I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Sunday, February 07, 2016

Ulang Tahun dan Impian ke Tana Toraja (Hari Pertama)


Seperti biasa, di Januari 2016 ini gue kembali merayakan hari ulang tahun dengan cara sendiri, yaitu traveling. Tentunya bukan pas di hari ulang tahun gue, karena Mama pasti bakal sedih dan marah kalo pas di hari itu gue ngga merayakan bersama keluarga. Meskipun 'perayaan' dimaksud sekedar doa bersama di rumah.

Yang agak berbeda kali ini, dibandingkan dengan kebiasaan yang gue lakukan sekitar 5-6 tahun terakhir adalah gue ngga ke luar negeri, melainkan ke Makassar, Sulawesi Selatan. Tujuan utama gue sebenarnya bukan Makassar, melainkan Tana Toraja. Tana Toraja, sudah bikin gue penasaran sejak lama. Sejak lama....tepatnya karena dari kecil gue selalu melihat miniatur rumah Tongkonan di kamar Tulang (paman, adiknya Mama) Suhunan, yang kebetulan menetap di rumah kala itu. Kenapa melihat rumah adat aja bikin penasaran menjurus obsesif begitu sih ? Entah deh...Rasa penasaran dan hasrat menggebu-gebu gue untuk mengunjungi suatu lokasi, terkadang dipicu oleh hal yang sepele banget sebenarnya. Terus rasa penasaran gue semakin 'diperparah' karena bertahun-tahun yang lalu melihat liputan Prita Laura presenternya MetroTV ketika berkunjung ke Tana Toraja, dalam acara "Archipelago".

Sebenarnya rencana gue untuk berkunjung ke Makassar dan Toraja dijadwalkan pada Agustus 2015 yang lalu. Gue sudah nyaris membeli tiketnya secara spontan....untung saat itu gue sedikit bersabar (tumben), dan memikirkan matang - matang, bahwa gue ngga punya persiapan yang mencukupi.

Ketika memutuskan batal ke Makassar, gue kecewa setengah mati, mengingat gue ngga mungkin melakukan perjalanan ini di tahun yang sama. Pasalnya, akhir tahun lalu, Oktober 2015, gue sudah memiliki rencana untuk ke Beijing. Jadi, kurang pas kalau gue melakukan perjalanan 'besar' lainnya pada waktu yang berdekatan. Stok cuti gue sebenarnya masih banyak, karena sejak di awal tahun, sebagai reward masa kerja 3 tahun, gue mendapatkan tambahan cuti sebanyak 6 hari (horeeee!!). Tapi, selain ingin menyimpan energi dan keuangan untuk perjalanan ke Beijing, gue juga sengaja menyiapkan perjalanan ini untuk hadiah ulang tahun. Kebetulan saat itu gue belum ada rencana. Ketika itu pilihan gue untuk merayakan ulang tahun adalah Srilanka....selain Srilanka, ngga kepikiran tempat lainnya. Srilanka juga salah satu negara yang bikin gue penasaran, tapi pada akhirnya Makassar dan Toraja juaranya.

Gue membeli tiket Citilink Jakarta - Makassar (pp) sejak Agustus 2015. Saat itu gue makin bersemangat membelinya sedini mungkin karena kebetulan ada promo potongan harga dari aplikasi pegipegi.com.

Ironisnya, sejak Agustus 2015 itu, kehidupan pekerjaan gue mengalami perubahan yang cukup signifikan. Di akhir Oktober gue mengikuti program promosi untuk pindah dari sub group semula di pabrik, menuju sub group lainnya di kantor pusat perusahaan, yang berlokasi kerja di Jakarta. Efektif per 01 Desember 2015 gue sudah menempati posisi baru dengan lokasi kerja baru. Perubahan ini awalnya sempat bikin gue kewalahan dalam menyesuaikan diri. Gue harus menyesuaikan diri dengan tugas dan tanggung jawab baru, lokasi kerja baru, tim kerja baru, teman - teman baru.

