I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Thursday, February 23, 2012

Cinta Dalam Segelas Juice

Suatu waktu, pulang dari kantor, gue akan tiba di rumah sekitar jam 8 malam. Hal pertama yang gue lakukan adalah melepaskan lelah sejenak dengan merebahkan tubuh di mana Mama berada, kadang di kamar tidurnya, atau di ruang keluarga. Sekedar curhat ato menonton tivi bersama, mengomentari berita ato gosip ini - itu...pokoknya istirahat. Di saat bersamaan Bapak akan bangkit dari duduknya, menuju dapur dan segera menyiapkan perlengkapan juicer andalannya. Geraknya lincah dan sigap...mengeluarkan beberapa wortel segar dan brokoli dari kulkas lalu membersihkannya. Beberapa saat kemudian suara - suara yang terdengar adalah, deru mesin juicer, dentingan gelas dan sendok, diakhiri dengan suara Bapak, "Minum juice mu ini, Cher.." Abis itu, Bapak akan membereskan peralatan juicernya lagi, dan mencuci setiap bagiannya dengan sangat hati - hati dan mendetil.

Di lain waktu, karena harus lembur di kantor atau sekedar ada janji dengan teman lama di mall terdekat, gue akan tiba di rumah jam 10 atau bahkan jam 11 malam. Rutinitasnya akan tetap sama. Mama pantang tidur kalo anak - anak perempuannya belum pulang, dan Bapak pantang tidur kalo belum menyiapkan juice untuk para perempuan di rumah. Khusus untuk gue, Bapak cuma akan mulai membuat juice kalo gue udah tiba di rumah. Alasan Bapak, wortel harus langsung diminum setelah dijuice, ngga boleh ditunda. Beda sama juice sirsak dan apel untuk Mama, atau juice jambu merah untuk Anggira.

Biasanya begini cara Bapak menyiapkan juice untuk ketiga perempuan di rumah. Sekitar jam 7 malam, Bapak akan mulai 'menggarap' juice untuk Mama dan Anggira, kemudian menyimpannya di kulkas untuk diminum oleh pemiliknya masing - masing, sesuai selera. Setelah itu Bapak akan mencuci peralatan juicer yang sebenarnya tidak simple dan sederhana itu, dan segera mengeringkannya. Lalu begitu gue pulang, Bapak akan menyiapkan peralatan juicernya lagi, membuat juice, lalu mencuci peralatan tersebut lagi. Melelahkan....

Gue pernah nanya ke Mama, kenapa cara kerja Bapak merepotkan diri sendiri begitu...bukankah lebih baik Bapak menyiapkan juicenya sekaligus yaitu saat gue tiba di rumah. Mama senyum, bukan karena tau alasannya, tapi karena sangat tau kalo Bapak akan melakukan apapun dengan caranya sendiri, yang baginya paling tepat dan nyaman dilakukan.

Selain itu, Bapak selalu siap mengingatkan gue mengenai posisi stok buah dan sayur di kulkas. Bapak ingin memastikan kekosongan stok yang menyebabkan ketidaktersediaan juice untuk ketiga perempuan, tidak sampai terjadi.

Setiap hari Kamis, Bapak ada jadwal rutin latihan paduan suara gereja. Biasanya, Bapak akan menyiapkan juice untuk gue sepulang dari latihan. Tapi Kamis kali ini berbeda. Saat gue pulang kantor, gue sudah menemukan gelas juice gue tersedia di meja makan. Ternyata bukan juice wortel dan brokoli, seperti biasanya, melainkan jambu merah plus apel, yang disiapkan Bapak sebelum berangkat latihan. Kata Mama, khusus malam ini gue 'libur' dulu minum juice wortel dan brokoli, karena Bapak akan pulang larut malam. Ada hal yang harus dilakukan sepulang dari latihan paduan suara.

Bikinin juice tiap malam untuk ketiga perempuan di keluarga, emang jadi rutinitas Bapak sejak sekitar 2 tahun terakhir. Bukan rutinitas sembarangan, melainkan hal yang dilakukan Bapak dengan sangat senang dan bangga. Bukan karena Bapak kekurangan aktifitas untuk mengisi hari - harinya pasca pensiun. Untuk seorang kakek berusia 68 tahun, stamina Bapak cukup prima, dengan gerak - gerik yang ngga kalah dengan kaum muda. Ngga ada yang bisa mencegah dan membuat Bapak menghentikan rutinitasnya, kecuali saat kehabisan stok buah, ato listrik mati.

Juice buatan Bapak adalah juice paling istimewa yang tak ternilai harganya. Ada cinta dan kasih sayang di setiap gelas juice yang Bapak buatkan untuk gue, Mama dan Anggira. Dari berbagai cara Bapak mengungkapkan kasih sayang kepada keluarganya, membuat juice adalah hal paling lembut dan unik yang dilakukan Bapak. Setiap sedang menikmati juice buatan Bapak, pikiran gue menerawang dan mengucapkan doa pada Yesus, "Semoga Yesus memberikan Bapak kesehatan dan kekuatan, supaya Bapak bisa tetap melakukan hal kesukaan dan kebanggaannya : menyiapkan juice untuk gue, Mama dan Anggira.

