I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Wednesday, November 04, 2020

Cerita Karantina : Belajar Investasi ST (Sukuk Tabungan)

Hari ini Pemerintah resmi mengeluarkan instrumen investasi yang disebut Green Sukuk Ritel – Sukuk Tabungan seri ST007. Woww....apa ini ? kok ada green green nya sgala ? gue baru denger dan tentunya belum pernah beli sebelumnya. Sebenarnya gue ngga expect Pemerintah masih akan mengeluarkan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) lagi sampai akhir tahun. Pas minggu lalu gue liat teasernya di IG account DJPPR Kemenkeu, gue langsung semangat cari - cari info dan mempelajari produk yang satu ini. 

ST007 ditawarkan mulai 4 - 25 November 2020, dengan  tagline Dari Diri Untuk Bumi”. Melalui instrumen ini Pemerintah memberikan kesempatan buat masyarakat berinvestasi sekaligus berpartisipasi mendukung pembangunan nasional dan membantu mengatasi dampak dari perubahan iklim karena hasil penerbitannya akan digunakan untuk membiayai proyek-proyek hijau dalam APBN. Wuihh...keren ya filosofinya !

Setelah gue menggali info sana - sini, sebenarnya ST007 ngga terlalu jauh berbeda dari SR (Sukuk Ritel) yang sebelumnya gue bahas di postingan blog sebelumnya berjudul Cerita Karantina : Belajar Investasi ORI & SR. Perbedaannya dengan SR adalah :

  1. di ST berlaku "Suku bunga mengambang dengan batas minimal (floating with floor)". Maksudnya gini. Saat Pemerintah mulai menawarkan produk ini Pemerintah sudah menentukan imbal hasilnya adalah (minimal) 5.5% yang akan dijadikan acuan imbalan di 3 bulan pertama. Berikutnya setiap 3 bulan akan dilakukan penyesuaian sesuai dengan BI (Bank Indonesia) 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR). Misalnya ke depannya BI Rate naik menjadi 20% (AMEENN!!) maka imbalan ST mengikuti angka ini. Namun jika misalnya turun ke (contoh aja), 4%, imbalan ST akan tetap 5.5%. Menarik banget menurut gue, karena ada semacam 'proteksi' pada imbalan minimumnya.  
  2. Tenor ST hanya 2 tahun (kalo SR 3 tahun). ST007 akan jatuh tempo 10 November 2022. Tenor kayak gini menurut gue memberikan kesan 'aman' untuk investor baru dan kecil - kecilan (kayak gue gini), yang mungkin khawatir jika sewaktu - waktu perlu dana. 2 tahun tuh ngga terlalu singkat, dan ngga terlalu panjang juga. Kalo 3 tahun kesannya, lamaaaaaaa banget. Ini pendapat gue pribadi sih..
  3. ST tidak bisa diperdagangkan di pasar sekunder
  4. ST bisa dicairkan sebelum jauh tempo, dengan syarat : 1) masa kepemilikan ST minimal setahun, 2) nilai kepemilikan minimal IDR 2,000,000,- 3) nilai yang bisa dicairkan maksimal 50% dari setiap transaksi pembelian, 4) pencairan hanya bisa dilakukan di periode yang sudah ditentukan yaitu : 26 Oktober - 4 November 2021

Untuk yang lain - lainnya, karakteristiknya sama aja kok ama ORI dan SR. Sekiaaaannnn !

Monday, October 19, 2020

Cerita Karantina : Quizholic

(di-update Dec 2020)

Salah satu hal yang sering gue lakukan untuk mengisi masa - masa karantina dan work from home adalah dengan mengikuti kuis. Gue emang penghobi ikutan kuis kelas berat. Kadang orang lain suka bingung sama niat gue ikutan kuis yang mungkin buat mereka di atas rata - rata. Tapi why not ? Kuis itu mengasah gue untuk jadi kreatif, kompetitif dan sportif. Kalo menang, bikin perasaan happy, meskipun hadiah yang gue dapatkan sederhana. Kalo kalah, itu momen yang baik untuk gue menerima kekalahan dengan santai dan mengakui keunggulan orang lain. Positif dan simpel kan...

Selama masa karantina (mulai Maret 2020) seinget gue pernah memenangkan 6 (enam) kuis. Pertama, Quiz Screenshot Advantix yang diadakan oleh akun IG sbm.pet. PT. SBM (Sumber Bina Makmur) saat itu adalah distributor resmi produk Animal Health Bayer. Untuk ikutan kuisnya mudah banget, cuma perlu screenshot foto produk bernama Advantix. Untuk kuis yang terbilang 'mudah' kayak gini biasanya gue gak pernah menang, karena saingannya (yang ikutan kuis) bejibun. Tapi kali ini gue beruntung. Hadiahnya, ya produk Bayer, 1 (satu) box Advantix, yang gue gunakan untuk anjing gue si Momo.

Kedua, menang kuis di akun sbm.id lagi. Di awal masa work from home gue, akun ini, beserta akun IG Bayer Animal Health (saat itu), emang salah satu yang paling sering gue monitor. Mereka sering bikin acara IG live, sharing ilmu mengenai bagaimana merawat binatang peliharaan, atau unboxing produk - produk Bayer. Cara mendapatkan hadiahnya saat itu adalah dengan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan topik yang dibahas. Beberapa pertanyaan terbaik akan dibacakan dan dipilih sebagai pemenang, dan berhak mendapatkan hadiah atau voucher, yang tentunya masih berhubungan dengan produk Bayer Animal Health. Saat itu gue mendapatkan voucher Tokopedia.

Ketiga, gue menjadi pemenang "Giveaway IG Live Cooking bersama Chef Yo'el" yang diadakan oleh The 1O1 Jakarta Darmawangsa Hotel dalam rangka Perayaan HUT RI ke-75. Gue rasa ini pencapaian gue yang paling epic, secara hal masak - memasak bukan bidang gue banget. Waktu itu challenge-nya mudah sih, Chef Yo'el nya sedang IG Live dengan topik demo memasak rawon. Yang nonton berkesempatan mendapatkan hadiah dengan cara mengirimkan pertanyaan ke chef. Nanti chef-nya akan memilih pertanyaan terbaik. Dan pertanyaan gue terpilih. Hore banget kan untuk gue yang ngga bisa membedakan bumbu masak ini !? Hadiahnya keren, yaitu voucher menginap di The 1O1 Jakarta Darmawangsa Hotel termasuk breakfast untuk 2 (dua) orang. Pas banget buat gue yang lagi doyan staycation.

Keempat, gue menang kuis yang diadakan oleh perusahaan tempat gue bekerja, dalam rangka Patient Safety Day 2020, dan dapat diikuti oleh seluruh karyawan. Caranya mudah banget, dan gue bisa berkompetisi menggunakan akun Facebook gue. Jaman sekarang kayaknya ngga terlalu banyak orang masih mempertahankan dan aktif di akun Facebook masing - masing. Dan itu kesempatan emas buat gue. Gue terpilih sebagai salah satu dari tiga pemenang, dan mendapatkan hadiah voucher yang bisa gue gunakan untuk belanja dan lainnya. 

Kelima, gue menang kuis "Virtual Tour & Virtual Cooking at PappaJack" di Instagram, beberapa hari yang lalu. Cara ikutannya gampang banget, gue cuma perlu ketik sebuah hastag, lalu di-screenshot dan posting di IG story gue. Dan gue terpilih sebagai salah satu pemenang yang akan mendapatkan hadiah voucher makan di restoran PappaJack.

Yang paling fresh, gue menang Sunday Quiz di akun IG Holysteak_ID. Di kuis itu followers diminta nebak/sebutin nama menu makanan (Holysteak tentunya), yang ditampilkan di sebuah foto. Waktu liat kuisnya tayang, gue yang belum pernah sekalipun makan di Holysteak (maybe someday..), langsung browsing menu makanan Holysteak di Google. Nemu, langsung komen di postingannya. Dan menang...! Sebagai hadiahnya, gue dikirimin (ke alamat rumah), 2 (dua) porsi Rice Box Holysteak. Lumayan...jadi bisa nyobain menunya Holysteak.

Selain kuis - kuis tersebut di atas, kayaknya ada lebih dari selusin kuis yang udah gue ikutin. Di samping kemenangan yang gue peroleh, ngga jarang gue juga kalah. Teman - temen gue banyak yang bilang kalo gue (selalu) beruntung dalam hal kuis. Padahal sebenarnya bukan karna faktor keberuntungan sih, tapi NIAT. Yes, 'niat' yang bikin gue selalu semangat ikutan tiap kali liat ada info kuis - kuis baru. Saat ini gue lagi nungguin beberapa pengumuman kuis yang gue ikutin, semoga ada yang bisa gue menangkan. Jika belum ada, semoga masih banyak kesempatan kuis - kuis lain yang bisa gue ikutin dan mengisi waktu luang gue (yang segudang) selama masa work from home. Amiiinnnnn..   

Wednesday, October 14, 2020

Cerita Karantina : Belajar Investasi ORI & SR


Gue bersyukur pada Tuhan Yesus yang Maha Baik, karena di masa pandemi ini gue masih diberikan pekerjaan, sumber rejeki dan penghasilan, untuk gue bisa memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga dan menyisihkan sebagian pendapatan untuk menabung. 

