I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Monday, March 02, 2015

Hari Keempat : Selamat Tinggal, Kathmandu !

 

24 Januari 2015. Ini adalah hari terakhir gue di Kathmandu. Penerbangan gue menuju Kuala Lumpur dijadwalkan jam 3:15 sore nanti waktu Kathmandu. Jadi gue punya waktu singkat untuk menikmati Thamel sampai keberangkatan ke Tribhuvan International Airport nanti siang.

Pagi itu gue melangkahkan kaki menuju Kathmandu Durbar Square. Walaupun setiap hari kemari, tapi bagi gue tempat ini ngga pernah membosankan. Berjalan kaki menuju ke sana dari hostel aja menurut gue sangat mengasyikkan. Apalagi pas tiba di pasar dekat Kathmandu Durbar Square. Ramai dan heboh banget rasanya. Ketika gue tiba di pasar pagi itu, kebetulan ada sosok pengunjung berkaki empat : seekor sapi dan anaknya. Pemandangan yang menarik banget. Di tengah padatnya pasar oleh para pedagang, pembeli atau pengunjung yang sekedar lewat (kayak gue) yang saling berebut ruang, sekonyong - konyong ada dua ekor sapi yang dengan santainya berjalan kesana kemari.

Respon dari warga sekitar lebih menarik lagi. Tukang - tukang sayur yang sedang menggelar barang dagangannya memberikan beberapa ikat sayur mereka untuk dilahap oleh si sapi beruntung itu. Begitu juga orang - orang yang lalu-lalang di sekitarnya....mereka menerima kedatangan keluarga sapi itu dengan hangat. Ketika melewatinya, mereka akan menepuk - nepuk, atau sekedar membelai si sapi. Waktu gue, yang jauh - jauh menempuh perjalanan pesawat total hampir 7 jam dari Jakarta ke Kathmandu, melewati pasar ini pertama kalinya tempo hari ngga ada warga yang menyambut gue demikian hangatnya...Berarti pesona gue kalah jauh dibanding si sapi.

Tamu kehormatan berkaki empat
Lalu seorang petugas muncul dan bermaksud 'mengajak' si sapi untuk bergeser dari pusat kerumunan, dan gue melihat sebuah kue di genggamannya....Ya ampun....pagi itu gue belum makan sebutir nasi pun, namun si sapi udah sarapan dengan berbagai menu, mulai dari sayur-mayur, buah dan kali ini kue. Namun si sapi ngga menggubris dan tetap acuh tak acuh berjalan kesana kemari. Si petugas nampak kecewa, dan bertatapan dengan salah satu wanita penjual sayur yang lahan berjualannya dihalangi oleh si sapi. Matanya seakan - akan berkata, "Sapinya ngga mau pergi...apa boleh buat..." dan si petugas tampak tak berdaya. Dia tidak berbuat apapun lagi dan segera menghilang. 

Si sapi beruntung
Lalu, untuk menambah semarak semrawutnya pasar pagi itu, muncullah sebuah mobil, dan dalam posisi berhadap - hadapannya dengan si sapi. Beberapa kali si pengendara mobil membunyikan klakson, agar si sapi memberikan ruang bagi mobilnya untuk melintas. Namun si sapi ngga bergeming. Si pengendara mobil pun pasrah, menunggu sampai si sapi dengan sukarela bergerak pindah. Dan gue berdiri di antara keduanya. Gue adalah pendukung si sapi, karena selama di Nepal ini gue sangat terganggu dengan doyannya pengendara mobil dan motor membunyikan klakson untuk 'mengusir' sesama pengguna jalan. "Rasain....! Hidup sapi....! Hidup sapi....!!" sorak gue dalam hati.

Sapi vs mobil
Gue tahu bahwa dalam agama Hindu, sapi dianggap suci, dan di negara - negara seperti India dan Nepal yang mayoritas penduduknya menganut agama Hindu, mereka memperlakukan sapi dengan baik dan 'hormat'. Gue pernah nonton di sebuah program TV, bahkan air seni dan kotoran sapi digunakan untuk ritual keagamaan. Penyembelihan sapi dilarang di negara - negara tersebut. Dan kejadian yang gue saksikan pagi ini di pasar adalah salah satu pengalaman unik yang sangat menghibur, yang merupakan bagian dari keyakinan tersebut.

Puas melihat momen keemasan seekor sapi, gue pun melanjutkan perjalanan ke Kathmandu Durbar Square. Suasana Durbar Square kali ini lebih ramai dan 'sibuk'. Malam sebelumnya ketika di hostel gue sempat mengobrol dengan Dhubra, salah satu staff hostel. Dhubra bercerita bahwa hari libur di Nepal adalah Sabtu. Sementara Minggu sampai dengan Jumat adalah hari kerja. Jadi kantor - kantor formal seperti pemerintahan, bank, sekolah, dan lainnya akan buka dan beraktivitas normal di hari - hari tersebut, termasuk Minggu. Mungkin karena hari itu adalah Sabtu, hari libur, dan satu - satunya hari libur di Nepal, maka suasana jalan dan tempat - tempat umum cenderung lebih ramai. 

