I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Sunday, March 20, 2016

Wisata Benteng Bersejarah Di Cilacap (1)

Salah satu kota di pulau Jawa yang menjadi target jalan-jalan gue selama ini adalah Cilacap....kenapa ? Karena di sana ada Benteng Pendem, dan juga pintu masuk menuju Nusakambangan. Dari informasi yang pernah gue baca dari hasil browsing sana-sini, di Pulau Nusakambangan juga terdapat sebuah benteng bersejarah. Penasaran.

Tapi langkah gue menuju Cilacap selama ini terkendala karena jaraknya yang menurut gue jauh (dari Jakarta), dan tiket kereta Jakarta - Cilacap yang lumayan mahal. Juga, gue belum rela musti ngambil cuti dari kantor demi berkunjung ke sini. Tapi singkatnya, weekend ini gue bisa mewujudkan keinginan untuk melihat langsung benteng Pendem yang cukup fenomenal itu. Yaaaa....akhirnya gue memang harus ngambil cuti sehari.

Untuk menuju Cilacap, bisa ditempuh dengan naik kereta (dari Stasiun Senen, Jakarta) tujuan Purwokerto. Kayaknya Purwokerto adalah kota tetangga yang terdekat dengan Cilacap. Dari Terminal Purwokerto, gue tinggal naik bus tujuan Cilacap. Busnya alakadar gitu...kayak metromini kalau di Jakarta...non AC, ongkosnya Rp. 20,000,-

Kendala menggunakan transportasi umum baik di Purwokerto maupun Cilacap adalah meskipun jumlah armadanya lumayan, namun sepertinya peminatnya ngga banyak, alias sepi penumpang. Jadi, angkutan-angkutan umum doyan banget ngetem nungguin penumpang. Selain itu, masih dalam misi menjaring penumpang sebanyak-banyaknya, angkutan-angkutan umum di sini bergerak sloowww banget...kayak keong. Beberapa waktu yang lalu pernah baca bahwa Purwokerto - Cilacap bisa ditempuh dalam 1.5 jam. Tapi nyatanya, perjalanan yang gue tempuh memakan waktu hingga 3 jam. Di tengah jalan bahkan gue sempat dioper ke bus lainnya. Ngetem....jalannya lambat....dioper segala....sempurna! Ternyata yang beginian ngga cuma terjadi di Jakarta doang.

Tiba di terminal Cilacap, gue naik angkutan umum warna kuning tujuan Sleko. Oya...di sini gue dan Ony juga kesulitan ketika mencari informasi mengenai angkutan menuju Benteng Pendem. Begitu tiba di terminal, langsung nanya sana sini, malah diarahkan untuk naik angkutan umum warna hijau. Tapi berhubung kerumunan orang yang mengarahkan ini terlihat terlalu agresif, gue justru jadi curiga.

Karena bingung, gue memilih mampir ke toko Indomaret yang ada dekat situ. Di saat kepanasan dan bingung kayak gini, yang paling menghibur adalah makan ice cream. Sekalian beli stok cemilan, gue juga nanya-nanya ke kasir Indomaret, angkutan umum menuju Benteng Pendem. Si kasir yang ramah ngasih tahu kalau gue musti naik angkutan warna kuning. Tuh kan....gue udah feeling kalau informasi orang-orang di terminal tadi 'menyesatkan'.

Akhirnya gue naik angkutan kuning ini, dan diturunkan di sebuah persimpangan jalan, dekat kilang minyak Pertamina, dan harus berjalan kaki lumayan jauh menuju pintu masuk Benteng Pendem. Dalam perjalanan, baik ketika naik angkutan kuning maupun ketika berjalan kaki menyusuri pinggir pantai, sepanjang mata memandang, gue ngga lihat keberadaan angkutan hijau. Artinya, kalau tadi gue dan Ony pasrah naik angkutan hijau itu, entahlah akan dibawa kemana.

Tiba di Benteng Pendem, gue girang bukan main. Ketika gue memimpikan begitu lama untuk berkunjung ke sebuah tempat, yang sudah membuat gue penasaran dengan dahsyatnya, dan akhirnya impian gue itu terwujud, ada perasaan istimewa yang ngga bisa digambarkan. Benteng Pendem ini salah satu contohnya. Ternyata perasaan senang mendalam itu ngga tergerus dengan melelahkan dan berlikunya jalan yang harus gue tempuh untuk menuju kemari.