Bulan pertama gue pindah dari pabrik menuju kantor pusat, adalah bulan perjuangan baik secara fisik dan mental untuk menyesuaikan diri dengan segala hal yang baru. Saking kewalahannya sampai - sampai gue nyaris kehilangan semangat untuk mewujudkan impian gue untuk berkunjung ke Makassar dan Toraja. Yessss.....gue hampir membatalkan trip ke Makassar dan Toraja.

Akhirnya setelah gue renungi dan pertimbangkan, gue membulatkan tekad untuk mewujudkan trip impian. Saat itu gue berjanji dalam hati, perubahan dan tantangan apapun yang gue hadapi dalam hidup gue -kali ini dalam hal pekerjaan- hal itu tidak akan mengubah kepribadian gue...dan meskipun ada saat - saat dimana gue suntuk dan galau dengan perubahan dan tantangan yang sedang gue hadapi, gue ngga akan biarkan hal itu membunuh passion gue, salah satunya traveling.

Puji Tuhan, perjalanan gue kali ini mendapat banyak kemudahan. Mula-mula kemudahan dalam mengajukan cuti di kantor. Kemudian kemudahan ketika minta ijin ke Mama. Jadi, gue meminta ijin ke Mama di suatu pagi, sebelum berangkat kerja, kurang dari seminggu dari tanggal keberangkatan ke Makassar.

"Mama....seperti biasa ya...kalau Cei ulang tahun, Cei bakal jalan..."
"Apaaa??! Mau kemana kau ??"
"Ke Makassar, Ma....Cei pengen banget ke Toraja...Cei sering bilang ke Mama, kan?"
"Ohhhh......ngga keluar negeri kan ? Ngga papa kalau gitu....kalau kau keluar negeri, Mama ngga tenang....kalau kau kenapa-kenapa, repot!"

Seketika, di pagi yang indah itu, gue dikuasai oleh rasa lega yang luar biasa. Yesus menjawab doa gue....betapa mudahnya meminta ijin ke Mama kali ini.

Tanggal 12 Januari 2016 malam, gue berkumpul bersama keluarga di rumah untuk berdoa bersama dan merayakan ulang tahun secara kecil-kecilan. Ngga ada menu makan malam spesial, karena gue udah wanti-wanti berpesan ke Mama untuk ngga repot-repot menyiapkan makanan spesial hari itu. Gue merencanakan makan malam bersama keluarga untuk hari spesial ini, tapi setelah kembali dari Makassar nanti. Jadi malam itu gue sekeluarga merayakan ulang tahun dengan kue ulang tahun dan tentunya doa. Secara khusus Mama dan Bapak membawa perjalanan gue ke Makassar dan Toraja dalam doa malam itu. Terharu.

13 Januari 2016 subuh. Gue bangun jam 02:00 pagi, bersiap - siap....dan berangkat ke Bandara Soekarno Hatta.  Pesawat Citilink yang akan mengantar gue ke Makassar dijadwalkan berangkat jam 05:55 pagi. Puji Tuhan perjalanan tepat waktu dan lancar. Gue tiba di Bandara Sultan Hasanudin sekitar jam 09:30 pagi. Gue meninggalkan bandara menggunakan semacam bus Damrinya sana, menuju kota Makassar, ongkosnya Rp. 27,000.- Begitu menginjakkan kaki di Makassar, gue terkaget-kaget betapa panasnya kota ini. Rasanya matahari cuma berjarak sejengkal dari kepala gue !

Gue turun tepat di target lokasi pertama: Benteng Rotterdam. Begitu memasuki kawasan benteng, gue disambut ramah oleh petugas keamanan di pintu masuk lokasi benteng. Dengan polosnya gue bertanya harga tiket masuknya. Dan mendapat jawaban yang paling membingungkan sedunia, "Seikhlasnya, Mbak...." Dan gue memberikan uang Rp. 10,000,-

Gue pun mulai berkeliling kawasan Benteng Rotterdam....yang menurut gue terdiri dari bangunan - bangunan peninggalan kolonial yang masih megah dan kokoh, serta sisa-sisa benteng mengeliling kawasan komplek ini. Gue sempat memasuki Museum La Galigo yang terbagi di dua bangunan yang berbeda. Untuk memasuki museum gue cukup membayar Rp. 5,000,-

