Gue bangun dengan semangat. Choi masih asyik tidur. Di king size bed gue liat ada 1 tamu lagi. Ternyata semalem udah ada 3 perempuan yang menempati kamar ini. Bagus deh...the more the merrier !
Gue langsung mandi, dan setelah itu menyiapkan secangkir teh hangat. The Hive menyediakan sarapan gratis, tapi bukan di sini, melainkan di bangunan utama di Serangoon Road. Walaupun begitu, di hostel ini juga selalu tersedia berbagai minuman hangat kayak kopi teh atau sekedar air putih. Lumayan....
Pagi itu gue berangkat sarapan ke bangunan utama The Hive ditemani Choi. Walaupun agak susah berkomunikasi dengan Choi, tapi gue senang karena dia orangnya menyenangkan. Pagi ini gue sarapan dengan 4 lembar roti bakar gosong, favorit gue. Kelar sarapan, gue dan Choi kembali ke hostel. Choi cerita kalo tamu yang tidur di king bed namanya Cho, asal Korea Selatan juga. Nanti malam mereka berdua pengen ke restoran Jumbo di Clark Quay untuk nyobain hidangan Chili Crab, yang menurut Choi sangat fenomenal. Masa sih ? Sepanjang sejarah bekpekeran, hidangan fenomenal buat gue paling McDonald. Choi dan Cho ngajakin gue untuk ikutan ke Jumbo.
Gue sambut undangan mereka dengan girang. Pagi ini kami bertiga punya rencana masing - masing, gue ke Bugis, Pasir Ris dan Orchard, Choi ke Little India dan Cho ke Botanical Garden. Tapi kami janjian di hostel sekitar jam 6 sore untuk berangkat bareng ke Clark Quay.
Gue meninggalkan hostel duluan. Hari ini sebenarnya jadwal gue akan agak padat. Dimulai dengan ke Bugis Street. Di Boon Keng station gue sempat top up Ez - Link Card dulu. Dari Boon Keng gue naik MRT menuju Dhobi Ghaut intersection, dilanjut naik MRT jalur North South (NS) Line tujuan City Hall intersection. Dari City Hall gue naik lagi MRT jalur East West (EW) Line dan berhenti di Bugis Station. Di dekat station gue sempat masuk ke minimarket untuk beli strawberi segar dan susu kopi.
Di Bugis Street gue membeli beberapa kaos khas Singapura. Gue sempat mampir di kios aksesoris rambut, dan beli jepitan topi kecil berwarna merah. Untuk siapa ? Untuk Samudra, kuda latihan gue. Gue emang suka iseng kalo lagi latihan. Kadang gue suka kuncir - kuncir atau kepang poninya yang gondrong...Berhubung gue selalu pake topi merah pas latihan, maka gue beliin topi merah juga buat Samudra...topi solidaritas, ceritanya. Setelah itu gue sempat berkeliling lihat - lihat Bugis Junction. Walaupun ngga niat belanja di sini, tapi gue pengen menghabiskan waktu sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke Pasir Ris.
Bosan di Bugis Junction, gue kembali ke Bugis Station. Gue melanjutkan perjalanan ke Pasir Ris. Ngapain kemari ? Gue pengen berkunjung ke rumah Zaiem. Zaiem adalah mantan siswa Singapore International School. Dia juga yang udah bikinin akun Facebook buat gue. Sekitar setahun yang lalu dia kembali ke negara asalnya, Singapura, dan melanjutkan sekolah di sini. Beberapa minggu sebelum berangkat ke Singapura gue udah janjian sama Zaiem untuk berkunjung ke rumahnya.
Zaiem udah membekali gue dengan alamat rumahnya, lengkap dengan peta lokasi. Tapi begitu gue tiba di Pasir Ris station, gue bingung harus berjalan ke arah mana. Gue tahu kalo gue harus mencari Pasir Ris Drive 3...tapi gue ngga ada lihat tanda - tanda jalan besar dengan nama itu. Gue berjalan terus menyusuri Pasir Ris Drive 1. Sampai tiba di Sunge Tampines, gue melihat peta yang ada di situ. Gue menyusuri jalan sepanjang pinggir Sunge Tampines, dan bertemu dengan 2 orang petugas berseragam. Gue nanya arah menuju Pasir Ris Drive 3. Menurut mereka gue salah ambil arah tadi sejak dari station. Seharusnya gue mengambil arah sebaliknya. Mereka menyarankan gue beberapa altenatif menuju alamat yang gue cari. Gue bertekad untuk tetap jalan kaki...walaupun kaki gue udah terlalu cape dan mulai lecet.
