Walaupun belum puas sama Angkor, tapi hari ini, sesuai rencana, waktunya gue wisata museum, sekalian putar - putar kota Siem Reap. Museum yang akan gue kunjungi letaknya variatif, mulai dari Mineland Museum yang ada di kawasan Angkor, tepatnya dekat Bantey Srey, sampai ke War Museum. Untuk tour hari ini gue bayar USD 12, dan kali ini Mr. Sambo yang jadi partner gue.
Tempat pertama yang gue singgahi adalah Landmine Museum. Tiket masuknya USD 3. Sejujurnya gue terheran - heran sama harga tiketnya...USD 3 setara IDR 25 ribu lebih. Masa untuk masuk museum aja pengunjung harus bayar semahal itu ?
Begitu masuk ke dalam bangunan museum, gue langsung disambut sama berbagai macam wujud dan foto - foto ranjau darat. Museum ini dibangun tahun 1997 oleh Aki Ra, yang sudah harus jadi tentara Khmer Merah sejak kecil. Dia udah mulai mengumpulkan ranjau - ranjau darat di seluruh kawasan Cambodia sejak tahun 1995.
Masuk lebih dalam lagi, gue disambut sama foto Aki Ra dalam ukuran besar dengan kutipannya, "I want to make my country safe for my people.." Salut ....dia punya keinginan sekuat baja untuk melakukan 'sesuatu' untuk bangsanya. Hal yang ngga pernah terpikir sedikit pun sama gue. Kalo ada yang bertanya ke gue apa yang udah gue lakukan buat bangsa gue, mungkin dengan tampang bego gue cuma bisa menjawab "Bayar airport tax IDR 150,000 ".
Di museum ini pengunjung bisa membaca segala hal yang berhubungan dengan kegiatan pembersihan ranjau darat di Cambodia, termasuk mengenai korban - korban yang jatuh, yaitu dari petugas pembersih ranjaunya. Foto - fotonya lumayan bikin ngeri.
Sebenarnya museumnya menarik dan informatif, tapi kecil banget. Cuma ada 3 ruangan kecil dan 1 ruang kaca di tengah yang isinya berbagai jenis ranjau darat. Setelah puas baca - baca artikel yang dipamerkan, gue melanjutkan perjalanan.
Dalam perjalanan kembali ke kota, gue minta Mr. Sambo untuk berhenti di Butterfly Center. Museum Kupu - kupu. Cuma, berhubung harga tiket masuknya mahal amat, USD 4, gue batal beli. Tambah bingung nih gue dengan harga tiket masuk museum di Siem Reap ini. Padahal dari luar aja gue bisa nilai kalo ngga ada yang istimewa banget di Butterfly Center ini. Gue rasa ngga jauh berbeda dengan Museum kupu - kupu di TMII. Dengan hati kecewa, gue langsung meninggalkan lokasi.
Perjalanan pulang - pergi dari pusat kota ke Landmine Museum tuh hampir 2 jam. Sepanjang perjalanan gue cape nahan ngantuk. Mungkin fisik gue udah kecapean, sementara waktu tidur gue juga agak kurang. Trus ditambah angin kencang sepanjang perjalanan, beberapa kali gue hampir tertidur. Karena ngga tahan, gue bilang sama Mr. Sambo untuk antar gue balik ke Golden Temple. Gue mau tidur siang sebentar. Mama pasti bakal ketawa terpingkal - pingkal kalo tahu. Anak perempuannya yang preman dan panjang kaki ini tumbang juga dan sekarang butuh tidur siang, kayak bayi...kayak Abby, tepatnya. Selain itu, gue juga perlu mampir ke Golden Temple buat recharge kamera.
Gue minta Mr. Sambo jemput gue setengah jam lagi. Begitu tiba di presidential suite, gue langsung ambil masker muka dari kulkas, ngolesin di muka gue, trus merebahkan badan di ranjang empuk. Entah kenapa, untuk trip kali ini gue emang rada centil. Gue bawa masker muka siap pakai segala. Dan ternyata sangat bermanfaat di tengah hawa Siem Reap yang super panas dan berhasil ngebakar kulit muka gue habis - habisan. Lumayan bikin segar.
Ternyata setengah jam kurang, walaupun gue udah pasang alarm di handphone, ternyata gue baru terbangun sejam kemudian , itu pun dengan kepala berat karena masih ngantuk.
Gue pun membersihkan muka, dan segera melesat mencari Mr. Sambo. Tujuan berikutnya, National Museum, yang lokasi searah dengan pintu masuk utama Angkor.