Seumur - umur baru kali ini gue melihat dan merasakan dampak pandemi terhadap perekonomian secara global. Hal itu mendorong gue untuk semakin sadar untuk menabung dan berinvestasi, karena kita ngga akan pernah tahu, mungkin suatu saat kita harus berada di situasi yang sulit dan terpuruk secara finansial. Jadi menurut gue, selama ada sumber penghasilan ~berapa pun besar / kecilnya~ siapapun: ngga cewe atau cowo, menikah atau single, ada tanggungan atau tanpa tanggungan, gunakanlah kesempatan yang ada untuk menabung dan berinvestasi.

Kebetulan di masa pandemi begini, ruang gerak gue pun sangat terbatas. Belanja dan nongkrong di mall ngga bisa, piknik, traveling dan jalan - jalan ngga memungkinkan. Bahkan ke kantor aja jaraaangg... banget, yang artinya gue irit di ongkos dan jajan - jajan. Jadi, gue berusaha mencari cara untuk mengalokasikan simpanan dari penghasilan gue. 

Selama work from home, karena gue punya waktu berlimpah untuk melakukan aktivitas apapun di rumah, gue mulai tertarik untuk 'mempelajari' produk investasi bernama : ORI (Obligasi Ritel Indonesia) dan SR (Sukuk Ritel). Gue udah mendengar kedua produk investasi ini dari bertahun - tahun silam, tapi belum kesampaian untuk memilikinya karena belum apa-apa gue udah skeptis mikirin : 1) males cari informasinya, 2) males proses belinya, pasti ribet, 3) asumsi gue, pasti butuh modal gede, dan 4) gue tipe konservatif banget dalam hal investasi. Jadi, produk investasi apapun selain deposito berjangka dan logam mulia, (bagi gue) pasti beresiko !

Kecuekan gue akan kedua produk ini berakhir selama masa pandemi ini, berganti dengan rasa penasaran. Di tahun 2020 ini Pemerintah mengeluarkan ORI  seri ke 017 dan 018, dan juga SR seri ke 012 dan 013. 

Gue pun mulai rajin membaca informasi dan artikel - artikel mengenai kedua produk ini. Untuk makin menambah wawasan, gue follow juga account - account IG milik Kementerian Keuangan dan DJPPR (Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko), dan lain sebagainya. Dari hasil perburuan informasi tersebut, gue mendapatkan pengertian begini : ORI adalah surat hutang yang dikeluarkan negara ke masyarakat sebagai sumber dana untuk pembiayaan anggaran pembangunan. Menurut gue ORI ini konsepnya (hampir) sama dengan Deposito yang gue kenal, yaitu :

  1. Bisa dipesan di midis (mitra distribusi) berupa bank umum (bedanya, ORI juga bisa dipesan di perusahaan sekuritas gitu)
  2. adanya bunga (kalo di ORI sebutannya kupon) dengan rate (%) tetap per tahun, sampai dengan ORI tersebut jatuh tempo (untuk ORI017 & 018 tenornya 3 tahun), dan dibayarkan tiap bulan ke rekening investor. 
  3. Besar pokok untuk pemesanan ORI (berkaca di ORI017 & 018) ngga beda dengan deposito. Masyarakat sudah bisa memiliki ORI dengan minimum pembelian Rp. 1,000,000. 

Untuk perbedaannya :

  1. ORI berbentuk tanpa warkat, pembeliannya bisa dilakukan online 
  2. ORI hanya bisa dipesan di periode tertentu (disebut periode penawaran ORI) yang sudah ditentukan oleh Pemerintah melalui Kementerian Keuangan. Contohnya : ORI017 hanya bisa dipesan selama tanggal 15 Juni - 9 Juli 2020, dan ORI018 selama tanggal 1 - 21 Oktober 2020. Kalo deposito bisa dibuka / dipesan kapan aja 
  3. tenornya lebih panjang dibandingkan deposito, yaitu antara 3 - 5 tahun. ORI017 dan 018 tenornya 3 tahun (berarti akan jatuh tempo tahun 2023). ORI005 (dikeluarkan tahun 2008) ditawarkan dengan tenor paling panjang : 5 tahun. Sementara kalo deposito (setidaknya yang gue tahu dari BTN) maksimal tenornya 2 tahun.
  4. bunga  (kupon) cenderung lebih tinggi dari bunga tabungan regular maupun deposito.
  5. pas ORI jatuh tempo, pokok dana yang sudah investor bayarkan, akan dikembalikan ke rekening investor. Kalo deposito, investor harus datang ke bank untuk memproses pencairan dana yang nantinya akan ditransfer ke rekening investor. Jika investor tidak datang untuk proses ini, deposito akan diperpanjang otomatis.
  6. sebelum jatuh tempo, ORI dapat diperjualbelikan di pasar sekunder (mengenai 'pasar sekunder' ini gue mesti menggali informasi lagi)
  7. Ada potensi capital gain/loss. ini hubungannya dengan poin 6 di atas. Bisa jadi saat investor menjual ORInya, harga di pasar sedang lebih tinggi atau lebih rendah dari harga asli (saat pembelian). Intinya, gain/loss hanya terjadi kalo investor menjual ORInya (sebelum jatuh tempo). Kalo gak ada penjualan, resiko ini nol. 

Kalo Sukuk Ritel (SR), ini adalah produk investasi yang dikeluarkan Pemerintah dan dikelola menggunakan prinsip syariah. Sejujurnya, sebagai investor, gue ngga lihat/ngerti apa perbedaan antara ORI dan SR. SR dikatakan surat berharga syariah negara yang mekanismenya di bawah pengawasan Majelis Ulama Indonesia. 'Prinsip dan mekanisme syariah' aja gue ngga ngerti sama sekali. Tapi setelah baca sana sini, intinya, Sukuk adalah bukti penyertaan atas kepemilikan aset negara, membeli sukuk berarti membeli aset negara. Woww...!! macam horraaaangg kaiyaaaa... ! Setelah investor membeli 'aset negara', kemudian dipinjamkan ke negara. Dari sinilah investor menerima "imbalan" tetap (kalo dalam deposito namanya bunga, dan di ORI namanya kupon). Sedangkan ORI adalah surat hutang. Buat gue, karateristik SR sama aja ama ORI seperti di list di atas.

Di bulan Juni 2020 yang lalu, Pemerintah menerbitkan ORI017. Ini adalah investasi perdana gue di ORI. Ternyata ada beberapa hal yang harus gue urus sebelum akhirnya bisa bertransaksi. Dengan metode pembelian online, ada plus - minusnya juga. Kalo deposito, gue tinggal datang ke bank, bawa segala macam dokumen persyaratan, pulang - pulang gue langsung bawa warkat bukti pembelian produk investasi. Petugas Customer Servicenya akan membantu seluruh prosesnya. Kalo ORI dan SR, proses dilakukan sendiri via online, tepatnya internet maupun mobile banking. Syaratnya, calon investor harus sudah memiliki SID atau Single Investor Identification. Untuk Bank BTN (tapi gue rasa berlaku di semua bank), investor yang hendak mendaftarkan internet banking dan SID harus datang ke bank langsung. 

Masalahnya di masa pandemi gini, untuk keluar rumah, pergi ke tempat keramaian termasuk bank, bukan hal yang pengen banget gue lakukan. Dan pengalaman awal gue dalam proses ini kurang mulus sih. Gue harus mendatangi 3 cabang BTN sampai akhirnya urusan pendaftaran SID ini rampung, yaitu di BTN Lenteng Agung. Awalnya gue udah hampir menyerah, membatalkan niat membeli ORI, karena proses pendaftaran SID-nya buntu dimana - mana, sampai gue ngga ngerti sendiri masalahnya di mana. Ada yang alasan 'atasannya lagi tidak di tempat', ada juga 'jaringan lagi offline' dll deh...

Oya, gue memilih menggunakan rekening BTN, karena gue sudah memiliki rekening 'Tabunganku' di sini, jenis tabungan yang bebas biaya administrasi bulanan. Gue ingin 'menyimpan' hasil kupon, imbalan, bunga, apapun itu namanya...di rekening ini. 

Setelah berhasil mendaftarkan internet banking dan SID, baru kerasa berinvestasi di ORI dan SR ini mudaaaahhh...dan praktis banget! Awalnya gue agak kurang terbiasa aja, karena 'token' di internet banking-nya BTN tuh menggunakan handphone yang gue gunakan. Tapi lama - lama jadi terbiasa. Setelah menyelesaikan proses pemesanan dan pembayaran ORI dan SR di internet banking, nanti gue akan menerima beberapa email konfirmasi yaitu Bukti Pemesanan SBN (surat berharga negara) ritel dan Bukti Penerimaan Negara. Email - email inilah yang menjadi pengganti warkat fisik.