Bagi gue, cara terbaik untuk mempelajari jalan - jalan yang baru gue lalui adalah dengan jalan kaki, selama gue emang masih sanggup dan kuat. Salah satu manfaat gue rajin jalan kaki ke kantor khan supaya gue punya daya tahan untuk berjalan kaki jarak jauh...manfaat lainnya ? Bikin betis bengkak...dan kulit hitam legam serta dekil. Tapi kali ini emang rasanya lebih berat dibandingkan program Walk to Work gue sehari - hari, karena cuaca amat sangat panas. Pasir Ris sebenarnya tempat yang nyaman buat berjalan kaki. Sepi, tenang dan hijau. Hebatnya lagi, kayaknya kebanyakan warga di sini lebih memilih menggunakan sepeda sebagai alat transportasi...jadi di mana - mana banyak lahan parkir sepeda.
Akhirnya gue tiba di rumah Zaiem. Sayangnya, asisten rumah tangga keluarga Zaiem bilang kalo dia dirawat di rumah sakit mulai malam sebelumnya. Sedih. Bukan karena merasa sia - sia perjalanan panjang gue, tapi sedih karena tahu kalo Zaiem lagi sakit, bahkan sampai dirawat di rumah sakit. Gue sempat bermaksud membesuk Zaiem di rumah sakit tempat dia dirawat, sayangnya gue ngga tahu bagaimana caranya kesana.
Di halte bus gue sempat bertanya seorang calon penumpang, dan dia bilang rumah sakitnya masih jauh dari situ. Andaikan gue bisa menemukan fasilitas intenet saat ini, pasti gue akan langsung cari informasinya sendiri. Tapi ngga ada...dan daerah ini sepi amat, jadi ngga banyak orang yang gue tanyain. Selain itu gue juga ragu, apakah kunjungan gue nanti akan diijinkan oleh pihak rumah sakit. Gue khan ngga tahu kebijakan rumah sakit di sini, terlebih rumah sakit khusus anak - anak.
Akhirnya gue membatalkan niat untuk ke rumah sakit. Butuh beberapa saat buat gue bisa menerima keputusan sendiri. Ada kalanya bukan hasil akhirnya yang penting, tapi bagaimana proses gue berusaha mencapai sesuatu. Yang terpenting, gue sudah mewujudkan niat dan janji untuk berkunjung ke rumah Zaiem....walaupun ngga gampang... jauh...melelahkan...kesasar kemana - mana dulu...
Gue naik bus untuk kembali ke Pasir Ris station. Sebelum ke MRT stationnya gue mampir ke White Sand Shopping Center. Sekonyong - konyong gue bangkit dari rasa lelah bercampur sedih (karena gagal ketemu Zaiem), begitu ngeliat counter yogurt yang ramai pengunjung. Ternyata lagi ada acara bagai - bagi yogurt gratis. Gue, yang semangat luar biasa tiap kali tahu ada sesuatu yang gratisan, langsung mendekat dan ikutan antri. Akhirnya yogurt gratisan pun berhasil gue dapatkan. Lumayan...
Dari Pasir Ris station gue naik MRT sampai ke City Hall intersection. Dari City Hall dilanjut naik MRT arah North South (NS) Line dan turun di Orchard Station. Di Orchard, selain berniat untuk cari toko coklat kesukaan, gue juga berkeliling, keluar masuk mall yang berserakan di sini. Sekitar jam 4 sore gue mengambil langkah kembali ke The Hive.
Gue ada janji jam 6 sore sama Choi dan Cho untuk ke Clark Quay. Tapi berhubung rasa cape yang gue rasa udah seluas samudra, gue berharap sempat istirahat sejenak di kamar hostel nanti.
Tiba di The Hive gue langsung mandi, bikin teh, internetan ria, dan merebahkan badan di ranjang. Sayangnya gue ngerasa kurang nyaman, karena jam segini AC kamar masih dimatikan...jadi agak gerah. Sekitar jam 5 sore Choi datang, dan membawakan gue sekaleng Coca Cola dingin. Mantap.
Jam 6.30 sore gue dan Choi berangkat menuju Boon Keng Station. Rencananya kami berdua akan ketemu Cho di Clark Quay station.
Jam 7 malam, akhirnya gue, Choi dan Cho ketemu bertiga dan langsung menuju Jumbo restaurant, siap menyantap Chili Crab yang fenomenal. Sayangnya, kami ngga bisa langsung mendapatkan meja. Resepsionis bilang, kami mendapatkan giliran makan di Jumbo jam 10 malam !! Ternyata reservasi bisa dilakukan dengan menelepon terlebih dahulu...hal ini baru kami tahu belakangan, begitu ngebaca - baca lagi buku panduan wisata Singapuranya Choi !