Sunday, February 12, 2012

Sepenggal Cerita dari Way Kambas

Pak Deddy, sang pawang gajah Aries, mengenalkan gue pada Queen, anak gajah yang baru berusia hampir setahun, yang tingginya belum lebih dari pinggang gue. Queen punya kebiasaan lucu, dia suka menyeruduk orang yang menjadi teman bermainnya, trus mengatur posisi hingga pantatnya membelakangi orang tersebut, dan dalam sekejap dia akan memberikan tendangan mautnya, dengan kaki kiri lalu kaki kanan. Inilah yang dia lakukan ke gue berkali - kali, tanpa ngerasa cape ato bosan.

Gue cuma bisa ketawa ngakak sejadi - jadinya ngeliat kelakukan Queen yang super lucu ini. Sesekali gue akan membalasnya dengan balik mengejar dan menggelitiki kaki Queen yang tampaknya sangat bangga dengan tendangan mautnya, yang entah dari siapa dipelajarinya. Ria, sang induk, tidak keliatan over protektif sama sekali. Dia asyik merumput. Kata Pak Deddy, Ria akan tenang dan senang mengamati anaknya bermain - main. Tapi kalo dia melihat atau mendengar Queen berteriak seperti layaknya anak kecil mengeluh atau menangis, Ria akan segera beraksi dan siap melindungi anaknya.

Ngga beberapa lama kemudian, Mega dan si kecil Ratu datang mendekat. Mega tampak selalu membuntuti Ratu, sehingga awalnya gue berpikir dia adalah sang induk. Sampai Pak Deddy menjelaskan, "Ini Mega, Mbak Yu'nya...". Gue heran dan balik bertanya, "Mbak Yu maksudnya apa, Pak ? Dia kakaknya ?" Pak Deddy jawab, "Bukan, dia yang tugasnya menjaga Ratu. Dan dia sangat menyayangi Ratu, sampai - sampai dia lebih rela tidak makan asalkan Ratu makan..."

Hari ini, gue dikenalkan lagi sama satu sisi istimewa dari seekor gajah. Betapa gajah sangat menjunjung tinggi nilai kasih sayang dan solidaritas. Dalam hal perasaan, gajah ngga jauh berbeda dengan manusia, hanya saja manusia terkadang menjadikan perasaan - perasaan indah itu menjadi lebih kompleks dan rumit. Hal ini membuat gue semakin sayang sama mamalia yang satu ini. Perasaan kagum dan bahagia yang bisa gue rasakan ditengah kawanan gajah ini, membuat gue melupakan lelahnya perjalanan yang harus gue tempuh dari Jakarta menuju Taman Nasional Way Kambas, Lampung ini.

Walaupun belum puas bermain - main bersama Queen dan Ratu, keasyikan lain segera menyita perhatian gue. Kali ini, tepat di tengah padang rumput hijau dan luas di taman nasional ini, gue pengen 'belajar' cara menunggang gajah seperti layaknya seorang pawang. Tepatnya, bagaimana mengendalikan jalan gajah dengan teknik yang benar. Saat menunggang kuda, gue mengandalkan kaki dan tali kekang untuk mengendalikan langkah dan arah kuda. Ternyata tekniknya ngga jauh berbeda dengan gajah. Kaki gue dan ganco adalah alat untuk mengendalikan jalan gajah. Di balik itu, sebenarnya kecerdasan dan kerja sama sang gajahlah yang paling berperan. Dengan tubuhnya yang raksasa, sebenarnya Aries, ato gajah manapun, bisa dengan mudahnya melemparkan tubuh gue dari punggung mereka. Tapi, gajah adalah makhluk yang sangat bersahabat. Jadi, bukan rasa takut yang membuat mereka mau bergerak sesuai dengan keinginan kita, tapi rasa sayang dan insting mereka.

"Kelas" menunggang ini memberikan perasaan senang seluas samudra di hati gue. Ini pengalaman yang luar biasa istimewa...walaupun setiap detiknya diisi dengan teriakan - teriakan histeris gue, karena rasa takut dan bersemangat di saat bersamaan. Tapi Pak Deddy selalu sabar mengingatkan, kalo Aries sangatlah kooperatif dan tidak akan melakukan tindakan - tindakan agresif yang akan membahayakan gue.

Taman Nasional Way Kambas adalah tempat favorit gue. Karena disini, gue bisa bertemu dan berinteraksi dengan sahabat - sahabat istimewa gue, para gajah. Para gajah yang selalu membuat gue takjub dengan segala hal yang ada pada diri mereka, dan apa yang mereka lakukan. Ini adalah kedua kalinya gue mengunjungi Taman Nasional Way Kambas...kedua kalinya gue bertemu Aries dan kawan - kawannya yang tersebar di taman nasional yang sangat luas ini. Ini adalah tempat istimewa gue, karena sejauh ini, baru disinilah gue melihat sahabat kesayangan gue, gajah, hidup dengan bebas dan cukup bahagia.

