Gue sengaja pasang alarm supaya bisa bangun jam 6 pagi. Tekad gue bulat : gue harus telepon Mr. Kamchai pagi ini !! Abis mandi, gue langsung beresin ransel. Gue pengen pindah dari Gipsy. Gipsy sebenarnya nyaman, tapi aksesnya kemana - mana susah. Bahkan semalem untuk nyari makan pun susah, dan akhirnya gue cuma makan malem bakpau imut seharga 15 bath yang gue beli di Seven Eleven. Tapi sebenarnya gue juga belum tau mau pindah kemana.
Abis mandi gue pun ke kantor Mr. Kamchai. Masih tutup. Mr. Kamchai semalem emang bilang kalo kantornya baru buka jam 11 siang hari ini. Gue pun ke telepon umum terdekat, mau telepon Mr. Kamchai. Mr. Kamchai ngangkat telepon. Gue bilang kalo gue mau ikutan Phi - Phi Island tour hari ini. Dia bilang gak bisa karena sudah telat, jam segini biasanya minibus udah mulai jemput peserta tour satu - persatu. Gue gak menyerah....segala daya upaya gue kerahkan untuk membujuk Mr. Kamchai bolehin gue ikut tour hari ini. Mulai dari maksa, melas, merengek...Tetap ngga bisa....Akhirnya dengan nada memelas gue keluarkan kata - kata pamungkas, "But I have to go back to Indonesia tomorrow...I must join the tour today.." Mr. Kamchai kebingungan di ujung telepon...gue denger dia menggumam sesuatu...kayaknya lagi mikir - mikir. Trus dia saranin supaya gue naik taxi aja ke Rassada Pier, kejar ferry yang bakal berangkat ke Phi - Phi Island.
Masih dengan memelas, gue bilang ngga tahu gimana caranya kesana. Akhirnya Mr. Kamchai bilang kalo dia akan ke kantornya segera untuk jemput gue dan ngantar gue ke Rassada Pier pake mobilnya. Dia bilang gue harus bayar 1,000 bath karena gue udah ketinggalan minibus. Gue jawab ga bisa, karena budget cuma 800 bath. Mr. Kamchai nyerah. Gue janjian ketemu di depan kantornya jam 07.10.
Dengan girang gue langsung balik ke Gipsy. Di Gipsy gue bilang sama resepsionis kalo gue gak gak nginep di situ lagi malam ini, gue mau pindah. Tapi gue minta tolong untuk titip ransel, nanti akan gue ambil lagi sepulang dari Phi - Phi. Dibolehin. Dalam sekejap masalah gue mendadak lenyap.
Gue langsung kabur ke kantor Mr. Kamchai. Mr. Kamchai pun ngantarin gue ke Rassada Pier pake mobilnya. Sepanjang perjalanan Mr. Kamchai panik menghubungi supir - supir minibus yang dia kenal. Tapi gak ada yang angkat telepon. Mr. Kamchai keliatan khawatir banget kalo gue sampe ketinggalan ferry. Lama - lama perasaan bersalah muncul di hati gue. Gue udah berbohong sama Mr. Kamchai. Gara - gara kebohongan gue Mr. Kamchai jadi repot dan pusing tujuh keliling, demi gue bisa ikutan Phi Phi tour. Gue jadi ngga tega ngeliat tampangnya. Dia ngendarain mobilnya dengan kecepatan tinggi, karena dia bilang kita harus menghindari kemacetan yang bakal terjadi sebentar lagi. Dalam hati gue jadi bingung...baek banget Mr. Kamchai ini...padahal dia ngga kenal gue. Bahkan gue belum bayar Phi Phi tournya.
Tiba di Rassada Pier, Mr. Kamchai urus semuanya, dan gue tinggal naek ke ferry. Waktu gue udah naek ke atas ferry dan sempat noleh ke belakang, gue sempet liat Mr. Kamchai masih nunggu sambil melambaikan tangannya. Ya Tuhan, orang itu baek banget...dan gue jahat banget...hiks!
Di ferry gue sengaja ambil posisi paling atas. Dalam waktu singkat ferry segera penuh dengan para peserta tour lainnya. Ferry berangkat setengah jam kemudian...Setelah beberapa lama, ferry berhenti di Phi Phi Pier. Di sini sebagian besar penumpang dipersilahkan turun. Tapi ngga termasuk gue. Pembagiannya berdasarkan warna stiker yang diberikan ke masing - masing penumpang. Gue ngga terlalu ngerti fasilitas dari masing - masing stiker.
Abis itu ferry melanjutkan perjalanan ke Maya beach. Tapi ferry ngga merapat ke pinggir pantai, melainkan tetap di tengah. Buat yang mau berenang dan snorkeling diberikan waktu 1 jam. Gue dan sebagai penumpang yang tersisa menggunakan waktu untuk menikmati pantai yang indah dan tenang ini.