Oya, ORI017 ditawarkan di Juni 2020 dengan kupon 6.4% per tahun. Di saat itu bunga deposito (untuk simpanan < Rp. 100,000,000) di BTN hanya 5.25%. Berikutnya di bulan Agustus 2020, pemerintah mengeluarkan SR013 dengan imbalan sebesar 6.05% per tahun. Terakhir, di bulan ini (Oktober 2020) pemerintah mengeluarkan ORI018 dengan kupon sebesar 5.7% per tahun. Makin ke sini kupon/imbalan makin kecil. Tapi gue maklum sih mengingat situasi di masa pandemi yang bikin perekonomian porak - poranda kayak gini. Tadi pagi gue menerima email dari BTN (tumben) yang menginformasikan bunga deposito saat ini adalah 4.7%. Jadi, kupon/imbalan produk ORI dan SR ini tetap lebih tinggi kok.

Ke depannya, kalo ada niat, mood dan mendadak penasaran, gue juga pengen belajar jenis - jenis SBN atau surat berharga negara lainnya, terutama yang ritel. Lumayan banget buat nambah wawasan dan pilihan investasi. Khusus untuk ORI dan SR ini, positifnya, selain berinvestasi, gue juga turut berpartisipasi dalam program pembangunan nasional. Mantulll !

Cerita Karantina : Tontonan ala Karantina


29 April 2020, hari ke 44 karantina

Selama menjalani masa work from home, atau karantina di rumah, waktu luang gue jadi segudang, yang kadang bikin membosankan. Untuk mengusir rasa bosan, gue biasanya mencari hiburan - hiburan online. Secara, pengunaan internet selama masa karantina bukan main borosnya untuk support laptop supaya bisa terkoneksi dan bisa kerja dari rumah, jadi, urusan pengeluaran internet udah ngga perlu diperhitungkan lagi. Intisarinya, internet adalah segala - galanya di masa karantina ini.

Gue ngga berminat untuk nonton serial drama atau film, karena enggan mendedikasikan waktu dan pikiran/emosi gue too much, untuk mengikuti kisah fiksi semata. Jadi di saat kebanyakan orang saat ini begitu keranjingan nonton drakor, seperti yang lagi happening sekarang, The World of The Marriednya Netflix, dan lain sebagainya, gue punya genre kesukaan sendiri. Kesukaan gue adalah program - program reality show-nya TLC yang menurut gue menarik banget dan membuka pikiran dan memberikan gambaran dan informasi seluas - luasnya mengenai kisah dan perjalanan hidup manusia di belahan dunia lainnya.

Acara - acara kesukaan gue ngga selalu dari TLC sih, ada juga dari channel - chnanel lain. Berhubung TV berlangganan gue ngga bekerja sama dengan TLC, cara gue mengakses program - program tersebut adalah melalui video - video Facebook dan juga Youtube. Ini list program kesukaan gue, yang cukup membantu gue mengusir kebosanan selama masa karantina :  

My 600-lb Life
Ini program mengenai perjuangan dan transformasi orang - orang obesitas (di Amerika Serikat) yang berat badannya mencapai 600 lb (info aja, 1 kg = 2,2 lb/pound. Jadi, 600 lb = 270 kg an) atau lebih dalam mengurangi berat badannya secara signifikan agar bisa mendapatkan kehidupan normalnya kembali, dan menjalani aktivitas sehari - hari dengan normal. Perjuangan mereka untuk berdiet, agar bisa mencapai target dan mendapat approval untuk menjalani prosedur bedah bariatrik maupun bedah pengurangan kelebihan kulit (pengencangan kulit pasca berkurangnya berat badan) dari dr. Nowzaradan (dokter spesialis bedah vaskuler dan bariatrik), sampai dengan bagaimana mereka berjuang untuk survived dan tetap berkomitmen dalam program penurunan berat badan, terekam dengan detil dan apa adanya, yang ngga hanya melulu soal fisik namun juga mental dan emosional mereka. Dalam video berdurasi 1 - 2 jam, gue bisa menyaksikan kisah mereka yang didokumentasikan oleh TLC selama period 1 - 2 tahun.

90 Days Fiance
Ini programnya TLC juga, reality show mengenai pasangan - pasangan warga negara Amerika Serikat dengan non Amerika Serikat yang berjuang untuk menyatukan cinta (caelahh!) mereka dalam sebuah pernikahan, dengan segala rintangan yang harus mereka hadapi dengan segala perbedaan yang masing - masing pasangan miliki. 

Kenapa 90 hari ? Karena ini berhubungan dengan Visa K-1 atau Visa Tunangan, yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat, yang berlaku selama 90 hari. Jadi, pasangan berwarga negara AS harus mengajukan dan mengurus Visa K-1 terlebih dahulu untuk pasangannya yang berasal dari negara lain, agar bisa masuk ke Amerika Serikat. Begitu Visa K-1 dikabulkan, dan pasangan warga negara non AS masuk dan tinggal di negara AS, keduanya memiliki waktu maksimal 90 hari untuk menikah. Jika sampai masa 90 hari berakhir dan pasangan tersebut tidak menikah, maka pasangan warga non AS harus meninggalkan AS segera. Namun jika dalam 90 hari hubungan keduanya langgeng dan berakhir dengan pernikahan, maka proses imigrasi berikutnya adalah pengajuan permanent resident atau Green Card bagi pasangan non AS. Mungkin yang bikin program ini menarik untuk gue pribadi, karena pekerjaan gue sehari - hari yang berhubungan dengan visa dan mobility. Sedikit banyak gue mendapatkan ilmu dan pencerahan mengenai visa di negara lain.

Kata kunci 'Green Card' tadi, yang bikin di sepanjang program ini, stigma 'negatif' sering diberikan kepada pasangan non AS, karena beberapa dari mereka dianggap sengaja mengincar pasangan berwarga negara AS demi mendapatkan Green Card yang merupakan tiket emas untuk bisa tinggal dan bekerja di Amerika Serikat, negeri sejuta impian dan harapan, dan lain sebagainya, bagi banyak orang di seluruh dunia.

Program ini menarik banget buat gue karena sangat complicated. Kadang pasangan - pasangan tersebut kenal di online dating platform, yang bikin perjuangan mereka selama 90 hari untuk saling mengenal dan menyesuaikan diri dengan perbedaan lingkungan, tradisi, budaya dan prinsip, jadi terasa dramatis banget. Ada juga kisah - kisah dimana pasangan warga AS ternyata menjadi korban scammer atau catfishing dari orang - orang iseng di belahan dunia lain yang hendak mencari keuntungan (biasanya finansial) semata. Dan tentunya urusan visa K-1 dan Green Card, kadang menjadi sumber masalah sendiri. 

Dianxi Xiaoge
Gue ngefans banget sampai subscribe channel youtubenya segala. Channel ini mengenai food youtuber, food vlogger, bernama asli Dong Meihua yang menggunakan nama alias Dianxi Xiaoge. Dianxi sendiri diambil dari nama daerah di Yunan, dan Xiaoge artinya 'adik laki-laki'. Dianxi Xiaoge mulai membuat video - video singkat untuk memperkenalkan produk - produk yang berasal dari  Yunan, diikuti dengan video masakan - masakan khas Yunan. Bahan - bahan yang digunakan untuk memasak pun didapatkan dari peternakan atau perkebunan setempat, atau bahkan dari alam liar yang terdapat di area pedesaan di Yunan. Keseluruhan content videonya, dimulai dari mengambil bahan makanan langsung dari alam, mengelolanya baik untuk disimpan untuk kemudian hari ataupun langsung dimasak, sampai dengan menikmati hasil masakan bersama keluarga besarnya, adalah tontonan paling menenangkan dan menyehatkan untuk pikiran. Bintang yang ngga kalah menarik di channel  Youtube Dianxie Xiaoge adalah Dawang, anjing Alaskan Malamute milik Dianxie yang super lucu dan menggemaskan.

Dr. Pimple Popper
Selain channel Youtube Dianxi Xiaoge, gue juga men-subscibe channel-nya dr. Sandra Lee alias dr. Pimple Popper, supaya di sela - sela kebosanan karantina, gue bisa melihat hiburan yaitu proses removal komeda atau jerawat ala dr. Pimple Popper. Sebenarnya dr. Lee  bukan hanya dokter spesialis kulit yang ahli dalam mengatasi masalah jerawat pasiennya. Di program TV dan Youtubenya, dr. Lee juga membagikan video ketika menangani operasi kista ganglion, tumor jinak, lipoma dan sebagainya. Tapi karena kebanyakan content videonya terlalu 'seram' buat gue pribadi, jadi gue pilih content - content 'ringan', yaitu pengangkatan jerawat dan komedo - komedo parah.

Tiny House Hunting dan Income Property
Kedua program ini gue ikutin di Channel Lifetime, alias masih bisa gue tonton di TV. Gue selalu tertarik dengan program - program make over rumah/propertinya AS karena buat gue, skill dan vision mereka mengenai pembangunan rumah dan design tuh kayaknya berada di level advanced banget. Buat gue yang awam ini, nontonnya jadi asyik dan sangat menarik.

Serial Drama DAAI TV
Saat gue lagi pengen nonton drama yang menentramkan pikiran, berdasarkan kisah nyata, dan inspiratif, ngga norak dan absurd, gue akan tonton channel DAAI TV. Di masa - masa pandemi Covid - 19 begini, dimana TV dan internet setiap saat dipenuhi dengan berita - berita mencekam seputar Covid - 19, terkadang gue memilih mencari kenyamanan dalam keserderhanaan serial - serial drama ala DAAI TV. Serial yang sering gue tonton misalnya Ketika Gladiol Bersemi, Menelusuri Lorong Batin, Naskah Hidupku, Mantri Super dan lainnya. 

