I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Saturday, June 16, 2018

Mandi Hujan di Curug Ciherang


19 Mei 2018.

Dengan tekad menggelora untuk mengeksplorasi pesona Jonggol yang menurut gue belum banyak terekspos ~ dan gue suka tempat-tempat seperti itu ~ gue dan Ony kembali ke sana, tepatnya kawasan Gunung Batu. Tujuannya untuk mengunjungi Curug Ciherang dengan rumah pohonnya yang instagrammable itu.

Perjalanan menuju Jonggol tuh selalu menguras tenaga dan waktu banget sebenarnya. Meskipun gue menikmati pemandangan sepanjang perjalanan, tapi entah kenapa khusus untuk rute menuju Jonggol, terlebih Gunung Batu, bisa sampai menyentuh batas kebosanan gue. Mungkin karena rutenya masih sepi penduduk, misalnya jika dibandingkan dengan Gunung Salak. Jadi di sela-sela keasyikan gue menikmati perjalanan, tersisip juga rasa khawatir mengenai rasa amannya. 

Untuk misi kali ini ke Curug Ciherang, perjalanannya jauh lebih panjang lagi dari pada ke Puncak Gunung Batu, namun masih searah. Dari Puncak Gunung Batu, kira-kira masih 1 jam lagi, dengan kondisi jalan yang ngga selalu mulus. Dari jalan utama dan satu - satunya, pengunjung harus berbelok ke kiri. Gue melihat papan petunjuk arahnya secara ngga sengaja. Jadi besar kemungkinan pengunjung yang baru pertama kali ke sini kesasar dengan mengambil arah lurus. Di kawasan ini emang lebih baik banyak - banyak bertanya ke penduduk. Itu pun kalo kebetulan dekat dengan rumah penduduk. Banyak titik dimana sepanjang mata memandang yang terlihat hanya hamparan sawah padi, kebun, pepohonan bambu, jati, dsb. Oya, di sini gue juga ngga bisa mengandalkan GPS karena sinyal lenyap sama sekali. Ketika berbelok ke kanan menuju arah Gunung Batu dari jalan raya Jonggol, sebenarnya sinyalnya udah mulai susah. Pas posisi puncak Gunung Batu, udah ngga ada sama sekali. Apalagi arah ke Curug Ciherang. Nampaknya di sini tuh kawasan tidak ramah Telkomsel. 

Menjelang tiba di kawasan Curug Ciherang, petunjuknya makin jelas, karena berupa pertigaan. Kalo ke kanan, ke Curug Ciherang. Kalo ke kiri ke Curug Cipamingkis. Curug Ciherang menjadi bagian dari Wahana Wisata Curug Ciherang (WWCC) yang sepertinya dikelola oleh pribadi/perorangan gitu. Tiket masuknya mahal banget menurut gue ! Untuk 2 orang dan 1 motor harganya Rp. 43,000,- Alamakjannn...untuk menikmati keindahan alam ciptaan yang Maha Kuasa berupa curug di salah satu gunung di Jonggol, gue musti bayar segitu. Dahsyat ya...Tapi berhubung udah sampai sana, mau ngga mau gue beli tiketnya. 


WWCC ini luas banget....Setelah loket penjualan tiket, pengunjung akan melihat beberapa bangunan penginapan atau villa yang tersedia di sana. Gue rasa saat itu semua kosong tanpa penghuni, karena sepi banget. Bentuknya macam - macam, ada yang rumah modern, rumah panggung, atau rumah Teletubbies juga. Dari sini Rumah Pohon Curug Ciherang belum terlihat. Pengunjung harus mengambil arah ke kanan untuk menuju kawasan curugnya. Oya, hujan rintik sudah mulai turun sejak kedatangan gue di WWCC ini. Selain hujan, kabut tebal juga udah mulai muncul, jadilah kawasan tersebut nampak gelap.

Teletubbies wannabe
Setelah parkir motor, lokasi yang pertama gue lihat adalah Rumah Pohon Curug Ciherang. Gue girang banget lihatnya, karena sudah lama lihat, terpesona, dan penasaran pengen berkunjung, setelah baca travel story-nya yang udah pernah ke sana. Tempatnya emang keren banget. Berada di ketinggian, dengan latar belakang gunung. Di bawahnya, nampak Curug Ciherang berada. 


Saat itu ngga banyak pengunjung yang datang, cuma sekitar 6 - 10 orang, mungkin karena masih awal puasa. Jadi sepi, plus hujan, plus kabut tebal, bikin suasana sedikiiittt seram. Berhubung saat itu ngga terlalu leluasa berfoto - foto di rumah pohon, gue dan Ony pun melanjutkan perjalanan ke Curug Ciherang, yang lokasinya ngga jauh. Tiba di sana, hujan semakin deras, dan gue berteduh di kamar mandi dekat situ. Ketika hujan mulai reda, kabut bergeser dan langit sedikit cerah, gue dan Ony pun mulai turun mendekat ke curug. Arus airnya saat itu sangat deras, mungkin karena belakangan Jonggol dan sekitarnya diguyur hujan. Tapi entah karena hujan atau emang dasarnya begitu, air curugnya cenderung berwarna kecoklatan, bukan jernih. Ony pun nyebur menikmati dinginnya air curug, sementara gue enggan. Ngga beberapa lama kemudian, langit mendung lagi, rintik hujan mulai menetes, dan kabut mulai muncul lagi dan bikin langit gelap dalam sekejap, padahal saat itu hampir tengah hari. 


Gue dan Ony pun meninggalkan lokasi curug, dan kembali ke Rumah Pohon. Di situ gue sempat berteduh beberapa saat. Lalu sang hujan dan sahabat karibnya, kabut, mulai bersembunyi lagi....dan langit pun cerah kembali. Horeee....! Gue dan Ony tetap di Rumah Pohon. Di situ gue lihat beberapa pengunjung baru mulai berdatangan. Bagus deh...the more the merrier....Kalau terlalu sepi, makin terasa horor kawasan ini. Biasanya yang datang akan langsung menuju curug, dan sekedar lewat di Rumah Pohon. Jadi gue dan Ony betah berlama - lama di situ. Lagian, pemandangan dari sini terlihat jauh lebih memukau sih.

Beberapa saat kemudian, lagi-lagi duo hujan dan kabut muncul. Langit pun segera gelap, berasa kayak udah jam 6 sore lebih. Gue dan Ony pun memutuskan untuk meninggalkan lokasi, ditemani oleh rintik hujan. Ketika tiba di loket masuk tadi, karena hujan terlalu deras dan kabut sangat amat tebal, gue berhenti sejenak di situ. Ngga ada gunanya melanjutkan perjalanan, gue khawatir kabut tebal akan mengganggu perjalanan nanti. Mengingat jalan yang harus gue dan Ony lalui berupa tanjakan atau turunan yang agak curam, jalan yang tidak rata, dan jurang di sebelah kiri jalan (arah pulang), kayaknya memaksakan diri melanjutkan perjalanan ngga ada gunanya.

Setelah menunggu, menunggu dan menunggu.....hujan dan kabut kembali pergi. Senangnya! Gue dan Ony langsung meninggalkan WWCC, menyongsong perjalanan panjang lagi untuk keluar dari kawasan Gunung Batu, dilanjutkan perjalanan kembali ke Jakarta.

No comments :