Tiket masuknya USD 12. Alamak !!! Mahal amat ! Udah gitu, pengunjung ngga boleh menggunakan kamera. National Museum terdiri dari galeri - galeri yang isinya beda - beda. Ada Galeri Angkor Wat, Galeri Angkor Thom, Galeri Jaman Peradaban Khmer, Galeri Agama dan Kepercayaan, Galeri 1000 Patung Buddha, dan lainnya. Galeri 1000 Patung Buddha adalah Galeri pertama yang gue masukin. Di sini, walaupun gue tahu bahwa pengunjung dilarang memotret, dengan berpura - pura ngga tau aturan, gue nanya ke petugas, "Can I take photo here ?", yang dijawab dengan ramah, "No." Gue pun berkeliling lagi, dan ternyata si petugas berjalan mendekat ke gue dan bilang, "Okay, you can take 1 photo...only 1 photo." Gue senang..trus langsung ngeluarin kamera dan menyodorkan ke dia, minta tolong supaya dia motret gue. Ternyata sekali ngga cukup, 2 kali si petugas yang baik hati memotret gue. Makasih, Pak !
Abis itu gue keluar masuk dari galeri ke galeri, dan setelah puas berkeliling gue meninggalkan gedung museum, mencari Mr. Sambo, partner gue yang baik hati.
Tujuan berikutnya War Museum. Awalnya, gue membayangkan War Museumnya Siem Reap akan hampir sama dengan War Museumnya Ho Chi Minh. Begitu tiba di lokasi, gue bingung dan cuma bisa bengong. Tempat penjualan tiketnya alakadar banget, tapi harga tiketnya USD 3. Astaga...terkuras sempurna isi dompet gue sejauh ini. Begitu di pintu masuk museum, gue makin heran lagi. Ternyata War Museum lokasinya di dalam...kebun ? Bukan gedung atau bangunan seperti yang gue bayangkan. Ini kebun...dengan banyak pohon - pohon, rerumputan, ilalang..dan lain sebagainya. Ini kayak kebun belakang Mama, yang isinya ada pohon pisang, pohon singkong, dan lain - lain.
Bedanya, di sini disusun berbagai macam tank dan transportasi perang lainnya. Tapi kondisinya itu lhoo...udah tua, karatan dan ngga terawat banget. Jadi kayak tumpukan besi tua aja. Di sebelah kiri dan kanan dibuat balai - balai kecil yang isinya beberapa jenis senjata, bom, peluru, dan lainnya.
Di pintu masuk, gue langsung disambut sama seorang lelaki yang menawarkan diri jadi guide gue. Gue langsung nanya, apakah gue perlu membayar untuk pake jasanya dia, dan dia bilang ngga perlu, tapi diharapkan memberikan sumbangan sukarela. Gue menolak, dan memilih lihat - lihat sendirian.
Satu hal lagi yang gue lihat unik di Siem Reap ini. Di mana - mana, mulai dari hotel, museum dan tempat - tempat wisata lainnya, selalu ada kotak "Tip" dan "Donation".
Ini kayaknya museum paling alakadar yang gue lihat deh...ngga habis rasa heran gue kenapa bisa bikin museum di kebun begini...dengan tiket masuk seharga USD 3 pula !
Bosen berkeliling sendirian, gue keluar untuk nyari Mr. Sambo. Gue ajak Mr. Sambo ke dalam dan bantuin gue foto. Foto - foto di antara tank - tank karatan ala War Museumnya Siem Reap. Hampir jam 3, gue dan Mr. Sambo meninggalkan lokasi.
Tujuan berikutnya, Cambodian Cultural Village (CCV). Lokasinya ngga terlalu jauh dari War Museum. Tapi kondisi Cambodian Cultural Village jauh lebih bagus dan menyenangkan.
Kalo di Indonesia, CCV ini mungkin punya konsep yang sama dengan TMII. Tiket masuk USD 11...Mama, Cei bangkrut hari ini !! Tapi CCV menarik banget isinya dan luas. Di dalamnya, pengunjung bisa menikmati Wax Museum, Millionaire House, Cham Village, Kola Village, Chinese Village, Kroeng Village, Mini Theater, Taman yang isinya miniatur bangunan - bangunan bersejarah, dan lain sebagainya. Dan, pengunjung juga bisa menikmati pertunjukan atau show upacara tradisional masing - masing village yang jadwalnya beragam. Asyik banget...