Durasi penayangannya gak terlalu panjang, dan yang jelas setiap episodenya bukan menjual adegan - adegan dramatis picisan kayak jambak-jambakan, mata melotot yang di zoom-in/zoom-out atau semacamnya. Meskipun gue ngga mengikuti setiap episode terus - menerus dan secara urut, kapan pun pas gue nonton episode manapun, gue bisa tetap menikmati dan mengikuti jalan ceritanya. 

Listnya sebenarnya masih panjang, tapi beberapa di atas adalah yang paling sering gue tonton dan akses, dan menjadi sumber hiburan selama gue menjalani masa-masa karantina yang panjang ini.

Wednesday, April 29, 2020

Cerita Karantina : Tontonan ala Karantina

Model : Kuningyellow

29 April 2020, hari ke 44 karantina

Selama menjalani masa work from home, atau karantina di rumah, waktu luang gue jadi segudang, yang kadang bikin membosankan. Untuk mengusir rasa bosan, gue biasanya mencari hiburan - hiburan online. Secara, pengunaan internet selama masa karantina bukan main borosnya untuk support laptop supaya bisa terkoneksi dan bisa kerja dari rumah, jadi, urusan pengeluaran internet udah ngga perlu diperhitungkan lagi. Intisarinya, internet adalah segala - galanya di masa karantina ini.

Gue ngga berminat untuk nonton serial drama atau film, karena enggan mendedikasikan waktu dan pikiran/emosi gue too much, untuk mengikuti kisah fiksi semata. Jadi di saat kebanyakan orang saat ini begitu keranjingan nonton drakor, seperti yang lagi happening sekarang, The World of The Marriednya Netflix, dan lain sebagainya, gue punya genre kesukaan sendiri. Kesukaan gue adalah program - program reality show-nya TLC yang menurut gue menarik banget dan membuka pikiran dan memberikan gambaran dan informasi seluas - luasnya mengenai kisah dan perjalanan hidup manusia di belahan dunia lainnya.

Acara - acara kesukaan gue ngga selalu dari TLC sih, ada juga dari channel - chnanel lain. Berhubung TV berlangganan gue ngga bekerja sama dengan TLC, cara gue mengakses program - program tersebut adalah melalui video - video Facebook dan juga Youtube. Ini list program kesukaan gue, yang cukup membantu gue mengusir kebosanan selama masa karantina :  

My 600-lb Life
Ini program mengenai perjuangan dan transformasi orang - orang obesitas (di Amerika Serikat) yang berat badannya mencapai 600 lb (info aja, 1 kg = 2,2 lb/pound. Jadi, 600 lb = 270 kg an) atau lebih dalam mengurangi berat badannya secara signifikan agar bisa mendapatkan kehidupan normalnya kembali, dan menjalani aktivitas sehari - hari dengan normal. Perjuangan mereka untuk berdiet, agar bisa mencapai target dan mendapat approval untuk menjalani prosedur bedah bariatrik maupun bedah pengurangan kelebihan kulit (pengencangan kulit pasca berkurangnya berat badan) dari dr. Nowzaradan (dokter spesialis bedah vaskuler dan bariatrik), sampai dengan bagaimana mereka berjuang untuk survived dan tetap berkomitmen dalam program penurunan berat badan, terekam dengan detil dan apa adanya, yang ngga hanya melulu soal fisik namun juga mental dan emosional mereka. Dalam video berdurasi 1 - 2 jam, gue bisa menyaksikan kisah mereka yang didokumentasikan oleh TLC selama period 1 - 2 tahun.

90 Days Fiance
Ini programnya TLC juga, reality show mengenai pasangan - pasangan warga negara Amerika Serikat dengan non Amerika Serikat yang berjuang untuk menyatukan cinta (caelahh!) mereka dalam sebuah pernikahan, dengan segala rintangan yang harus mereka hadapi dengan segala perbedaan yang masing - masing pasangan miliki. 

Kenapa 90 hari ? Karena ini berhubungan dengan Visa K-1 atau Visa Tunangan, yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat, yang berlaku selama 90 hari. Jadi, pasangan berwarga negara AS harus mengajukan dan mengurus Visa K-1 terlebih dahulu untuk pasangannya yang berasal dari negara lain, agar bisa masuk ke Amerika Serikat. Begitu Visa K-1 dikabulkan, dan pasangan warga negara non AS masuk dan tinggal di negara AS, keduanya memiliki waktu maksimal 90 hari untuk menikah. Jika sampai masa 90 hari berakhir dan pasangan tersebut tidak menikah, maka pasangan warga non AS harus meninggalkan AS segera. Namun jika dalam 90 hari hubungan keduanya langgeng dan berakhir dengan pernikahan, maka proses imigrasi berikutnya adalah pengajuan permanent resident atau Green Card bagi pasangan non AS. Mungkin yang bikin program ini menarik untuk gue pribadi, karena pekerjaan gue sehari - hari yang berhubungan dengan visa dan mobility. Sedikit banyak gue mendapatkan ilmu dan pencerahan mengenai visa di negara lain.

Kata kunci 'Green Card' tadi, yang bikin di sepanjang program ini, stigma 'negatif' sering diberikan kepada pasangan non AS, karena beberapa dari mereka dianggap sengaja mengincar pasangan berwarga negara AS demi mendapatkan Green Card yang merupakan tiket emas untuk bisa tinggal dan bekerja di Amerika Serikat, negeri sejuta impian dan harapan, dan lain sebagainya, bagi banyak orang di seluruh dunia.

Program ini menarik banget buat gue karena sangat complicated. Kadang pasangan - pasangan tersebut kenal di online dating platform, yang bikin perjuangan mereka selama 90 hari untuk saling mengenal dan menyesuaikan diri dengan perbedaan lingkungan, tradisi, budaya dan prinsip, jadi terasa dramatis banget. Ada juga kisah - kisah dimana pasangan warga AS ternyata menjadi korban scammer atau catfishing dari orang - orang iseng di belahan dunia lain yang hendak mencari keuntungan (biasanya finansial) semata. Dan tentunya urusan visa K-1 dan Green Card, kadang menjadi sumber masalah sendiri. 

Dianxi Xiaoge
Gue ngefans banget sampai subscribe channel youtubenya segala. Channel ini mengenai food youtuber, food vlogger, bernama asli Dong Meihua yang menggunakan nama alias Dianxi Xiaoge. Dianxi sendiri diambil dari nama daerah di Yunan, dan Xiaoge artinya 'adik laki-laki'. Dianxi Xiaoge mulai membuat video - video singkat untuk memperkenalkan produk - produk yang berasal dari  Yunan, diikuti dengan video masakan - masakan khas Yunan. Bahan - bahan yang digunakan untuk memasak pun didapatkan dari peternakan atau perkebunan setempat, atau bahkan dari alam liar yang terdapat di area pedesaan di Yunan. Keseluruhan content videonya, dimulai dari mengambil bahan makanan langsung dari alam, mengelolanya baik untuk disimpan untuk kemudian hari ataupun langsung dimasak, sampai dengan menikmati hasil masakan bersama keluarga besarnya, adalah tontonan paling menenangkan dan menyehatkan untuk pikiran. Bintang yang ngga kalah menarik di channel  Youtube Dianxie Xiaoge adalah Dawang, anjing Alaskan Malamute milik Dianxie yang super lucu dan menggemaskan.

Dr. Pimple Popper
Selain channel Youtube Dianxi Xiaoge, gue juga men-subscibe channel-nya dr. Sandra Lee alias dr. Pimple Popper, supaya di sela - sela kebosanan karantina, gue bisa melihat hiburan yaitu proses removal komeda atau jerawat ala dr. Pimple Popper. Sebenarnya dr. Lee  bukan hanya dokter spesialis kulit yang ahli dalam mengatasi masalah jerawat pasiennya. Di program TV dan Youtubenya, dr. Lee juga membagikan video ketika menangani operasi kista ganglion, tumor jinak, lipoma dan sebagainya. Tapi karena kebanyakan content videonya terlalu 'seram' buat gue pribadi, jadi gue pilih content - content 'ringan', yaitu pengangkatan jerawat dan komedo - komedo parah.

Tiny House Hunting dan Income Property
Kedua program ini gue ikutin di Channel Lifetime, alias masih bisa gue tonton di TV. Gue selalu tertarik dengan program - program make over rumah/propertinya AS karena buat gue, skill dan vision mereka mengenai pembangunan rumah dan design tuh kayaknya berada di level advanced banget. Buat gue yang awam ini, nontonnya jadi asyik dan sangat menarik.

Serial Drama DAAI TV
Saat gue lagi pengen nonton drama yang menentramkan pikiran, berdasarkan kisah nyata, dan inspiratif, ngga norak dan absurd, gue akan tonton channel DAAI TV. Di masa - masa pandemi Covid - 19 begini, dimana TV dan internet setiap saat dipenuhi dengan berita - berita mencekam seputar Covid - 19, terkadang gue memilih mencari kenyamanan dalam keserderhanaan serial - serial drama ala DAAI TV. Serial yang sering gue tonton misalnya Ketika Gladiol Bersemi, Menelusuri Lorong Batin, Naskah Hidupku, Mantri Super dan lainnya. 