Foto-foto Benteng Rotterdam: 


  




 




Setelah berkeliling ke sana kemari, gue sadar kalau sebagian ruang dan bangunan dari komplek Benteng Rotterdam ini digunakan sebagai area perkantoran. Dampaknya, komplek Benteng Rotterdam padat oleh orang - orang dan juga kendaraan yang terparkir di setiap sudut komplek, atau menyebar di area manapun. Buat gue pribadi, penggunaan bangunan tua sarat sejarah sebagai kantor, cukup mengecewakan dan mengkhawatirkan. Mestinya komplek ini lebih dihargai sebagai aset daerah, bahkan negara, karena nilai sejarahnya, dan 'masa tuanya' diisi dengan cara dirawat dan dilestarikan.....bukan di'eksplotasi' dan dijadikan area perkantoran. Ini cuma sesuatu yang terlintas di pikiran gue sih...

Oya...gue bisa leluasa berfoto-foto disini salah satunya karena gue sudah menyiapkan tripod. Tapi di samping itu, gue juga bisa cukup puas berfoto karena dibantu oleh orang - orang yang gue temui, terutama petugas museum dan staf - staf yang berkantor di sini. Menariknya, dengan cara meminta tolong untuk dipotret, gue jadi bisa sekedar berkenalan atau pun membuka percakapan dengan orang - orang tersebut. Kalau traveling sendirian begini, salah satu kenikmatannya adalah mengobrol dengan orang-orang lokal.

Lokasi berikutnya yang gue kunjungi adalah Pantai Losari. Dari Benteng Rotterdam gue naik becak menuju pantai ini. Tiba di sana, rasa panas dan gerahnya lebih dahsyat! Gue berasa kayak lagi bertatap - tatapan dengan matahari. Sampai - sampai kebanyakan foto yang gue ambil di sini gelap gulita dihajar cahaya matahari yang super maksimal. Ketika hendak meninggalkan lokasi -karena ngga banyak hal yang bisa dilihat dan dilakukan disini- ada dua orang pria berusia hampir paruh baya mendekat, minta tolong untuk difoto. Gue pun membantu memotret keduanya beberapa saat. Gue mengerti banget kondisi sebagai orang yang membutuhkan bantuan orang lain untuk berfoto. Karena itu, gue akan senang bukan main mengulurkan bantuan untuk memotret orang lain jika diperlukan.


Setelah keduanya puas berfoto dengan latar belakang manapun pilihan mereka, gue pun berpamitan. Kedua orang ini, Pak Sugi dan Pak Yos, menanyakan tujuan gue berikutnya, dan menawarkan tumpangan sampai ke Benteng Rotterdam dengan mobil yang mereka gunakan. Gue pun menyambut bantuan tersebut dan masuk ke dalam mobil. Begitu di mobil, gue terkejut, dan seakan-akan ngga percaya akan 'keputusan' gue untuk ikut. Di satu sisi gue merasa betapa lemahnya kewaspadaan gue....Apa-apaan ini, kok gue nekat banget masuk ke dalam mobil orang yang sama sekali asing dan ngga gue kenal ? Apa gue ngga sadar, bahwa gue bisa aja jadi target kejahatan ? Ngga takut diculik, Cherrr ??!!

Tapi di sisi lain, entah apa namanya....instingkah ? Ya, itulahh...yang selalu menjadi modal gue. Sebenarnya dengan traveling sendirian, seiring waktu mengasah insting untuk selalu waspada. Gue sadar kok bahaya dan resiko bisa mengintai solo traveler, apalagi perempuan, kayak gue. Tapi gue juga ngga mau menjadi paranoid dan curigaan, hingga menutup diri dari kebaikan dan keramahan orang. Lagian, salah satu keindahan traveling adalah berinteraksi dengan orang lain. Kalau gue menutup diri dari hal itu atas nama kewaspadaan dan kehatihatian, rasanya ada yang kurang dalam perjalanan gue.