Di sini gue kenalan sama 2 orang turis India asal Singapura. Selalu ada yang unik dari teman - teman yang gue temui selama bekpekeran. Kali ini yang unik, 2 turis itu adalah 2 sahabat dekat dengan nama yang sama, Senthil Kumar. Gue sebut mereka Double Senthil. Awalnya gue kenalan karena gue minta tolong sama Senthil Merah (karena saat itu dia pake kaos warna merah) untuk difoto. Abis itu ngobrol ngalor ngidul, dan Senthil Merah terheran - heran begitu tau gue adalah bekpeker gembel yang nekad, dan doyan jalan sendirian. Senthil Biru (karena dia pake kaos biru) pun bergabung. Mereka berdua menikmati denger pengalaman bekpekeran gue yang menurut mereka nyentrik dan berani, untuk seorang cewe.
Ferry kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini kembali ke Phi Phi Pier. Penumpang diminta turun untuk makan siang dan harus kembali jam 14.15. Seluruh penumpang yang tersisa diajak menuju rumah makan sederhana, dan dipersilahkan menikmati makan siang. Lumayan. Menunya variatif dengan rasa yang pas di lidah. Makan siang gratis emang bagian dari paket Phi Phi tour, selain pick up dengan minibus dari/ke hotel dan minuman gratis (khusus kopi dan teh) serta buah - buahan tropikal yang disajikan di dalam ferry. Sementara harga tournya variatif, tergantung isi paketnya dan nego harga sama pihak tour agent. Kalo gue sendiri dapat harga 800 bath dari Mr. Kamchai.
Kelar makan, gue ama Double Senthil jalan - jalan sekitar pulau. Banyak toko yang berjualan aksesoris dan makanan. Kita bertiga sempet berhenti beberapa kali. Ke money changer buat tukar bath, ke minimarket buat beli es krim, dan ke toko souvenir buat beli kaos.
Sekitar jam 2, kita bertiga kembali ke ferry. Di ferry, yang tersisa cuma cape dan ngantuk. Kali ini kita milih duduk di dalam ferry yang dilengkapi dengan AC dan TV. Kebetulan film yang diputar adalah Apocalypto. Tapi gue ngga tahan ngeliat adegan - adegannya yang sadis dan brutal. Akhirnya gue milih tidur.
Tiba di Rassada Pier, setelah tukar - tukaran ID facebook, gue dan Double Senthil berpisah. Double Senthil nginap di Phuket City, sementara gue di Patong. Di saat pembagian minibus inilah kekacauan di mulai. Gue datangin setiap petugas dan sopir minibus satu - persatu nanyain apakah nama gue ada di dalam daftar penumpang mereka. Trus mereka balik bertanya nama hotel gue. Gue jawab Gipsy. Mereka bingung dan ngeliat ke daftar masing - masing. Nama gue tak ditemukan. Tragis.
Dalam kebingungan, seorang perempuan mendekat dan dengan ramah menanyakan asal gue. Dia adalah salah satu peserta tour di ferry yang sama dengan gue. Ternyata dia dari Malaysia, namanya Nita. Gue, Nita dan beberapa orang lainnya adalah rombongan terakhir yang tersisa di Pier. Petugas masih bingung harus ngantarin gue kemana, karena nama gue ngga terdaftar. Gue minta mereka telepon ke ponsel Mr. Kamchai. Mereka nanya siapa Mr. Kamchai itu ? Gue jelasin kalo Mr. Kamchai adalah pemilik tour agent yang udah ngantarin gue ke Rassada Pier tadi pagi. Pertanyaan berikutnya, apa nama kantornya Mr. Kamchai ? Entah ya...gue cuma ingat Golden...tapi lengkapnya lupa! Alamatnya di mana ? Di dekat Gipsy....Gipsy alamatnya di mana ? Gak tau..di dekat Golden...?!
Akhirnya minibus yang ngantarin gue dan peserta lainnya ke Patong pun berangkat. Lagi - lagi si sopir bingung begitu gue kasih tau nama hostel gue. Dia nanya alamatnya. Gue ngga tau, karena gue meninggalkan bukti konfirmasinya di ransel. Nampaknya seisi minibus mulai panik dengan nasib gue. Mereka mulai nanyain gue soal hostel gue yang misterius itu, seakan - akan gue anak umur 4 tahun yang terpisah dari orang tua dan kesasar. Keadaan udah mulai memalukan. Masing - masing berusaha membantu tapi ngga tau bagaimana caranya. Gue suruh sopir telepon Mr. Kamchai. Dengan posisi duduk gue paling belakang, beberapa orang ngebantu untuk menyampaikan nomor telepon Mr. Kamchai ke sopir.