Durasi penayangannya gak terlalu panjang, dan yang jelas setiap episodenya bukan menjual adegan - adegan dramatis picisan kayak jambak-jambakan, mata melotot yang di zoom-in/zoom-out atau semacamnya. Meskipun gue ngga mengikuti setiap episode terus - menerus dan secara urut, kapan pun pas gue nonton episode manapun, gue bisa tetap menikmati dan mengikuti jalan ceritanya. 

Listnya sebenarnya masih panjang, tapi beberapa di atas adalah yang paling sering gue tonton dan akses, dan menjadi sumber hiburan selama gue menjalani masa-masa karantina yang panjang ini.

Wednesday, April 22, 2020

Cerita Karantina : Bye Piknik, Hello Refund !



Kondisi selama pandemi Covid-19 bikin gue harus 'puasa' traveling sejenak dan merelakan beberapa tiket AirAsia dan juga voucher hotel yang udah gue beli sejak tahun lalu, untuk digunakan di tahun ini. Untungnya masing - masing provider memfasilitasi pengembalian dana dengan mekanisme masing - masing sih.

Yang pertama pemberitahuan datang dari Traveloka. Tahun lalu pas ada program promo 'Traveloka Epic' gue membeli beberapa voucher hotel, karena bermaksud pengen staycation di hotel - hotel di kawasan Bogor. Ada satu voucher terakhir yang mestinya bisa gue gunakan untuk menginap di Hotel Royal Bogor tanggal 1 Mei nanti, tepatnya di hari libur nasional, Hari Buruh. Setelah mengirimkan email pemberitahuan ke  gue bahwa hotel tersebut tidak akan menerima tamu selama pandemi Covid - 19 berlangsung, beberapa hari kemudian gue dihubungi oleh seorang Traveloka officer yang hendak membahas mekanisme pengembalian uang gue. Singkatnya, dalam waktu beberapa hari saja, uang gue kembali ke rekening. Mulus.

Selain itu, gue juga harus memproses refund untuk pembelian tiket AirAsia. Tahun lalu saat AirAsia mengadakan program promo gue membeli beberapa tiket. Jadwal terdekat adalah untuk tanggal 8 Mei 2020 dari Jakarta ke Kuala Lumpur (pp). AirAsia menawarkan dua mekanisme. Yang pertama : penggantian jadwal keberangkatan, maksimal sampai dengan tanggal 31 Oktober 2020, namun kali ini 'bonus'nya, pemilik tiket berhak mengubah jadwal keberangkatan beberapa kali (biasanya perubahan jadwal hanya diperbolehkan satu kali), dan tanpa biaya tambahan. Mekanisme kedua, credit account, yang bisa digunakan selama 365 hari ke depan. Mekanisme kedua ini lebih praktis dengan masa penggunaan lebih panjang. 

Sebenarnya gue pribadi lebih milih mekanisme pertama, mengingat tiket yang gue beli harganya murah banget (sekitar Rp. 310,000 untuk tiket pulang pergi). Kalau ngga promo, gue agak kesulitan membeli tiket baru dengan 'modal' credit account segitu. Sayangnya jadwal penggantian jadwal keberangkatan dibatasi maksimal sampai 31 Oktober 2020 doang. Gue ngga perlu tiket baru sampai dengan periode itu, karena gue udah beli beberapa tiket AirAsia untuk 2020 sejak tahun lalu. Andaikan bisa gue gunakan untuk Desember 2020, karena kebetulan gue belum ada rencana akhir tahun....

Mau ngga mau gue memilih mekanisme kedua. Berhubung AirAsia sudah tidak memiliki layanan call center lagi, gue pun menghubungi AirAsia melalui AVA (AirAsia Virtual Allstar), portal berupa chatbot untuk melayani permintaan atau pertanyaan pelanggan AirAsia. Gue sengaja memulai chat sekitar jam 10 malam, karena menurut pengalaman gue, menghubungi AVA di jam - jam normal (pagi, siang, sore), susahnya bukan main untuk terhubung dengan officernya. Dalam waktu singkat, proses klaim credit account pun selesai, dan gue langsung menerima email konfirmasinya. Namun gue masih menemukan kendala. 

Ketika membeli tiket AirAsia tersebut untuk gue dan Ony, gue melakukannya terpisah. Pertama gue membeli satu tiket pp untuk gue, lalu menyelesaikan pembayaran. Kemudian, gue melakukan transaksi untuk pembelian tiket Ony. 'Strategi' ini emang kadang gue gunakan saat pembelian promo AirAsia, karena seringnya ketika gue membeli dua tiket sekaligus, tidak tersedia. Jadi gue harus melakukan dua kali transaksi, dengan kondisi ada perbedaan jadwal keberangkatan (jam) antara gue dan Ony. 

Saat proses credit account untuk tiket atas nama gue, semua berjalan cepat dan mulus. Namun herannya untuk tiket Ony, proses gue ditolak dengan jawaban otomatis "My apology to inform you this, but at the moment we will only give the credits to the traveling guess OR to the person who had paid the booking. Chat with me again if you reached out to the persons I mentioned beforehand!" Bingung....padahal gue kontak AVA dari akun AirAsia gue, yang gue gunakan saat pembelian tiket. Dan, gue melakukan pembayaran juga melalui akun ini, dengan kartu debit atau kredit atas nama gue. Sayangnya, AVA chat ini bukan dioperasikan oleh orang. Jadi, komunikasi yang bisa dilakukan sangat ngga fleksibel, sudah ditentukan menu - menu topiknya. Jadi ngga jelas kalau mau nanya hal yang spesifik kemana. Mungkin akan gue coba lagi lain waktu. Selain itu gue juga akan mengirimkan pesan pribadi ke akun - akun sosmed AirAsia (IG, Facebook). 

Sejauh ini dampak pandemi Covid-19 terhadap hobi traveling gue, baru ke tiket dan voucher hotel yang gue sebutkan di atas. Untuk jadwal terdekatnya lagi, di bulan Juli 2020 gue juga sudah memiliki tiket AirAsia lainnya, dan juga tiket Citilink tujuan Silangit, Sumatera Utara untuk Mama. Semoga pandeminya segera berakhir semoga segala rencana yang sudah dibuat bisa berjalan normal kembali. Dan juga ngga ada kerepotan untuk proses refund atau semacamnya.

Friday, April 17, 2020

Cerita Karantina : Kucing


Sejak mulai menjalani Work From Home tanggal 17 Maret 2020 karena kasus Covid-19, ada hal baru yang mengisi keseharian gue selama di rumah, yaitu empat ekor anak kucing yang hadir di rumah gue dengan cara misterius.

Gue sebut 'misterius' karena tiga dari empat kucing ini, muncul di teras rumah gue begitu saja, di saat mereka masih sangat kecil, gue rasa berusia beberapa minggu saja. 

Gue bukan penyuka kucing, ngga pernah pelihara kucing juga, dan bahkan selama ini gue pikir gue adalah 'anti kucing' garis keras. Gue ngga suka melihat kucing, menyentuh atau sekedar mengelus bulunya, bahkan berada di dekat kucing pun bikin gue ngga nyaman. Tapi kehadiran  empat anak - anak kucing secara mendadak dan bertahap di rumah gue, mau ngga mau bikin gue harus sedikit 'berkompromi'. 

Di awal WFH, ada seekor kucing jantan bersama anaknya yang masih sangat kecil, tiba-tiba menjadi penghuni teras rumah gue. Tentunya gue merasa terganggu, karena gue ngga rela teras gue jadi tempat tinggal permanen keduanya. Tapi karena ngga tegaan terhadap hewan, gue beberapa kali (kalo sempat) ngasih makan ke keduanya. Gue pikir, keduanya ngga bakal mendapatkan makanan dari lingkungan sekitar (tetangga). Perlahan namun pasti, si ayah kucing meninggalkan teras rumah gue, termasuk anaknya sendirian. Si ayah kucing masih kerap berkeliaran di lingkungan sekitar, sepertinya tinggal di salah satu rumah tetangga.

Di suatu pagi, saat gue membuka pintu rumah, tiba-tiba si anak kucing berwarna hitam putih ini langsung loncat masuk ke dalam rumah, tepatnya mendarat di kaki gue, sambil mengeong - ngeong dengan histerisnya. Untuk gue yang ngga pernah menyelami dunia perkucingan, gue beransumsi si anak kucing menangis karena kelaparan. Gue pun menyiapkan makanan seadanya. Si anak kucing langsung makan dengan lahap dan beringasnya.


Si hitam putih menjadi penghuni tetap teras rumah gue. Gue menyediakan makan dua kali sehari berupa nasi dan ikan lembek dan juga susu cair, dengan harapan anak kucing tersebut akan segera bertumbuh besar dan dewasa, dan akan meninggalkan rumah gue. 