Warga Kathmandu melakukan ritual keagamaan di Kathmandu Durbar Square
Kathmandu Durbar Square
Di Durbar Square gue sempat mampir ke Kumari Ghar (Istana Kumari), berharap sang Kumari berkenan untuk menunjukkan wajahnya sekali lagi sebelum kepergian gue meninggalkan Kathmandu. Namun kali ini gue kurang beruntung. Pada kunjungan pertama gue di Kumari Ghar ini, gue sangat beruntung karena sang Kumari sempat memunculkan sosoknya dari jendela di lantai atas. Itu momen yang menimbulkan perasaan campur aduk di hati gue.

Kumari Ghar
Kumari adalah perwujudan dewi yang dipercaya sebagai pelindung dari kejahatan, lambang keberuntungan serta kemakmuran. Kumari, dalam bahasa Sansekerta berarti perawan, dipilih melalui serangkaian proses seleksi yang panjang dan ketat. Gadis yang terpilih sebagai Kumari akan'bertugas' sebagai dewi, sampai dia mendapatkan haid pertamanya. 

Gue membaca artikel mengenai Kumari pertama kali di majalah wanita Kartini punya Mama dahulu kala....mungkin saat itu gue masih duduk di bangku SD atau SMP, entahlah....Ketika itu meskipun bagi gue cerita tersebut menarik bukan main dan bikin gue makin penasaran, namun gue ngga pernah sekalipun bermimpi untuk bisa menginjakkan kaki di negeri Kumari, Nepal, atau melihat Kumari langsung dengan mata kepala sendiri. Dan bertahun - tahun setelahnya, Yesus justru memberikan gue hadiah ulang tahun berupa perjalanan ke negeri sang Kumari...sehingga gue bisa berkunjung ke istana Kumari....dan bahkan melihat sosok Kumari langsung.

Pedagang buah khas Kathmandu
Setelah mengucapkan selamat tinggal pada Kathmandu Durbar Square, gue kembali ke Happily After. Tiba di hostel, gue bertanya ke Ghan di ruang resepsionis, apakah pemanas air bisa dinyalakan, agar gue bisa mandi. Dan dikabulkan. Gue senang bukan main sambil berlari naik ke kamar gue. Ghan bilang, "Cherry Garden, sebaiknya kamu sarapan dulu, karena waktu sarapan sudah hampir habis..." Tapi gue jawab, "Sekarang saya lebih lebih butuh mandi daripada makan..." Dan gue pun melesat ke kamar mandi, dan menikmati mandi pertama dan terakhir gue dalam trip Kathmandu kali ini. Ini adalah mandi yang paling indah dan menyenangkan....seakan - akan gue udah menunggu momen ini puluhan tahun lamanya. 

Selama di Thamel, gue melakukan survey kecil - kecilan mengenai frekuensi mandi warga lokal. Survey ini gue lakukan karena dalam hati gue merasa malu (sekaligus jorok) akibat ngga sanggup mandi setiap hari. Menurut gue mandi pagi dengan air normal di Kathmandu itu hal yang ngga masuk akal. Kegiatan itu cocok dijadikan kompetisi semacam Amazing Race, atau Fear Factor, atau apalah....karena rutinitas bernama 'mandi' ini benar - benar menguji nyali dan ketahanan fisik.

Gue menanyakan ke beberapa orang, biasanya berapa kali mereka mandi di saat musim dingin seperti sekarang. Ada yang menjawab seminggu sekali, 3 hari sekali, lalu 2 hari sekali....dan ada seseorang yang mengatakan sekali sehari. Kayaknya jawaban yang terakhir ini kurang begitu memuaskan untuk gue yang baru mandi di hari keempat sejak tiba di Kathmandu ini. Dalam hati gue, kecuali orang itu memiliki fasilitas pemanas air elektrik berikut genset, hampir mustahil ada orang yang mandi setiap hari di negeri yang dingin ini.
Kelar mandi dan akhirnya merasa bersih dan segar, gue pun berpamitan dengan Ghan dan meninggalkan hostel. Gue sempat mampir di Doner Kebab untuk membeli kebab sebagai makan siang gue, lalu mencari taksi untuk menuju ke airport. Gue menemukan taksi dengan tarif USD 5.

Tiba di airport, meskipun gue udah melakukan web check in, ternyata gue tetap harus melapor ke petugas check in Air Asia. Dan saat mendekat ke Check In Area-nya Air Asia gue sempat panik. Petugas Air Asia menimbang setiap barang bawaan penumpang dengan seksama. Bahkan penumpang yang hanya membawa sebuah ransel atau tas kecil pun wajib meletakkan barangnya di alat timbang bagasi. Secara dimensi ransel gue emang kecil, namun gue ngga yakin apakah beratnya tidak melebihi 7 kg. Gue pun mengantri, dengan menyimpan segunung rasa ragu.