Tiket masuk Benteng Pendem seharga Rp. 5,000. Benteng Pendem adalah benteng peninggalan Belanda, yang dibangun tahun 1861. Di dalam area Benteng Pendem yang sangat luas, gue menikmati melihat - lihat setiap bangunan benteng, yang terdiri dari berbagai ruangan. Ada ruang barak, benteng pertahanan, ruang klinik, gudang senjata, ruang penjara, dapur, dan lain sebagainya. Untuk sebuah peninggalan benteng bersejarah, ini adalah tempat paling mengagumkan yang pernah gue kunjungi. Sayangnya, menurut gue kondisi benteng ini nyaris terbengkalai, dan pengunjung tidak disuguhi fasilitas maupun informasi apapun, selain tiang dengan tulisan nama -nama dari masing - masing ruangan. Petugas yang ada saat itu, sepertinya hanya bertugas untuk menjual tiket semata. Tidak ada yang berinisiatif menawarkan jasa guide atau semacamnya. Dan gue ngga ngerti konsep dari lokasi ini....apakah dianggap sebagai kawasan bersejarah, atau taman rekreasi. 

Oya di sini gue sempat ikutan 'tour uji nyali' dengan memasuki sebuah terowongan yang di dalamnya terdapat beberapa ruangan. Tentunya terowongan tersebut gelap gulita, dan yang bikin tambah menantang adalah kondisinya yang digenangi air (laut) hampir setinggi betis. Di luar terowongan ada seorang anak muda menawarkan untuk mengantar ke dalam terowongan, dengan bantuan sebuah senter kecil. Awalnya gue ragu dan nyaris ogah untuk masuk, walaupun penasaran. Namun, berhubung Ony meyakinkan bahwa tour ini adalah 'highlight' dari perjalanan gue ke Benteng Pendem ini, maka dengan modal nyali minimalis, gue pun pasrah ikutan.

Awalnya si pemandu memperkenalkan sederetan ruangan yang merupakan ruang meriam. Dengan penerangan minimalis, dan kaki yang masuk ke dalam genangan air cukup tinggi, rasanya sensasional. Gue ketakutan setengah mati selama perjalanan terseok-seok sepanjang kurang lebih 100 meter itu. Sepanjang jalan gue berpegang erat-erat pada si pemandu di sebelah kiri, dan Ony di sebelah kanan. Dan ketika air yang menggenang sudah hampir mencapai ke lutut, dan kegelapan semakin menjadi-jadi, si pemandu mengarahkan senternya ke sebuah ruangan kecil, dan dengan santainya bilang, "Kalau ini ruang pembantaian....jadi di sinilah tempat orang-orang disiksa....Di sini pernah dilakukan syuting Uji Nyali juga..." Hallaaahhhh!!  Gue cuma melihat sekilas ruangan yang dimaksud, dan nyahut, "Oh gitu....ya udah buruan jalannya, Mas !" Cengkeraman gue ke si pemandu dan Ony semakin kuat. Dan tiba - tiba gue mendengar si pemandu berseloroh sambil nyengir, "Mbaknya kayaknya takut banget...." Yaelahhh ?! Rasanya pengen mendaratkan jitakan bertubi-tubi ke si pemandu....siapa sih yang ngga takut berada di terowongan gelap dan tergenang air seperti itu....??! Musti melintasi ruang pembantaian segala ! Masa gue ketawa terpingkal-pingkal bahagia melintasi tempat mengerikan kayak gini.  

Begitu tiba di pintu keluar dan melihat cahaya terang, rasanya lega bukan main. Si pemandu pun mengajak gue dan Ony menuju sebuah sumur untuk mencuci kaki. Meskipun masih tersisa rasa ketakutan ketika berada di dalam sana, tapi untunglah Ony mendorong gue tadi untuk ikutan tour uji nyali ini. Paling ngga, gue ngga akan penasaran lain lagi waktu. 

Dari situ, gue dan Ony kembali berkeliling kawasan Benteng Pendem beberapa saat.Setelah puas, lelah, serta haus, gue pun meninggalkan lokasi untuk menikmati kesegaran es kelapa utuh. 

Satu hal yang bikin acara hunting benteng bersejarah di Cilacap sejauh ini agak terkendala adalah karena masalah pada pocket camera gue yang anehnya habis batere total, padahal sudah semalaman gue charge. Jadilah gue cuma bisa mengandalkan smartphone yang baterenya pun pas-pasan. Namun, terlepas dari masalah kamera, serta kondisi benteng yang terkesan terbengkalai dan minim informasi bagi pengunjung, sejauh ini gue puas dan senang karena akhirnya bisa menginjakkan kaki di sini.







Gudang senjata

Ruang Klinik

Ruang Penjara
Ruang Penjara

Ruang Penjara
Ruang Barak

Bagian luar ruang meriam

No comments :