Minggu berikutnya, di suatu pagi saat gue membuka pintu rumah. Dari jarak beberapa meter dari pintu rumah, gue melihat dua anak kucing yang sepertinya masih sangat kecil tanpa ditemani oleh kucing dewasa, berjalan ke arah rumah gue. Mereka tampak tertarik untuk mampir karena saat itu si kucing hitam putih sedang menikmati sarapannya. Ketika kedua anak kucing kembar ingin nimbrung, gue pun menghalau, berharap kedua bayi kucing tersebut mengerti bahwa kehadirannya tidak diharapkan (oleh gue). Karena gue ingat 'kata-kata bijak' bahwa sekali seekor kucing diberikan makan, dia ngga akan mau meninggalkan rumah atau orang yang menyediakan makan tersebut. Dan gue harus menampung tiga bayi kucing di rumah gue ? No way lhaaa ! Si kembar ini menghabiskan sepanjang harinya di teras rumah gue. Sementara gue yang sepanjang hari bekerja dari ruang tamu dan memandangi kehadiran mereka, ngga berdaya mencari cara mengusir mereka. Dan keduanya menjadi penghuni tetap teras rumah gue, bergabung dengan seniornya, si hitam putih.


Minggu berikutnya, seperti biasa, di pagi hari gue akan menyediakan makan untuk...sekarang menjadi tiga anak kucing. Setelah itu gue masuk ke ruang tamu untuk menyalakan laptop dan mulai bekerja. Menjelang jam 10 pagi, gue keluar menuju teras untuk melakukan rutinitas selama masa WFH yaitu berjemur. Setiap kali gue keluar untuk berjemur, biasanya anak - anak kucing itu akan langsung mengikuti gue dan berkumpul di sekitar gue. Kalau gue duduk menggunakan kursi kecil, ketiganya akan berkumpul di bawah kursi. Menurut gue insting kucing beda dengan anjing. Kucing ngga sensitif siapa yang menyukainya atau ngga, mereka akan datang ke siapa aja dengan sikap manjanya. 

Dan pagi itu gue kaget dengan dahsyatnya karena yang mendatangi gue bukan tiga anak kucing, melainkan empat !! Tadi pagi waktu gue memberikan makan ketiga anak kucing lainnya, gue ngga melihat keberadaan si anak kucing berwarna kuning ini. Gue heran...si kuning ini super kecil. Kemana induknya ? dari mana dia tiba - tiba muncul ? siapa yang bawa ke rumah gue ? Ngga ada jejaknya. Gue ngga ngerti dengan dunia kucing. Setahu gue, induk hewan apapun akan sangat posesif dan protektif terhadap anak yang baru dilahirkannya. Kok ini anak masih kecil bisa 'lari' dari induknya dan berkeliaran jauh dari pantauan?

Namun kali ini, gue menyikapinya dengan lebih cuek...atau lebih tepatnya, pasrah. Gue pikir, biarlah mereka tinggal di teras rumah gue, dan gue akan menyediakan makan secukupnya, dan lagi - lagi berharap dalam waktu singkat keempatnya akan berusia cukup dewasa untuk memulai petualangan hidupnya sendiri, dan meninggalkan teras rumah gue. Dan tugas gue selesai. 


Meskipun gue ngga menyukai kucing, tapi yang pasti gue ngga akan tega membiarkan anak - anak kucing tanpa induk ini menderita kelaparan. Dan karena gue terbiasa memelihara dan merawat anjing sepanjang hidup gue, gue pun akan merawat keempatnya ngga setengah - setengah. Gue harus rela mengesampingkan 'ketidaksukaan' dan 'keasingan' gue akan kucing dan dunianya, tapi yang jelas, keempat anak kucing ini harus tetap dirawat dan diberi makanan. 

Sekarang di rumah gue menyimpan stok ikan, makanan kering dan basah khusus kucing. Gue bahkan menyimpan stok obat cacing, karena seorang teman memberikan advice begitu mencurigai sepertinya salah satu atau beberapa dari kucing - kucing ini menderita cacingan. Gue menyiapkan tempat tidur empuk seadanya tempat mereka bisa berkumpul di malam hari. Gue juga menyediakan tempat minum, dan beberapa piring untuk mereka masing - masing, yang akan gue cuci bersih setiap kali selesai digunakan. Hal - hal yang ngga pernah gue sangka akan gue lakukan....terhadap kucing. 

Baru - baru ini, salah satu dari si kembar, mati. Hari itu kebetulan gue ke kantor, dan baru pulang malam hari. Hanya tiga kucing berkumpul menyambut kedatangan gue dan Ony. Meskipun sedikit khawatir tapi gue berusaha berpikir positif bahwa mungkin dia di'pinjam' tetangga untuk dijadikan 'mainan' malam itu. Kalau gue ngga di rumah, keempat kucing ini memang akan meninggalkan teras dan asyik bemain - main ke sana kemari. Sampai esok sorenya, si kembar ngga muncul, dan gue tergerak untuk mencari ke sekitar lingkungan rumah gue, tepatnya ke arah sebidang tanah kosong dengan rerumputan ngga terawat. Dalam sekejap, mata gue tertuju ke suatu titik, dan di situ gue melihat bangkai si kembar. 

Seumur - umur baru kali ini gue sedih melihat kucing mati. Beberapa minggu terakhir ini, gue berkompromi dengan ketidaksukaan gue akan kucing, dan fokus untuk menyelamatkan keempat anak kucing yang mendadak datang ke teras rumah gue, ke kehidupan gue. Gue berhasil mengubah cara berpikir, bahwa ngga penting gue suka atau tidak suka, anak - anak kucing ini tidak boleh mati kelaparan atau karena telantar. Dan itu adalah tugas gue untuk merawat mereka. Dan ketika salah satu dari mereka mati, di usia yang masih kecil seperti itu, terlebih gue ngga pernah tahu apa yang terjadi dan menimpa si kembar, rasanya usaha gue selama ini sia - sia.

Sekarang tinggal tiga anak kucing tersisa: si hitam putih, si kembar (belang) dan si kuning. Everything happens for a reason. Meskipun gue masih bertanya - tanya bagaimana anak - anak kucing ini bisa sampai di rumah gue, tapi keyakinan gue, ngga ada yang namanya 'kebetulan'. Saat ini kondisinya gue mampu untuk merawat mereka, dan di luar dugaan gue, kepedulian gue terhadap hewan ternyata cukup panjang dan lebar sampai gue bisa berkompromi 'berbagi' dengan beberapa kucing sekaligus. Semoga semua mahluk berbahagia !

Monday, February 24, 2020

Menjelajah Yogyakarta Bersama Ojek Wisata (1)

Candi Plaosan Lor
Tanggal 10 - 14 Februari 2020 yang lalu gue berada di kota Yogyakarta untuk menghadiri national conference dari kantor. Seperti ketika event yang sama tahun lalu (di Bali) kali ini pun gue berniat untuk memperpanjang waktu kunjungan gue di sana, untuk trip pribadi. Agenda kantornya sendiri berlangsung 10 - 12 Februari 2020, dan gue memutuskan untuk kembali ke Jakarta tanggal 14 Februari 2020, artinya, gue punya dua hari untuk berkeliling menikmati Yogyakarta. Kali ini gue pengen menjelajah sendirian, ngga bergabung dengan group teman - teman kantor yang juga melakukan trip yang sama. Alasannya, gue pengen benar - benar menikmati perjalanan ini sendirian. Tantangannya, transportasi apa yang gue akan gue gunakan untuk menjelajah kota ini ? 

Setelah browsing informasi sana - sini, akhirnya gue menemukan yang namanya 'ojek wisata' dari instagram. Dengan tarif yang menurut gue terjangkau banget, gue akan diantar dengan motor ke tujuan - tujuan wisata pilihan (yang sudah disepakati dengan super fleksibel), yang pengendaranya sekaligus berperan sebagai guide dan bahkan bersedia bantuin foto - foto juga. Cihuyy banget! Gue pun mulai berkomunikasi dengan ojek_wisatajogja. Sejujurnya, di awal gue agak niat ngga niat gitu melakukan trip wisata di Yogyakarta. Makanya sampai Kamis, 13 Februari 2020 pagi pun gue ngga punya rencana yang final gue mau kemana aja. Minat gue tuh wisata sejarah, pengen mengunjungi candi - candi di Yogyakarta dan sekitarnya, udah itu aja....untuk wisata 'kekinian' atau kulineran, kayaknya kali ini gue ngga terlalu pengen.

Hari Kamis, 13 Februari 2020, gue dijemput oleh Aji, dari ojek_wisatajogja, sekitar jam 9 pagi. Sebelum meninggalkan Hotel Tentrem, tempat gue menginap selama national conference, gue sudah menitipkan koper di concierge, karena hari itu gue memang sudah harus check-out. Perjalanan pun dimulai, dan hari ini gue pengen mengunjungi candi - candi.

Ketika motor yang gue tumpangi melewati kawasan Candi Prambanan, gue langsung mantap untuk tidak mengunjungi candi ini. Alasannya, dari jalan utama aja gue udah bisa lihat lautan bus - bus wisata memenuhi area parkirnya. Gue lagi ngga mau berada di tempat - tempat yang ramai pengunjung kayak gitu...tepatnya gue pengen menyepi. Gue mau cari lokasi yang sepi dan sunyi, tempat yang pas untuk merelaksasi pikiran. Tujuan pertama adalah ke Candi Sambisari, yang lokasinya ideal, dalam arti sepi pengunjung dan tempatnya bersih dan terawat. Ini adalah candi Hindu yang dibangun di abad ke-9 Masehi, pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini sempat menghilang tertimbun endapan lahar Merapi. Keberadaan candi pertama kali ditemukan tahun 1966 oleh seorang petani yang sedang mencangkul batu candi.

