I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Tuesday, December 15, 2009

12 Desember 2009 : Ben Thanh Market

Berhubung udah sore, ngga banyak hal yang bisa dilakukan untuk menghabiskan waktu. Ini saat yang tepat buat jalan - jalan di sekitar Jalan De Tham, lalu liat - liat Ben Thanh market yang lumayan terkenal itu.

Untuk kesana, gue cukup jalan kaki dari Jalan De Tham. Menurut gue, Ben Thanh hanya pasar tradisional yang padat namun bersih dan rapi, yang kebanyakan menjual produk - produk untuk souvenir, pakaian, makanan, dan lain - lain. Ngga heran, yang banyak berjejal - jejal di dalamnya adalah para turis.

Selama gue bolak - balik berkeliling, gue ngga bisa menemukan sesuatu yang menarik untuk dibeli. Kayaknya urusan belanja, dari yang tradisional sampai modern, Indonesia emang surga banget. Di Indonesia kayaknya siapapun bisa beli barang kualitas lumayan dengan harga murah. Di Ben Thanh ini, untuk pasar tradisional, harga yang dipasang lumayan mahal. Memang sih disini apapun bisa ditawar, dan kalo beruntung katanya kita bisa mendapatkan barang dengan harga sangat murah. Tapi masalahnya, gue ngga menemukan sesuatu yang menarik, yang bisa bikin gue ngiler untuk susah payah nawar - nawar harga. Lagian, gue khan punya aturan pribadi : backpacker won't go for shopping. Belanja bikin repot aja....bikin berat ransel gue.

Tapi disini gue menikmati lucunya proses komunikasi antara turis dengan pedagang lokal. Pas kita nanya "How much ?" si pedagang bakal ambil kalkulatornya dan menunjukkan harga barang tersebut dengan kalkulator itu, dalam dong tentunya. Buat yang belum lincah mengkonversi dong ke dollar lalu ke rupiah, kayak gue, bakal ambil tuh kalkulator dan itung - itung sendiri. Pas nawar, gue kasih angka dengan kalkulator itu dan menunjukkan ke pedagang. Begitu seterusnya, kalkulator bakal terus bolak - balik berpindah tangan sampai ada kesepakatan harga...atau...salah satu pihak udah benar - benar putus asa, dan transaksi jual - beli gagal terjadi.

Kalo untuk pedagang yang kurang 'modal' (baca : ngga punya kalkulator), caranya dengan mengeluarkan beberapa lembar duit. Kalo mau nawar, gue cabut lembaran duit dengan nominal tertentu yang ada di genggaman si pedagang, maksudnya biar harga dikurangin. Kadang proses sederhana yang jadi rumit ini bikin gue ketawa, tapi kadang bikin gue putus asa juga. Lama - lama kalo kalkulator dan duit ngga cukup representatif untuk proses tawar - menawar tanpa akhir itu, bahasa isyarat dadakan pun dipake. Dengan menggunakan jari tangan dan suara seadanya, untuk menunjukkan harga. Aduuhh...capenya. Untuk nawar seikat buah klengkeng aja gue bisa ampe keringetan dan nyaris pusing kepala segala.

No comments :