Tempat pertama yang gue kunjungi justru taman bermain anak - anak. Gue pengen istirahat dan main ayunan. Sebenarnya gue udah cape luar biasa . Ditambah lagi kayaknya sinar matahari yang menyengat udah menyedot energi gue habis - habisan. CCV luas dan menarik banget, gue ngga mau melewatkan satu lokasi pun. Jadi gue beristirahat sejenak untuk mengumpulkan tenaga.
Setelah kurang lebih 2 jam berputar - putar di CCV, gue keluar meninggalkan lokasi. Di halaman CCV gue mencari Mr. Sambo di tempat parkir tuktuk. Gue ngga melihat Mr. Sambo maupun tuktuknya. Gue cari ke sudut lain, sapa tahu Mr. Sambo parkir di tempat yang berbeda. Ngga ada. Gue keluar menuju jalan raya, berharap Mr. Sambo parkir di tepi jalan raya. Ngga ada juga. Panik. Gue bukan panik karena ditinggal di tempat yang ngga gue kenal, tapi karena gue udah terlalu lelah dan pengen segera balik ke Golden Temple, ke presidential suite gue yang nyaman.
Gue putus asa...Mr. Sambo ngga ada dimana pun. Gue ke loket tiket, minta tolong untuk meminjam telepon. Gue mau nelpon ke Golden Temple Villa, minta mereka mengirim tuktuk lainnya untuk jemput gue. Petugasnya dengan ramah membantu gue dan menanyakan nama supir tuktuk yang mengantar gue. Setelah itu dia masuk ke dalam kantor untuk menelpon. Ngga beberapa lama kemudian dia kembali ke gue dan bilang kalo dia sudah menelepon. Gue diminta menunggu, nanti akan ada supir tuktuk yang akan jemput gue.
Gue kesal dan kecewa. Mr. Sambo adalah partner sejati gue, tapi dia mengkhianati gue ! Pikiran gue berkecamuk...sibuk menyusun kata - kata yang akan gue lontarkan untuk mengadukan masalah ini ke pihak Golden Temple. Mr. Sambo kejam...dia ngga bertanggung jawab...dia meninggalkan gue begitu aja di Cambodian Cultural Village, tanpa permisi !! Dan tiba - tiba..."Hallloooo...!!!!" Mata gue langsung memandang tuktuk yang sangat gue kenal dan Mr. Sambo yang tersenyum girang sambil melambaikan tangan. Horeeee !! Gue girang bukan main dan langsung loncat meninggalkan bangku. Mr. Sambo, partner dan pahlawan gue !! Dalam sekejap kemarahan dan kekecewaan gue lenyap, berganti kelegaan karena bisa ngeliat Mr. Sambo lagi. Gue cuma bertanya, "Where have you been ??"Dan dia menunjukkan ban tuktuk, yang gue asumsikan dia menjawab : tambal ban. Komunikasi gue ama Mr. Sambo emang lebih banyak pake bahasa isyarat. Tapi itu lebih dari cukup. Gue dan Mr. Sambo adalah partner sejati ...kayak Asterix dan Obelix...Batman dan Robin...Sponge Bob dan Patrick...Indomie dan Cabe Rawit...Sangsang dan Panggang....Lapar....
Tiba di Golden Temple, rutinitas gue masih sama, ke ruang internet sebentar, mandi, trus ke Angkor Market dan Luck Bakery. Kali ini gue berhasil mendapatkan Muffin coklat, buat sarapan besok pagi menuju ke Airport.
Kembali ke Golden Temple, gue ke ruang internet lagi. Gue ada janji body massage jam 9 nanti. Untuk body massagenya gue bayar USD 3/jam. Begitu jam 9 tepat, gue ke ruang massage, ganti kostum, trus merebahkan badan lelah gue di kasur. Pasrah dan menikmati setiap pijitan massagernya. Gue emang niat banget untuk dipijit, karena gue tahu, malam ini, malam terakhir gue di Siem Reap, kondisi badan gue pasti udah kecapean luar biasa. Dan malam ini, gue sedikit memanjakan badan gue yang kata Mama "ngga pernah ada capenya". Cape kok, Ma...cape banget sebenarnya...tapi ngga terlalu kerasa karena hati Cei senang bukan main.
Selesai dipijit, dengan terhuyung - huyung nahan ngantuk, gue kembali ke presidential suite. Di kamar gue mengemasi ransel dan barang - barang gue, siap - siap mengucapkan selamat tinggal kepada kamar termewah dalam sejarah bekpekeran gue. Setelah semua rapi, gue pun tidur dengan lelapnya.
No comments :
Post a Comment