I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Wednesday, March 23, 2016

Wisata Benteng Bersejarah Di Cilacap (2)


Selesai menikmati es kelapa utuh nan segar, gue dan Ony didekati seorang pemuda yang menawarkan jasa perahu menuju Pulau Nusakambangan. Di sepanjang kawasan Teluk Penyu dan Benteng Pendem memang dipenuhi oleh warga lokal yang langsung semangat mendekat ke wisatawan yang datang untuk menawarkan jasa perahu menyeberang ke Pulau Nusakambangan. Semua menawarkan dengan harga sama : Rp. 100,000 per perahu, untuk perjalanan pulang - pergi.

Sejak awal sebenarnya gue ngga berencana untuk ke Pulau Nusakambangan. Bukannya ngga berminat, tapi dari kabar yang gue dengar, untuk masuk ke pulau ini harus mendapat ijin khusus dari pihak otoritas setempat, dan belakangan masalah perijinan tersebut semakin ketat. Tapi karena si pemuda, Mas Bowo, demikian persuasif 'menjual' jasanya, gue mulai galau.

Yang paling bikin galau tuh karena memikirkan harus menumpang perahu kecil, hanya bertiga saja, dengan Ony dan Mas Bowo sebagai juru kemudi perahu, menembus ombak pantai Teluk Penyu. Gue bisa berenang, tapi berdasarkan pengalaman, secara mental gue akan merasa paling tenang ketika berada di perahu, terlebih yang kecil begini, di tengah laut atau pantai nan luas seperti ini jika ada Pak Sitanggang alias Bapak menemani.

Bapak perenang tangguh dan ngga pernah takut berada di perairan seperti ini. Kemampuan renangnya bukan dibentuk dan diasah di kolam renang berubin dengan air bening kebiruan sarat akan kaporit. Melainkan di Danau Toba, di pulau Bapak dilahirkan dan dibesarkan, Samosir. Singkatnya, karena kemahirannya dan kegemarannya berenang, Bapaklah yang paling gue andalkan jika harus 'berurusan' dengan pantai lepas seperti ini. 

Tapi Pulau Nusakambangan di seberang sana itu benar - benar bikin gue penasaran. Ony berusaha meyakinkan dan menenangkan gue....ngga ada yang perlu dikhawatirkan...dan tentu aja dengan kata-kata pamungkas...'udah jauh-jauh ke Cilacap, sayang kalau ngga menyeberang ke Nusakambangan sekalian....kapan lagi...' Dan gue langsung teringat perjalanan panjang untuk ke sini...sekitar 5 jam berkereta ditambah 3 jam jalan darat. Benar juga sihh!

Trus, masalah perijinan? Ternyata, perijinan hanya diperlukan jika pengunjung hendak merapat ke kawasan Lembaga Pemasyarakatan. Sementara umumnya wisatawan akan diantar ke pantai Karang Bolong, di sisi lain dari pulau Nusakambangan.  Di sinilah sebuah benteng tua peninggalan Portugis berada.

Dengan keberanian pas-pasan, akhirnya gue memutuskan untuk menyeberang menuju pulau Nusakambangan.

Di luar dugaan, ternyata perjalanan berperahu tersebut sangat nyaman dan menyenangkan. Ngga ada rasa takut, justru girang dan semangat bisa menembus pantai nan luas menuju pulau yang namanya terkesan seram karena identik dengan lembaga pemasyarakatan narapidana kelas kakap ini. 

Perahu yang gue tumpangi pun merapat di pantai Karang Bolong. Mas Bowo mengantar gue dan Ony kepada seorang guide. Si guide menyodorkan harga Rp. 50,000,- Gue mulai menawar harga. Namun si guide ini kayaknya ngga mau menurunkan tarifnya serupiah pun. Akhirnya, gue minta Mas Bowo saja yang menjadi guide. 

Mas Bowo mengantar gue dan Ony menuju benteng Portugis, melewati area yang bisa dibilang seperti hutan belantara. Tiba di sebuah bangunan semacam pintu masuk, gue dan Ony dihentikan oleh seorang pemuda yang minta gue untuk mengisi semacam buku tamu. Rasanya pengen ketawa....masuk hutan pake ngisi buku tamu segala. Tapi permintaan berikutnya malah bikin jengkel, yaitu membayar retribusi 'seiklasnya'. Kata si pemuda, "Untuk biaya pencarian jika misalnya hilang di tengah hutan....dan biaya kebersihan..." Apa siiihhhh ??!!

Perjalanan pun dilanjutkan. Dan beberapa saat kemudian, di hadapan gue nampak sebuah bangunan yang tidak lagi utuh, namun terlihat masih megah dan kokoh. Itulah bangunan benteng peninggalan Portugis yang dibangun pada tahun 1800an, sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi serangan dari laut. Gue dari awal cuma bisa berdecak kagum.....Wowwww!! Keren bangett !! 

Menurut Mas Bowo, benteng tersebut terdiri dari 3 lantai dengan berbagai ruangan. Bagian yang bikin gue paling terpukau adalah akar - akar pepohonan berukuran raksasa yang nampak seakan-akan melilit dan menyatu dengan tembok benteng. Dalam sekejap gue langsung teringat akan....Beng Melea !!

Beng Melea adalah bagian dari Angkor temple, yang lokasinya beberapa puluh kilometer dari kota Siem Reap, Kamboja, yang pernah gue kunjungi tahun 2013 yang lalu. Beng Melea, yang walaupun nyaris bak puing - puing reruntuhan, namun masih menyisakan kesan megah dan agungnya temple tersebut. Ciri khasnya, dan yang merupakan daya tarik utamanya di mata gue, adalah 'dekorasi' berupa akar-akar pohon yang nampak menembus dan menyatu dengan tembok-temboknya yang tinggi dan kokoh. Jadi terkesan menyeramkan dan keren di saat yang bersamaan. 

Dan gue ngga menyangka, ternyata di Indonesia pun gue bisa melihat yang seperti itu. Kalau tahu Pulau Nusakambangan memiliki benteng seeksotis ini, gue pasti sudah berkunjung ke sini sejak dulu. 

Pantai Karang Bolong

Benteng Portugis

Pintu masuk benteng
Peninggalan meriam
Peninggalan meriam

Puas mengeksplorasi benteng tersebut, termasuk menyusuri lantai bawahnya yang gelap gulita dan sempat bikin gue ketakutan setengah mati, gue bertiga pun mengambil langkah kembali ke pantai.

Sebelum menuju perahu, gue menghampiri guide tadi. Gue tertarik dengan beberapa botol madu lengkap dengan ember berisi beberapa bongkahan rumah madu. Jadi, si guide ini menjual hasil hutan berupa beberapa jenis madu dan royal jelly. Biasanya gue paling enggan membeli madu sembarangan, karena malas berspekulasi dengan urusan asli atau tidaknya. Tapi kali ini entah dari mana datangnya keyakinan luar biasa itu, setelah tawar-menawar harga, gue mantap membeli sebotol madu dan sebotol lagi royal jelly seharga Rp. 250,000,-, untuk stok di rumah. 

Setelah itu gue dan Ony pun kembali ke perahu....siap menyeberang ke Teluk Penyu. Meninggalkan pulau yang pernah bikin gue penasaran dan ternyata memang memiliki potensi dan daya tarik nan eksotis meski terkesan angker. Siap menghadapi tantangan penuh kejutan, terutama urusan transportasi umumnya Cilacap, demi menempuh perjalanan panjang kembali ke Purwokerto.

No comments :