Tiga penumpang terakhir adalah turis Malaysia yang sempat gue kenal waktu di Rassada, namanya Nita, Remy dan Ahmad. Mereka keliatan khawatir karena meninggalkan gue di minibus sendirian. Gue langsung ambil posisi di sebelah sopir. Gue minta dia telepon Mr. Kamchai lagi. Kali ini Mr. Kamchai mengangkat telepon. Akhirnya alamat hostel gue ditemukan. Si sopir bingung dengan keputusan gue milih nginep di Gipsy karena lokasinya yang jauh dan nyaris menuju ke gunung.
Tepat jam 18.30, minibus tiba di Hasippee Road, dari kejauhan gue liat Mr. Kamchai udah nunggu di pinggir jalan dekat kantornya. Dia keliatan khawatir. Gue turun dari minibus dan berjalan menuju Mr. Kamchai. Dia bilang gue telat 1 jam dari yang seharusnya. Gue jelasin soal kebingungan yang terjadi di pier karena ngga ada yang tau harus mengantar gue kemana. Gue bilang sama Mr. Kamchai kalo gue mau pindah ke Patong beach malam ini juga. Tapi gue bingung transportasi menuju ke sana. Lagi - lagi Mr. Kamchai keliatan khawatir. Ekspresi khawatir yang bikin gue merasa bersalah. Dia nanya apakah gue udah tau harus menginap di mana di Patong beach. Gue bilang di Patong Backpacker. Waktu di minibus Ahmad sempat menyarankan gue untuk nginap di situ aja, strategis. Mr. Kamchai minta gue mastiin dulu kalo masih ada kamar buat gue di sana (karena ini Sabtu alias weekend), dan dia janji akan cariin tukang ojek yang akan ngantar gue ke sana dengan harga murah.
Dari kantor Mr. Kamchai gue langsung ke warnet. Sewanya mahal, 50 bath per jam, dan harus dibayar untuk 1 jam di muka. Gue cek www.hostelbookers.com, dan tampaknya masih ada ranjang tersisa buat gue di Patong Backpacker. Gue pun mencatat alamatnya.
Gue langsung melesat ke Gipsy untuk berpamitan dan ngambil ransel. Abis itu gue kembali ke kantor Mr. Kamchai. Mr. Kamchai minta gue duduk di depan kantornya sementara dia berdiri di pinggir jalan untuk berentiin tukang ojek yang dia kenal buat antar gue. Ya ampun...rasa bersalah gue semakin bertumpuk - tumpuk...Entah bagaimana gue bisa membalas kebaikan Mr. Kamchai ke gue...gue yang udah ngebohongin dia ini.
Akhirnya tukang ojek datang, Mr. Kamchai nawar harga bath 50 untuk ngantarin gue ke Patong Beach. Deal, dan gue diantar ke Patong Backpacker di Thawewong Road. Harga kamar Mix Dorm Room 10 Bed 400 bath per malam. Gue tawar 350 bath dan gue bayar untuk 2 malam sekaligus.
Sampai di kamar gue langsung mandi. Hostel, kamar dan WC nya memang ngga sebersih di Gipsy, tapi lumayanlah. Abis mandi gue jalan - jalan di sepanjang Thawewong Road. Gue mampir ke beberapa kios tour travel, untuk nyari paket tour murah meriah untuk besok. Tiba - tiba hujan lebat, gue pun mampir di McDonald. Sebenernya gue udah janji sama diri sendiri kalo gue bekpekeran harus nyoba makanan lokal, bukan fastfood kayak gini. Tapi poster Big Mac yang gue bisa langsung liat dari luar restorannya bener - bener bombastis. Gue pun ngiler dan tergoda. Gue beli paket burger seharga 145 bath. Puas berjalan - jalan, kenyang dan cape, gue balik ke hostel.
Setelah beberapa saat baca novel yang gue bawa, City of Thieves, gue pun tertidur pulas. Hari ini sangat menyenangkan. Gue menyesal udah berbohong ke Mr. Kamchai dan udah bikin dia repot. Hari ini gue mengerti satu hal. Hal buruk yang telah gue lakukan terhadap orang lain, ngga selalu dibalas dengan hal buruk juga. Justru gue merasa mendapat balasan setimpal karena orang itu justru membalas perbuatan gue dengan kebaikannya yang tanpa pamrih. Balasan yang lebih mendalam buat gue : rasa bersalah. Gue cuma bisa berdoa semoga Yesus berkenan maafin gue, dan ngebalas kebaikan dan bantuan Mr. Kamchai yang luar biasa buat gue di hari ini. Maaf, dan makasih Mr. Kamchai...!
No comments :
Post a Comment