepi dan agak menanjak.
Menjelang jam 10 malam, supir minibus memberhentikan gue di depan sebuah toko Seven Eleven. Dia membukakan pintu buat gue, dan dengan bahasa Inggris yang benar – benar gak gue ngerti dia menunjuk jalan menanjak yang gelap. “Gipsy..Gipsy”, dia bilang sambil nunjuk ke bangunan bertingkat yang posisinya...agak di atas. Tanjakannya tajam banget, dan gue udah langsung ngerasa cape sebelum mulai berjalan.
Tiba di pintu, gue pencet bel dan seorang perempuan menyambut dengan ramah dan meminta gue untuk ke lantai 2. Di lantai 2, ruang hanya terdiri dari ruang nonton, dapur dan balkon. Ternyata resepsionisnya ada di ruang dapur. Gue langsung terkesan dengan hostel yang satu ini. Bersih dan elegan. Dengan aroma wangi yang bikin nyaman. Setelah urusan check in, gue kembali diantar ke lantai dasar, ke kamar gue Mix Dorm Room 10 Bed. Kamarnya bersih dan nyaman, juga WC nya. Gue langsung puas dan pengen segera istirahat begitu ngeliat kasurnya yang empuk. Untuk kamar ini, tepatnya kasur ini, gue harus ngebayar sekitar USD 11. Awalnya gue pikir terlalu mahal, tapi begitu ngeliat langsung isinya, bagi gue itu sepadan. Dan kali ini gue gak kecewa dengan review yang gue baca di website www.hostelbookers.com.
Abis mandi, gue langsung keluar meninggalkan Gipsy. Banyak yang harus gue lakukan : beli air mineral di Seven Eleven, cari money changer, dan cari tour agent buat booking Phi – Phi Island tour buat besok. Tapi ternyata kawasan itu udah semakin gelap dan sepi. Abis dari Seven Eleven, gue mampir ke arah kantor tour agent, Golden, yang sebenarnya udah tutup. Di dekat kantor ada sepasang suami istri yang lagi asyik ngobrol. Dia bilang kantor udah tutup dan gue harus kembali besok, atau bisa menelepon Mr. Kamchai si pemilik kantor ke nomor ponselnya. Nelpon ke ponsel ? Gak mungkin lha...gue gak punya SIM card Thailand. Ternyata si suami tanpa gue minta menghubungi Mr. Kamchai dengan ponselnya dan dia minta gue bicara langsung dengan Mr. Kamchai. Gue bilang ke Mr. Kamchai mau booking Phi Phi Island tour untuk besok. Mr. Kamchai bilang udah ngga bisa karena sudah lewat jam 11 malam. Booking hanya bisa dilakukan sebelum jam 11 malam. Karena kelelahan gue yang teramat sangat, ditambah kemampuan gue yang terbatas buat ngerti bahasa Inggris Mr. Kamchai, gue pun mengakhiri pembicaraan.
Gue kembali ke Gipsy dengan sedikit panik. Sebenarnya gue bisa booking tour di Gipsy, tapi harganya selangit, 1,400 Bath. Tapi begitu gue tiba di lantai 2, gue udah menyerah dan memutuskan untuk booking di Gipsy. Tapi resepsionisnya bilang hal yang sama seperti Mr. Kamchai. Gue terlambat booking, karena udah lewat jam 11. Akhirnya setelah browsing – browsing di internet, yang bisa gue pake dengan gratis, dan tetap belum menemukan solusi, gue kembali ke kamar. Badan gue terlalu lelah, termasuk buat berpikir. Gue cuma berdoa, besok gue akan ikut Phi Phi Island tour...entah gimana caranya...yang pasti butuh sedikit miracle.
Gue tidur dengan nyenyaknya..walaupun sesekali terbangun. Kasur gue terguncang – guncang, seakan – akan ada gempa. Padahal cuma tamu yang tidur di kasur atas gue yang bergerak terlalu aktif sepanjang tidurnya. Gue serasa tidur di ranjang goyang. Terbangun...tidur lagi...terbangun...begitu sepanjang malam. Tiap kali gue terbangun terpaksa pikiran gue melayang ke besok. Dan hati gue cuma bisa berbisik, 'Pasti besok ada solusi...' dan gue kembali tertidur pulas.
No comments :
Post a Comment