Gue berjanji, selama Yesus mengijinkan dan memampukan gue, baik dari segi keuangan, waktu, tenaga, dan apapun yang dibutuhkan untuk gue bisa berkunjung ke sini lagi, gue akan melakukannya ! Beberapa tahun silam, gue sempat pesimis dan putus asa untuk mencari jalan menuju taman nasional ini. Yesus udah menunjukkan jalannya untuk gue, dan gak akan gue sia - siakan. Sampai berjumpa lagi, Aries, Ria, Queen, Mega, Ratu dan gajah - gajah lainnya. Sampai kita bertemu lagi suatu saat nanti, semoga Yesus senantiasa melindungi dan memenuhi kebutuhan kalian. Amin.

Tuesday, February 07, 2012

And The Winners are...

Kamis yang lalu, 02 Feb 2012, sore - sore gue nerima email yang bikin hati senang luar biasa. Email yang isinya Newsletter Santa Fe dan salah satu beritanya mengumumkan bahwa gue keluar sebagai pemenang sebuah kompetisi yang diadakan oleh Santa Fe, secara global alias diikuti oleh seluruh dunia.

Kompetisinya dibuka sejak akhir tahun lalu, dan sebenarnya simpel, panitia minta ide untuk nama Newsletter khusus karyawan. Walaupun simpel, dari awal gue udah bertekad untuk ikutan. Gue emang hobi banget ikutan kuis. Di sela - sela kerjaan, gue sering browsing - browsing di internet, demi mendapat inspirasi nama Newsletter. Gue sempat bosan dan putus asa karna ngga menemukan nama yang gue sukai.

Gue emang paling serius dalam hal mencari nama yang tepat. Harus ada keterkaitan antara nama dan objek yang gue beri nama. Misalnya, gue pribadi menamakan seekor anjing Rottweiler milik Polisi Satwa dengan "Sugar". Nama ini gue berikan ke anjing yang sebenarnya bernama Gucci itu, karena dia adalah rottweiller dengan sikap termanis yang pernah gue temui. Dia ngga galak, seperti rottweiler pada umumnya. Di awal kunjungan gue ke kennel anjing - anjing dalmas (pengendalian massa), di saat para rottweiler yang lain ganas menggonggong ke arah gue, Sugar cuma diam. Dan tiba - tiba dia balas menggonggong ke arah anjing - anjing lainnya, seakan - akan ingin membela dan menumpahkan kekesalannya pada yang lain yang tidak menerima kedatangan gue dengan ramah. Kalo gue masuk ke dalam kennel pribadinya, Sugar akan menyambut dengan ekspresi riang ala anjing. Setiap kali gue meninggalkan kennel, Sugar akan dengan setia menunggu sampai gue lenyap dari jangkauan pandangannya, gak peduli saat hujan turun atau cuaca panas bukan main. Sugar, karena dia bersikap sangat manis dan setia.

Kembali ke newsletter ini, gue sibuk mencari inspirasi. Nama apa yang mempunyai arti kuat dan sangat mewakilkan Santa Fe. Banyak hal berkeliaran di benak gue. Tapi fokus gue dari awal adalah Kuda. Santa Fe memang mempunyai logo seekor kuda berwarna merah. Gue cenderung ingin menggunakan kosa kata berupa kata benda dibandingkan kata sifat. Dan akhirnya gue memutuskan memberi nama "Red Horse Bulletin".

Mungkin untuk orang lain makna "Kuda" ngga berarti banyak. Tapi buat gue yang setiap akhir minggu menghabiskan waktu dengan berinteraksi bersama kuda, mulai dari berlatih menunggang, memandikan, memberikan makan dan bermain - main dengan kuda, kata ini terdengar sangat istimewa. Untuk gue pribadi 'kuda', berarti : berani, cerdas, kuat, gagah, cepat dan bebas.

Di saat gue mempertimbangkan untuk mengajukan nama ini, pikiran gue melayang ke Samudra, kuda latihan gue, dan kuda - kuda lainnya di tempat yang sama. Betapa hidup gue beberapa waktu terakhir lebih berwarna dengan kehadiran mereka. Teman - teman berkaki empat yang sangat istimewa, dan membawa kebahagiaan tersendiri buat gue. Rasa bahagia yang bikin gue pantang mundur walaupun awalnya ditentang Mama untuk berlatih menunggang. Terima kasih Samudra, yang udah memberikan gue inspirasi.

Kemenangan ini memberikan banyak hal untuk gue. Rasa senang, bangga, lega, dan pastinya, hadiah berupa sebuah iPad. Yesus selalu paling mengerti gue dan apa yang gue butuhkan. Bukan iPad yang gue perlukan saat ini, tapi perasaan senang dan semangat yang timbul karena menang. Ini sesuatu yang gue butuhkan, supaya gue tetap semangat dan mood kerja. Yes....the winner takes it all ! Makasih Yesus....