Minggu lalu ada pengalaman berharga untuk gue. Ceritanya, di hari Rabu (11 Sept) sepulang kantor gue berenang di Cibubur, dan pulangnya diantar oleh teman kerja sampai ke depan terminal Kampung Rambutan. Saat itu kondisi gue memang ngga fit, terlebih setelah selesai berenang dan sauna. Badan terasa semakin lemas dan kehabisan tenaga. Sampai - sampai gue terlalu malas untuk memasukkan dompet ke dalam ransel.
Tiba di terminal Kampung Rambutan sekitar jam 7 malam, gue pun bergegas meninggalkan mobil dan perhatian gue langsung tertuju ke Mikrolet T19 yang udah siap berangkat. Begitu gue duduk di dalam Mikrolet, gue baru menyadari telah kehilangan dompet. Gue berusaha tenang....bahkan sempat mampir untuk makan malam di Ketupat Tahu Magelang di Tanjung Barat. Pelan - pelan gue cari dompet tersebut dengan mengeluarkan seluruh isi ransel. Gak ketemu. Gue menelepon teman yang mengantar tadi, dan ternyata di mobilnya pun tak ada tanda - tanda dompet tertinggal. Sedih dan panik. Seketika gue sadar, dompet gue pasti terjatuh saat gue meninggalkan mobil karena sepanjang perjalanan dompet tersebut ada di pangkuan gue.
Selain kehilangan uang tunai, sudah terbayang pula di benak gue segala hingar bingar dan kerepotan mengurus segala macam kartu identitas yang ada di dalam dompet. Ada KTP, kartu kredit, kartu ATM, kartu Jamsostek, kartu Asuransi, kartu dana pensiun, kartu diskon, kartu member, voucher isi ulang pulsa, dll.
Tapi kepanikan gue ngga berlangsung lama....gue melanjukan makan ketupat tahu yang lezat dengan penuh semangat, sambil menelepon pihak bank untuk memblokir kartu. Selesai makan, gue berjalan kaki menuju rumah, yang jaraknya sekitar 1 km. Itu gue lakukan untuk sekedar menenangkan dan mencerahkan pikiran gue. Agar ngga terlalu fokus memikirkan nasib gue yang malang di malam itu.
Keesokan harinya gue sengaja berangkat siang. Alasannya karena badan gue sangat amat lemas, kedua, karena gue pengen mampir ke kantor Polisi terdekat untuk mengurus surat kehilangan. Gue harus mendatangi 2 kantor Polisi untuk akhirnya mendapatkan surat yang gue perlukan. Kantor Polisi yang pertama bilang komputernya sedang rusak. Akhirnya gue mendapatkan surat kehilangan tersebut di pos Polisi Gandaria.
Gue tiba di kantor disambut dengan tatapan prihatin atasan gue yang sangat baik. Gue menceritakan perihal kehilangan dompet tersebut. Gue sempat menanyakan ke pihak HRD mengenai prosedur pengurusan kartu - kartu yang hilang. Sisa hari itu gue lalui dengan santai dan keikhlasan setinggi langit sedalam samudra. Ikhlas, kata - kata ini sebenarnya agak asing untuk gue. Di saat gue mendapat masalah, kerap kali gue menyalahkan keadaan. Namun kali ini, dengan besar hati gue mengatakan pada diri sendiri, bahwa apa yang telah terjadi karena kecerobohan gue sendiri. Dan gue harus menerima konsekuensinya. Semoga Tuhan senantiasa membuka jalan untuk gue dalam mengurus segala hal sehubungan dengan hilangnya dompet dan dokumen penting di dalamnya. Amin.
Sekitar jam 3 sore, gue menerima sms. Isinya : "Selamat sore. Ini dengan Ibu Cherry Apa Ibu merasa kehilangan barang ? Tolong hub. ke sini sekarang." Gue langsung menyambar telepon kantor secepat kilat demi menghubungi si pengirim sms. Di seberang sana, seorang Ibu menjelaskan bagaimana Ia menemukan dompet gue. Gue mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya karena telah menemukan dompet dan menghubungi gue. Terdorong oleh rasa penasaran, gue menanyakan bagaimana Ibu yang baik tersebut bisa mengetahui nomor handphone gue. Beliau menjelaskan, nomor itu ditemukan dari tanda terima pembayaran yang ada di dompet gue. Beberapa hari sebelumnya gue memang sempat memesan wallpaper di kawasan Fatmawati. Si pemilik toko meminta gue mencantumkan nomor handphone agar bisa mengkonfirmasi apabila wallpaper pesanan gue tersedia atau tidak. Rasanya percaya ngga percaya, betapa hal kecil dan sepele pun bisa menjadi titik terang untuk hal yang lebih besar.
Sore itu, akhirnya gue bertemu dengan Ibu yang sangat jujur tersebut di Pasar Rebo. Gue diliputi rasa syukur, haru dan takjub. Betapa di kota metroplitan yang kusut dan rawan ini, masih ada sosok sederhana yang penuh keikhlasan dan kejujuran seperti Ibu itu. Siapa yang pernah menyangka, kehilangan dompet di sebuah terminal di suatu malam, dan keesokan harinya dompet itu kembali, tanpa kurang satu apapun. Sang Ibu sempat menasihati gue untuk lebih berhati - hati. Nasihat yang sama yang sebenarnya selalu dikatakan Mama, Ony dan orang - orang lain yang kadang gemas dan was - was melihat betapa cueknya gue terhadap barang - barang pribadi. Namun Ibu di hadapan gue ini baru gue kenal, dan tatapan matanya memancarkan perhatian yang sungguh - sungguh. Gue terharu.
Terima kasih Yesus, karena telah mempertemukan gue dengan Ibu yang jujur dan baik ini. Terima kasih Ibu, karena telah menunjukkan kemuliaan hatimu, semoga Tuhan membalas kebaikanmu.
No comments :
Post a Comment