'Teman baru' gue ini, Pak Sugi dan Pak Yos, mengundang untuk menikmati es kelapa di seberang Benteng Rotterdam. Sambil menikmati es kelapa yang menyegarkan, gue mengobrol dengan keduanya. Keduanya bingung dan bertanya - tanya, kenapa gue traveling sendirian. Nampaknya konsep 'traveling sendirian' terlebih untuk perempuan, adalah sesuatu yang aneh, ganjil dan mengkhawatirkan bagi keduanya. Ketika gue berpamitan, mereka berulang kali berpesan agar gue berhati-hati dalam perjalanan gue. Bahkan Pak Yos memberikan nomor handphone-nya, dan berpesan agar gue menghubungi beliau jika memerlukan apapun atau hendak menanyakan apapun, selama di Makassar dan Toraja.

Meninggalkan keduanya, ada dua hal yang terlintas di pikiran gue. Pertama, bersyukur karena Yesus mempertemukan gue dengan orang-orang ini (Pak Sugi dan Pak Yos), dan memperlihatkan kebaikan warga lokal. Kedua, gue langsung teringat Mama di rumah. Selama ini gue selalu memaksakan kehendak gue pada Mama dan menilai keberatan dan kekhawatiran Mama setiap kali gue akan traveling adalah sesuatu yang berlebihan. Traveling sendirian mungkin terkesan ganjil dan beresiko bagi kalangan tertentu....dan wajar jika ada yang memiliki persepsi seperti itu. Orang lain saja was-was ketika tahu gue traveling sendirian, apalagi Mama....

Dari Benteng Rotterdam gue berjalan kaki mencari lokasi berikutnya, Museum Kota Makassar. Sayangnya, meskipun sudah melalui perjalanan yang cukup melelahkan (karena ngga tahu lokasinya) menuju museum ini, kedatangan gue di sana bisa dibilang sia-sia....museum ditutup sementara waktu untuk renovasi. Untuk 'menikmati' rasa kecewa dan rasa lelah, gue mampir sejenak dan melewatkan beberapa saat di Taman Macan yang ngga jauh dari lokasi museum. 

Museum Kota Makassar
Di situ gue sekalian memikirkan langkah dan rencana selanjutnya. Saat itu sekitar jam 15:00....sambil 'menonton' pelajar-pelajar yang sedang berlatih Paskibra dan warga lokal yang giat berolah raga sore, pikiran gue sibuk mematangkan rencana berikutnya. Gue harus mencari pool bus untuk membeli tiket bus ke Toraja nanti malam. Tapi dimana pool busnya ? Lagian, bus apa dulu nih, bukankah banyak pilihan armada bus menuju Toraja ? Gue teringat pembicaraan dengan salah satu petugas museum di Benteng Rotterdam tadi. Tapi ketika hendak mengurutkan setiap informasi yang berhasil gue serap, gue jadi kebingungan sendiri. Begini yang gue ingat....soal pilihan bus, yang terdekat gue bisa menjangkau pool bus Litha dan Liman.....Pool busnya ada di Jalan Urip Sumoharjo....jangan ke terminal bus segala, jauh banget!....Dari Benteng Rotterdam sebaiknya naik taksi aja, jangan naik angkutan umum...biar ngga ribet...Begitu memberhentikan taksi, semua informasi yang terekam di pikiran gue jadi agak tumpang tindih....jadilah gue berpesan ke Pak Supir taksi, "Ke pool bus Litha di Jalan Urip..."

Dalam perjalanan menuju lokasi, gue bingung kenapa demikian lama untuk mencapai pool bus dimaksud. Awalnya gue tenang, karena beberapa saat gue yakin berada di Jalan Urip. Hal itu gue ketahui dari beberapa papan petunjuk yang gue lihat. Tapi ketika Jalan Urip berlalu, pool bus yang dimaksud belum kunjung jelas dimana rimbanya. Lalu gue bertanya ke Pak Supir. Ternyata Pak Supir bingung dengan tujuan yang gue cari. Karena gue meminta diantar ke pool bus Litha yang berada di Jalan Perintis Kemerdekaan, Tello....sementara yang di Jalan Urip tadi adalah pool bus Liman. Gue kesal karena ketika melewati pool bus Liman tadi Pak Supir ngga bertanya dulu ke gue untuk mendapat kepastian. Tapi gue ngga bisa menyalahkan Pak Supir, karena kesalahan fatal gue adalah naik taksi tanpa memiliki modal informasi yang jelas. Akhirnya gue pasrah diantar ke pool bus Litha yang mendekati arah Bandara Sultan Hasanudin.