Gue, Choi dan Cho pun bermaksud menghabiskan waktu menunggu di Marina Bay. Dari Clark Quay kami naik taksi sampai Marina Bay, dengan membayar ongkos sekitar SGD 6. Di Marina Bay, tepatnya di dekat patung Merlion, gue bertiga asyik ngobrol. Lucu juga. Walaupun bahasa selalu menjadi kendala, tapi ngga mengurangi keseruan obrolan 3 solo traveler ini. Terkadang mendadak mereka berdua ngobrol dalam bahasa Korea, "meninggalkan" gue yang cuma manggut - manggut karena ngga ngerti sama sekali. Gue serasa lagi nonton serial Korea di TV...walaupun gue bukan salah satu penggemarnya. Dengan susah payah, kami bertiga saling share soal urusan pribadi, mulai dari urusan pekerjaan, keluarga, dan segala macam impian masing - masing. Pokoknya gue sangat menikmati menghabiskan malam dengan kedua teman baru gue ini....kami bertiga sama - sama cewe yang senang berpetualang...seorang diri...mungkin ada kesamaan di antara kami yang bikin pertemanan cepat terjalin dalam waktu singkat.
Jam 9.30 malam, gue Choi dan Cho naek taksi untuk kembali ke Jumbo, Clark Quai. Di Jumbo, karena sudah lapar maksimal, kami langsung memesan Chili Crab. Berhubung harganya mahal, SGD 40 per kilogram, jadi kami hanya memesan 1 kilogram. Ternyata kekhawatiran soal mahalnya harga makanan di Jumbo, bukan cuma gue yang rasain, mereka juga. Jadi kami memesan menu berikutnya dengan ekstra hati - hati. Begitu Chili Crab dihidangkan di meja, gue bertiga langsung sigap menyerbu. Enak. Berikutnya datang pesanan sayur kangkung...trus udang goreng. Semua hidangan yang tersaji, dilahap habis ! Choi dan Cho fokus sama Chili Crab, sementara tugas gue menghabiskan kangkung dan udang. Begitu makanan habis tak tersisa, waktunya menyelesaikan urusan pembayaran. Total SGD 86. Astaga....gue bertiga kaget bukan main dan membuka dompet masing - masing dengan perasaan berat dan ngga percaya. Masing - masing kena SGD 30, sekaligus ongkos taksi pulang ke The Hive.
Dengan perut penuh dan dompet kosong, gue, Choi dan Cho pulang ke The Hive. Di hostel, setelah mandi gue ke ruang nonton, Choi menyusul. Cho langsung terlelap di King size bed yang super nyaman. Jam 12 lewat, gue masuk ke kamar. Ini malam terakhir gue tidur di The Hive. Seperti biasa, sebelum tidur gue akan membaca novel, kali ini gue bawa Pride and Prejudice. Bosan membaca, waktunya membiarkan pikiran gue menerawang. Semua hal yang gue lakukan hari ini seru dan menarik banget. Apalagi perjalanan ke Pasir Ris yang berbuah semangkuk yogurt gratisan.
Tiba - tiba mata gue tertuju ke kaos hitam yang gue gantung di pinggir ranjang, tepat di hadapan gue sekarang. Ini kaos kebanggaan. Udah 2 hari gue pake kaos itu, mulai dari Jakarta ! Kemarin ke Singapore Turf Club pun pake itu...trus tadi city tour pun pake itu juga. Kaos ini sudah mengalami banyak fase dalam 2 hari ini...fase dijemur sinar matahari yang menyengat...trus basah karena keringat gue yang membanjir...trus kering lagi ditiup angin....Kalo Mama tahu pasti dia ngamuk - ngamuk karena menurut Mama tingkat kejorokan gue udah di level memprihatinkan. Dan kalo dia tahu riwayat kaos kebanggaan gue ini selama di Singapura, kaos gue pasti bakal langsung turun kasta, jadi kain pel di rumah.
Tapi ini adalah hal kecil yang pengen gue lakukan...sesuatu yang ngga pernah bisa gue lakukan di Jakarta...di kehidupan normal dan teratur gue. Sementara saat ini anggap aja gue lagi menjalani hidup abnormal...hidup suka - suka, semau gue. Gue pengen melakukan sesuatu yang gak penting, tapi bikin hati puas. Selamat malam, Singapura....selamat malam kaos dekil...!
No comments :
Post a Comment