Ada empat bangunan candi disini, satu candi induk dan tiga candi perwara. Komplek candinya dikelilingi sebuah pagar batu.

Candi Sambisari

Candi Sambisari

Harga tiket masuk Candi Sambisari adalah Rp. 5,000 per orang.

Dari Candi Sambisari, perjalanan dilanjutkan ke Candi Plaosan. Baru kali ini gue menginjakkan kaki di sini, dan gue langsung takjub dan jatuh cinta sama candi Plaosan. Dengan banyaknya bongkahan reruntuhan bebatuan candi, mengingatkan gue sama Beng Melea di Siem Reap. Candinya cantik dan keren luar biasa, dan langsung menjadi favorit gue. Candi Plaosan adalah sebuah candi Buddha yang dibangun di abad ke-9 Masehi, pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Candi Plaosan terdiri dari 2 bagian : Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Dan gue paling lama menghabiskan waktu di Candi Plaosan Lor, karena sangat luas, dengan lebih banyak bangunan candi, yang terdiri dari dua candi induk dan sekitar 50 candi perwara. Katanya, every temple tells a story, mereka bukan sekedar tumpukan batu kuno. Dan berada di sana, bikin pikiran gue melanglang buana, membayangkan bagaimana candi semegah itu dibangun pada jaman itu, apa tujuannya, dan lain sebagainya. Sayangnya gue ngga bisa berlama - lama di sana, karena hari menjelang siang dan takut ngga keburu hunting candi - candi lainnya.

Tapi saat itu juga gue langsung membuat janji pada diri sendiri, gue akan ke sini lagi segera, memuaskan niat menikmati candi ini selama waktu yang gue butuhkan. Dari Candi Plaosan Lor, gue menyeberang jalan untuk melihat - lihat Candi Plaosan Kidul, yang areanya ngga terlalu luas, dan sepertinya hanya terdiri dari beberapa candi perwara.

Candi Plaosan Lor
Candi Plaosan Lor
Candi Plaosan Lor
Candi Plaosan Lor

Candi Plaosan Lor
Candi Plaosan Lor
Candi Plaosan Kidul

Harga tiket masuk Candi Plaosan adalah Rp. 10,000 per orang.

Berikutnya, Aji mengantarkan gue ke Situs Ratu Boko. Sebelumnya, kita sempat berhenti di sebuah rumah makan sate untuk menikmati makan siang sambil charge handphone gue yang baterenya sekarat.

Begitu tiba di area parkir Candi Ratu Boko, gue sempat skeptis akan bisa menikmati suasana candi yang sunyi, begitu melihat rombongan pelajar yang sepertinya sedang melakukan field trip atau semacamnya. Begitu memasuki kawasan candi, dimulai dari pintu gerbangnya yang iconic itu, gue ngga berhenti mengagumi candi yang masih nampak jelas sebagai reruntuhan sebuah keraton ini. Areanya luas banget, dan selama di sini pikiran gue 'sibuk' membayangkan dan menebak - nebak seperti apa wujud setiap bagian dari kawasan candi ini di masa jayanya dahulu. Ada bagian seperti gerbang utama, ada yang seperti benteng, pendopo, kolam... Andaikan gue punya banyak waktu, pengennya bisa berlama - lama di sana. Sayangnya gue harus buru - buru kembali ke pintu masuk, karena hujan mulai turun. Gue bahkan belum sempat mampir melihat bagian goa. Ngga lama kemudian, hujan turun dengan derasnya. Gue dan Aji menunggu di cafe yang ada di kawasan pintu masuk candi sambil menikmati kopi dan tentunya nge-charge handphone lagi.

Situs Ratu Boko
Situs Ratu Boko
Situs Ratu Boko
Situs Ratu Boko
Situs Ratu Boko

Harga tiket masuk Situs Ratu Boko adalah Rp. 40,000 per orang.

Dari Candi Ratu Boko, tujuan berikutnya Candi Ijo. Sebenarnya sempat ada rencana untuk mampir ke Tebing Breksi dulu. Tapi lagi - lagi karena dari kejauhan gue sudah melihat ramainya bus wisata dan pengunjung di sana, gue pun ogah mampir. Perjalanan dilanjutkan langsung ke Candi Ijo, sebuah candi Hindu yang terletak di lereng bukit padas bernama Gunung Ijo. Bentuk candinya berupa teras - teras bertingkat gitu. Hal yang menarik dari Candi Ijo adalah lokasinya yang tidak seperti candi lain pada umumnya. Menurut kitab - kitab India kuno, pemilihan lokasi candi biasanya adalah lahan yang sangat subur dan dekat mata air. Sementara, Candi Ijo terletak di bukit kapur, bukan merupakan lahan subur, dan tidak dekat dengan mata air. Hal ini bikin Candi Ijo jadi sedikit misterius dan unik. Hhmmm...
 
Candi Ijo
Candi Ijo

Harga tiket masuk Candi Ijo adalah Rp. 5,000 per orang.

Berikutnya Aji mengantarkan gue ke Candi Banyunibo, sebuah Candi Buddha yang letaknya di antara area persawahan. Dengan lokasinya yang agak jauh dari jalan utama itu, bikin candinya sepi pengunjung, alias cuma gue berdua di sana. Komplek candi terdiri dari satu candi induk dan 6 candi perwara yang berupa reruntuhan bebatuan. Sementara candi induknya sudah nampak utuh dan berdiri kokoh. Dari seluruh candi - candi yang gue kunjungi hari ini, gue heran dan takjub karena semua akses ke bagian dalam candi (baik induk maupun perwara) masih dibuka. Ngga ada yang ditutup dengan dipagari. Hal itu bikin gue penasaran untuk masuk ke dalamnya, tapi bikin ngeri juga karena gelap gulita. Penerangan dari handphone gue tentunya ngga bisa berbuat apa - apa. Di candi Banyunibo ini, begitu memasuki bagian dalam candi induknya, langsung tecium aroma kemenyan dibakar. Jadilah gue cuma berani memandangi gelapnya dari tangga. Tapi dengan akses tanpa batas begini gue jadi khawatir candi akan dikotori oleh ulah - ulah vandalisme pengunjung yang ngga bisa menghargai betapa tak ternilainya peninggalan candi - candi tersebut.

Candi Banyunibo

Harga tiket masuk Candi Banyunibo adalah Rp. 5,000 per orang.

Semestinya Candi Banyunibo adalah tujuan terakhir gue. Tapiiii...tadi waktu beli tiket masuknya, penjaga candi sempat bilang, ada candi lainnya dekat situ yang juga worth to visit, namanya Candi Barong. Gue langsung minta Aji untuk antarin ke sana, meskipun berpacu dengan waktu karena kurang dalam sejam candi akan ditutup, sementara kita ngga tahu lokasinya dimana. Akhirnya dengan bertanya kesana kemari, gue tiba di candi Barong. Petugas loket tiket bilang gue bisa mengunjungi candi sampai dengan jam 5.15 sore, artinya gue dikasih waktu sekitar 30 menit.

Candi Barong adalah candi Hindu yang didirikan sebagai tempat pemujaan kepada Dewa Wisnu dan Dewi Sri. Kalau gue perhatiin, komplek candinya juga berupa teras - teras bertingkat gitu. Berhubung area komplek candi ngga terlalu luas, dan jarak ke gerbang masuk agak jauh, dan juga waktu yang gue miliki ngga banyak karena komplek candi sudah akan ditutup, gue pun ngga berlama - lama di sana.

Candi Barong
Candi Barong

Harga tiket masuk Candi Barong adalah Rp. 5,000 per orang.

Candi Barong adalah candi terakhir yang gue kunjungi hari itu. Seandainya masih punya waktu, gue akan senang bukan main untuk mengeksplor candi - candi lainnya di kawasan ini. Gue senang dan puas banget dengan perjalanan hari ini. Mencari - cari lokasi candi yang terpencil dan ngga banyak diketahui orang, adalah sensasi dan kesenangan tersendiri buat gue. Puji Tuhan, partner bepetualang gue hari ini ~Aji~ orangnya asyik dan adventurous banget. Gue ngga nyangka, pilihan gue menggunakan jasa ojek wisata, ternyata pilihan yang paling tepat. Mengingat perjalanan panjang yang gue lalui hari ini, menyusuri jalan - jalan di kawasan desa Bokoharjo untuk mencapai setiap lokasi candi, moda transportasi motor memang yang paling efisien. Perjalanan memang sempat terhenti oleh guyuran hujan, tapi hal itu ngga terlalu mengganggu.

Gue pun diantar kembali ke Hotel Tentrem untuk ambil koper. Sebelumnya sempat mampir di angkringan seberang hotel untuk makan malam ringan, masih bareng Aji. Dari Hotel Tentrem gue  memesan Grab untuk menuju Adhisthana Hotel, tempat gue akan menginap malam itu. Terima kasih Yesus, Perjalanan hari ini jauh melampaui harapan dan perkiraan gue.