Tiba di pool bus, gue membeli tiket untuk keberangkatan jam 22:00 malam, seharga Rp. 160,000,- Karena saat itu masih sekitar jam 17:00 sore, gue bingung bagaimana melewatkan waktu menunggu jam keberangkatan bus. Ngga ada hal menarik yang bisa dilihat dan dilakukan di pool bus. Kalau gue kembali ke pusat kota Makassar, kayaknya waktu gue akan terbuang di jalan. Selain jauh, jalan utama di Makassar juga cenderung macet di titik-titik tertentu. Gue pun meminta saran dari petugas penjual tiket, dan si ibu menyarankan gue untuk ke mall terdekat, yaitu Makassar Town Square. Karena malas dibebankan oleh ransel berat, gue pun menitipkan ransel di kantor pool. 
 
Pool Bus Litha
Dengan naik angkutan umum dari seberang pool, gue tiba di mall yang dimaksud. Di sana ngga banyak hal yang bisa gue lakukan dan nikmati. Iyalahhh....keluar masuk mall ngga ada dalam agenda trip gue ke Makassar. Di sana gue sempat membeli yogurt dan mampir menikmati salad di restoran Pizza Hut. Ya ampun.....jauh-jauh ke Makassar, malah menikmati produk Pizza Hut!  Setelah merasa bosan di sana, sekitar jam 19:00 gue kembali ke pool bus. 

Karena lelah dan ngga tahu bagaimana lagi cara melewatkan waktu menunggu keberangkatan bus, gue memilih membaca novel sampai tertidur di lantai kantor penitipan barang pool itu. Ngga peduli bersih atau kotornya lantai kantor itu, bagi gue yang terpenting saat itu adalah meluruskan badan dan menutup mata sejenak, meskipun tak beralaskan apapun dan ransel sebagai bantal gue.

Menjelang jam 22:00 gue terbangun, dan kaget karena ada seorang petugas di hadapan gue yang dengan tampang iba bertanya tujuan gue malam itu. Dengan pikiran yang kacau-balau karena masih mengantuk, gue jawab seadanya. Beliau pun meminta gue untuk menunggu mobil yang akan mengantar gue ke terminal bus. Hahhh??! Kok ke terminal bus ? bukankah seharusnya bus gue berangkat dari pool ini ? Gue menanyakan hal ini sekaligus protes pada ibu penjual tiket bus, yang tidak memberitahukan informasi ini sejak gue membeli tiket sore tadi. Dengan menyesal si ibu hanya menjawab singkat, "Iya...ada perubahan dari manajemen..."  Apa coba...?!

Pihak perusahaan bus menyediakan sebuah mobil yang akan mengantar calon penumpang bus ke terminal. Gue menjadi agak kesal, karena 'perubahan' ini berarti keterlambatan waktu keberangkatan dari yang semestinya. 

Tiba di terminal antah - berantah, gue cuma pasrah menunggu bus yang dimaksud. Gue menunggu sekitar 10 menit sampai akhirnya bus yang akan mengantar gue menuju Tana Toraja tiba. Busnya nyaman banget....dengan bangku yang empuk, ditambah bantal dan selimut. Gue cuma ngga tahan dengan rasa dinginnya, yang gue yakin berasal dari AC bus yang bekerja super optimal. 

Cuma Yesus yang Maha Baik yang tahu betapa lama gue menyimpan keinginan untuk naik bus ini, dan memulai perjalanan menuju Tana Toraja. Makasih Yesus karena sudah mengijinkan dan menuntun gue 'melangkah' sejauh ini untuk mewujudkan impian melihat Tana Toraja.

No comments :