Ketika tiba giliran gue, gue berusaha mengalihkan perhatian si petugas check in dengan basa - basi dan mengobrol hal - hal paling ngga penting sedunia, "Hai, selamat siang Pak, apa kabar ?.....Saya terlalu dini untuk check in ngga ?.....Ada pemberitahuan flightnya akan delay, Pak ?....Dingin ya di Kathmandu ini ?...." Petugas - petugas check in nya kebetulan ramah - ramah. Dan sambil si Petugas menjawab setiap pertanyaan (ngga penting) gue, dia sekedarnya nanya apakah gue membawa bagasi atau ngga. Gue bilang ngga ada, hanya handcarry, dan gue langsung minta label untuk barang - barang yang akan masuk ke kabin....dan tidak ada pertanyaan atau permintaan lebih lanjut. Horeeeeeee !! Lega bukan main...!

Karena saking senang dan bersemangatnya gue pun langsung ke lantai atas untuk pemeriksaan imigrasi. Di lantai ini sebenarnya terdapat beberapa cafe dan toko yang menjual cemilan. Cuma harganya sadis banget....bisa 10 kali lipat lebih dari harga normal (standard Jakarta) ! Udah gitu di sini ngga tersedia fasilitas wifi gratis. Fasilitas wifi hanya diberikan bagi penumpang yang membeli kopi....yaelahhh!

Gue pun memutuskan untuk langsung boarding. Di area boarding ternyata gue lebih mati gaya lagi...Selain ruangannya amat sangat penuh, amat sangat panas, toko - toko penjual makanan - minuman di sini menawarkan harga yang amat sangat mahal. Dan jangan berharap ada wifi di sini. Baik yang gratis maupun tidak gratis, pokoknya ngga ada wifi di sini.

Kepanikan lainnya yang gue rasakan adalah ketika gue gagal mengirim sms ke Mama. Gue kehabisan pulsa. Gue baru sadar ternyata selama di Kathmandu ini untuk setiap sms yang gue kirimkan melalui nomor Telkomsel gue, tarifnya adalah Rp. 7,000 per sms. Dan di saat paling dibutuhkan seperti sekarang, justru gue kehabisan pulsa. Gue jengkel bukan main. Jengkel pada diri sendiri yang ngga memperhitungkan masalah pulsa ini. Mama pasti bakal sangat khawatir menunggu kabar dari gue, sementara gue akan berada di pesawat selamat 4,5 jam nanti. Ngga ada yang bisa gue lakukan selain menelan kekesalan gue bulat - bulat, dan pasrah. Gue berharap Yesus yang Maha Baik akan menenangkan Mama selama perjalanan gue yang panjang nanti.

Setelah menunggu di boarding area hampir 2 jam lamanya, akhirnya gue masuk ke dalam pesawat Air Asia bernomor penerbangan D7-193 berukuran tambun, yang akan mengantarkan gue ke Kuala Lumpur.

Kathmandu meninggalkan kesan yang mendalam buat gue, sampai - sampai rasanya berat banget mengucapkan selamat tinggal pada kota yang eksotis ini. Bahkan setelah gue berada di kota ini selama 4 hari, gue masih belum bisa menjelaskan dengan kata - kata, apa yang bikin gue jatuh cinta pada kota ini. Kota ini mungkin memiliki kekurangan di sana sini, namun gue berasa berada di tempat yang segala sesuatunya benar - benar jauh berbeda dari keseharian gue di Jakarta. Kota yang unik, kota yang menyuguhkan keindahan dari kesederhanaannya, serta kekayaaan kehidupan sejarah, budaya dan agamanya. Gue jatuh cinta pada negeri ini, dan merasa belum melihat apa - apa darinya. Gue berharap semoga suatu saat Yesus akan mengembalikan gue ke negeri ini lagi, dan memberikan gue kesempatan untuk tinggal lebih lama, dan mengeksplorasi lebih banyak tempat dan hal di sini. Amin.

2 comments :

Unknown said...

Mbak cherry
Aku gama.. Rencananya aku ke nepal juga pertengahan april ini dan sendiri.. Mbak sendiri??
Aman ga sih mbak untuk cewek sendiri ke nepal??
Mbak minta contact mbak dong buat sharing sharing dan minta tips termasuk tanya hostel juga..
Aku kesana 10hari si.. Rencana ke pokhara juga yaa cuma uda email email banyak agen kok ga sreg..

Waiting for your reply ya mbak..

Many thanks
Gama

Cherry Sitanggang said...

Hi Gama,

Salam kenal :)

alamat imel saya : ciliegia_s@yahoo.co.id.

Kalo mau cari tour and travel mungkin yg bisa saya rekomen ya Oxford yang pernah saya pake. Harganya murah dan bisa ditawar. Kantornya jelas, di Thamel. Ini alamat emailnya : info@ottnepal.com, websitenya : www.ottnepal.com.

Jujur aja sy blom pernah kontak by email sih (itu liat dari payment receiptnya). Waktu itu datang langsung ke kantornya, karena dengan hostel.

Kathmandu kayaknya aman-aman aja buat cewe yg traveling sendirian kok. Dan beruntungnya Gama karena bisa punya 10 hari untuk kesana :) :)

Salam,
cherry