Thursday, January 30, 2020

Penang Trip 2019 : Sakit Saat Traveling Itu....


Menyebalkan...

Selama trip di Penang, hal yang ngga gue harapkan (dan tidak antisipasi sebelumnya) terjadi. Gue sakit....meskipun 'hanya' radang tenggorokan, demam, batuk dan kawan - kawannya, tapi kalo judulnya lagi 'traveling' dan jauh dari rumah dan keluarga, rasanya mengganggu banget. Saat itu mungkin fisik gue 'kalah' sama cuaca Penang yang panas banget, kecapean, dan makan ngga teratur dan sembarangan. Mulai 30 Desember 2019, sebenarnya gue sudah mulai ngga enak badan, dan sempat membeli paracetamol di toko terdekat. Meskipun udah minum 2 kali, rasanya ngga ada perubahan. By the way, saking cueknya, bahkan kali ini gue lupa bawa obat - obatan (ringan) pribadi. Dan gue berjanji dalam hati, next time persiapan gue harus lebih baik.

Tepat tanggal 1 Januari 2020, karena pengen sembuh dengan kilat, mengingat perjalanan gue di Penang masih lumayan panjang dan baru bakal balik ke Jakarta tanggal 5 Januari 2020, gue pun ke Island Hospital. Begitu di pusat informasi rumah sakit, seorang petugas langsung mengingatkan bahwa berhubung hari itu Tahun Baru, hari libur nasional, maka seluruh tarif, mulai dari jasa dokter, treatment/test (jika diperlukan) dan obat - obatan menjadi double alias 2 kali lipat. Gue mulai ragu. Trus nanya ke si petugas, untuk dokter umum, berapa tarifnya kalo double ? Dengan singkat si petugas bilang, mungkin kurang dari RM 200. Wah...itu baru dokter, belum obat, atau tindakan, tes, atau apapun jika diperlukan. Gue langsung balik badan perlahan, pulang. 

Gue memutuskan untuk kembali ke hostel, dan berusaha memulihkan diri sendiri, daripada harus membayar biaya dokter yang cukup tinggi. Saat itu masalahnya adalah gue ngga membawa formulir klaim asuransi. Ini jadi 'pelajaran' bahwa setiap kali traveling, gue harus mencetak dan membawa formulir klaim asuransi. Gue ngga ingat seberapa fleksibelnya perusahaan asuransi yang di-provide oleh kantor saat ini, namun gue khawatir tanpa menggunakan formulir yang tepat, bisa - bisa klaim gue ditolak. Berhubung lagi di luar negeri, kayaknya ngga memungkinkan untuk cashless, jadi gue harus membayar lebih dulu semua biaya berobat.

Kondisi sakit bikin gue jadi agak melankolis, langsung kangen rumah, makin kangen Mama. Mungkin seandainya gue bisa mempercepat jadwal kepulangan ke Jakarta, gue akan girang balik ke Jakarta malam itu juga. Hasrat berpetualang gue lenyap seketika, dan ngga peduli dengan hal - hal yang tadinya bikin gue semangat untuk mengeksplor Penang.

Saat gue tiba di Ipoh tanggal 2 Januari 2020, dan langsung melanglang buana dalam kondisi kurang fit, sorenya gue bertekad mau berobat. Kali ini gue siap berobat karena sebelumnya udah minta tolong teman kantor, Fita, untuk mengirimkan formulir klaim asuransi melalui email. Sore itu gue minta tolong pihak Pi Hotel untuk mencetak formulir tersebut. Meskipun pagi harinya gue jengkel bukan main dengan pihak hotel, namun sore itu gue sangat berterima kasih atas bantuan mereka. Selain membantu mencetak formulir, mereka juga merekomendasikan rumah sakit terdekat, bahkan berinisiatif memesan Grab buat mengantar gue ke KPJ Ipoh Specialist Hospital di Jalan Raja Dihilir. Makasih Yesus, karena di tengah kesulitan seperti itu, Yesus tetap membantu gue melalui orang lain yang bahkan baru gue temui.

Tiba di rumah sakit, gue diarahkan untuk menuju emergency room, karena saat itu sudah malam dan semua pelayanan dilakukan di emergency room. Menurut gue, mulai dari proses pendaftaran, pemeriksaan, konsultasi dokter, dan lainnya di rumah sakit ini sangat efisien banget. Gue sebagai pasien merasa nyaman dan tenang meskipun bukan orang lokal. Para petugas dan dokter yang menangani gue super ramah dan sangat profesional. Selain diberikan obat untuk dibawa pulang, sebelumnya pulang gue juga sempat mendapatkan pengobatan dengan nebulizer, di sebuah ruangan khusus yang ditata dengan sangat nyaman, colorful dan terkesan fun. Setelah semua proses selesai, gue membayar tagihan rumah sakit sebesar kurang dari RM 200, dan ngga lupa meminta petugas pendaftaran untuk memastikan formulir klaim gue diisi lengkap oleh dokter. Beres. Hal berikutnya yang harus gue lakukan adalah beristirahat di hotel dan minum obat tepat waktu.


Malam itu, sampai keesokan harinya gue lewatkan dengan tidur di hotel. Untuk makanan, sepulang dari rumah sakit, gue sempatkan untuk mampir ke Ipoh Parade, satu-satunya Mall di Ipoh, dan membeli banyak stok roti, untuk pengganjal perut dan syarat minum obat. Untuk nafsu makan dan kulineran, semuanya sirna, karena kondisi fisik yang kurang fit.

Jatuh sakit saat traveling tuh ngga enak banget, tapi mestinya bisa diantisipasi dengan mempersiapkan obat - obatan pribadi, misalnya, sampai dengan apa yang dibutuhkan jika harus berobat (uang, kartu kredit, kartu asuransi, formulir asuransi, dan lain sebagainya). Gue berharap pengalaman kurang mengenakkan kali ini bisa jadi learning lesson agar di lain waktu gue bisa jadi turis yang bijak dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan lebih baik.

Saturday, January 25, 2020

Ipoh Trip 2020 : Kek Lok Tong Cave Temple dan Zen Garden


2 Januari 2020

Sepulang dari Kellie's Castle gue teringat sama cerita Pak Sopir Grab mengenai gua - gua (cave) yang sekaligus menjadi temple yang banyak terdapat di Ipoh. Gue menanyakan ke Pak Sopir ongkos untuk mengantarkan gue dan Ony ke gua yang paling beliau rekomendasikan. Dengan mantap Pak Sopir menawarkan harga RM 30 dan berjanji akan mengantarkan ke Kek Lok Tong Cave Temple yang berada di kawasan Gunung Rapat. 

Kalo gitu, total tarif perjalanan gue menjadi RM 100. Dengan nilai tukar RM = Rp. 3,500, sama dengan total IDR 350,000, gue dan Ony sudah bisa menikmati 2 tempat wisata andalan Ipoh dalam 1 hari ini. Worthed lah, mengingat ngga ada transportasi umum yang bisa gue andalkan di Ipoh ini.

Untuk menuju temple ini, perjalanannya agak berliku. Dari jalan utama, Jalan Gopeng, memasuki perumahan modern, kemudian tiba - tiba nampak sebuah bukit kapur. Begitu tiba di area parkir Kek Lok Tong, gue amazed, karena ternyata kondisi guanya sudah sangat modern, terawat, dan indah. Lantai gua sudah menggunakan marmer. Di dalam temple, terdapat banyak patung dewa, yang seluruhnya dibangun dan dihias dengan sangat modern juga. Fasilitas dan penerangan di dalam gua sangat memadai, jadi bikin gue lupa sedang berada di dalam gua. 

 

Kesan yang paling utama berada di sini, nyaman dan peaceful banget. Memasuki bagian dalam gua, lalu melewati tangga yang ngga terlalu tinggi, ada semacam ruang lagi di mana terdapat beberapa patung dewa berukuran sangat besar, dari sini gue bisa melihat teduh dan hijaunya Zen Garden. 

Untuk menuju Zen Garden, pengunjung harus menuruni beberapa anak tangga lagi, dan langsung disuguhi pemandangan indah, dengan sebuah kolam luas di bagian tengah, yang biasanya mungkin dipenuhi dengan teratai raksasa, tapi sore itu tampak kosong tanpa teratai. Selain itu, Zen Garden juga dipercantik dengan patung 18 Louhan, yaitu pengikut Buddha yang telah mencapai kondisi nirwana dan terbebas dari keinginan duniawi.


Sebenarnya asyik dan nyaman banget berlama - lama di Zen Garden ini. Namun sayangnya badan gue udah mulai kecapean dan terasa ngga enak. Gue pengen banget menyusuri seluruh bagian kebun, tapi apa daya gue cuma sanggup berjalan - jalan sekitar kolam. 

Gue kembali masuk ke dalam gua. Sebelum pulang, dengan sedikit tenaga tersisa, gue pengen melihat - lihat di 'lantai 2' gua berupa formasi stalaktit yang indah banget di bagian dinding dan langit - langitnya. Setelah puas melihat - lihat dan berfoto di sini, gue dan Ony mulai meninggalkan temple.  

 

Pak Sopir yang baik hati mengantarkan gue dan Ony kembali ke Pi Hotel.