I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Thursday, January 30, 2020

Penang Trip 2019 : Sakit Saat Traveling Itu....


Menyebalkan...

Selama trip di Penang, hal yang ngga gue harapkan (dan tidak antisipasi sebelumnya) terjadi. Gue sakit....meskipun 'hanya' radang tenggorokan, demam, batuk dan kawan - kawannya, tapi kalo judulnya lagi 'traveling' dan jauh dari rumah dan keluarga, rasanya mengganggu banget. Saat itu mungkin fisik gue 'kalah' sama cuaca Penang yang panas banget, kecapean, dan makan ngga teratur dan sembarangan. Mulai 30 Desember 2019, sebenarnya gue sudah mulai ngga enak badan, dan sempat membeli paracetamol di toko terdekat. Meskipun udah minum 2 kali, rasanya ngga ada perubahan. By the way, saking cueknya, bahkan kali ini gue lupa bawa obat - obatan (ringan) pribadi. Dan gue berjanji dalam hati, next time persiapan gue harus lebih baik.

Tepat tanggal 1 Januari 2020, karena pengen sembuh dengan kilat, mengingat perjalanan gue di Penang masih lumayan panjang dan baru bakal balik ke Jakarta tanggal 5 Januari 2020, gue pun ke Island Hospital. Begitu di pusat informasi rumah sakit, seorang petugas langsung mengingatkan bahwa berhubung hari itu Tahun Baru, hari libur nasional, maka seluruh tarif, mulai dari jasa dokter, treatment/test (jika diperlukan) dan obat - obatan menjadi double alias 2 kali lipat. Gue mulai ragu. Trus nanya ke si petugas, untuk dokter umum, berapa tarifnya kalo double ? Dengan singkat si petugas bilang, mungkin kurang dari RM 200. Wah...itu baru dokter, belum obat, atau tindakan, tes, atau apapun jika diperlukan. Gue langsung balik badan perlahan, pulang. 

Gue memutuskan untuk kembali ke hostel, dan berusaha memulihkan diri sendiri, daripada harus membayar biaya dokter yang cukup tinggi. Saat itu masalahnya adalah gue ngga membawa formulir klaim asuransi. Ini jadi 'pelajaran' bahwa setiap kali traveling, gue harus mencetak dan membawa formulir klaim asuransi. Gue ngga ingat seberapa fleksibelnya perusahaan asuransi yang di-provide oleh kantor saat ini, namun gue khawatir tanpa menggunakan formulir yang tepat, bisa - bisa klaim gue ditolak. Berhubung lagi di luar negeri, kayaknya ngga memungkinkan untuk cashless, jadi gue harus membayar lebih dulu semua biaya berobat.

Kondisi sakit bikin gue jadi agak melankolis, langsung kangen rumah, makin kangen Mama. Mungkin seandainya gue bisa mempercepat jadwal kepulangan ke Jakarta, gue akan girang balik ke Jakarta malam itu juga. Hasrat berpetualang gue lenyap seketika, dan ngga peduli dengan hal - hal yang tadinya bikin gue semangat untuk mengeksplor Penang.

Saat gue tiba di Ipoh tanggal 2 Januari 2020, dan langsung melanglang buana dalam kondisi kurang fit, sorenya gue bertekad mau berobat. Kali ini gue siap berobat karena sebelumnya udah minta tolong teman kantor, Fita, untuk mengirimkan formulir klaim asuransi melalui email. Sore itu gue minta tolong pihak Pi Hotel untuk mencetak formulir tersebut. Meskipun pagi harinya gue jengkel bukan main dengan pihak hotel, namun sore itu gue sangat berterima kasih atas bantuan mereka. Selain membantu mencetak formulir, mereka juga merekomendasikan rumah sakit terdekat, bahkan berinisiatif memesan Grab buat mengantar gue ke KPJ Ipoh Specialist Hospital di Jalan Raja Dihilir. Makasih Yesus, karena di tengah kesulitan seperti itu, Yesus tetap membantu gue melalui orang lain yang bahkan baru gue temui.

Tiba di rumah sakit, gue diarahkan untuk menuju emergency room, karena saat itu sudah malam dan semua pelayanan dilakukan di emergency room. Menurut gue, mulai dari proses pendaftaran, pemeriksaan, konsultasi dokter, dan lainnya di rumah sakit ini sangat efisien banget. Gue sebagai pasien merasa nyaman dan tenang meskipun bukan orang lokal. Para petugas dan dokter yang menangani gue super ramah dan sangat profesional. Selain diberikan obat untuk dibawa pulang, sebelumnya pulang gue juga sempat mendapatkan pengobatan dengan nebulizer, di sebuah ruangan khusus yang ditata dengan sangat nyaman, colorful dan terkesan fun. Setelah semua proses selesai, gue membayar tagihan rumah sakit sebesar kurang dari RM 200, dan ngga lupa meminta petugas pendaftaran untuk memastikan formulir klaim gue diisi lengkap oleh dokter. Beres. Hal berikutnya yang harus gue lakukan adalah beristirahat di hotel dan minum obat tepat waktu.


Malam itu, sampai keesokan harinya gue lewatkan dengan tidur di hotel. Untuk makanan, sepulang dari rumah sakit, gue sempatkan untuk mampir ke Ipoh Parade, satu-satunya Mall di Ipoh, dan membeli banyak stok roti, untuk pengganjal perut dan syarat minum obat. Untuk nafsu makan dan kulineran, semuanya sirna, karena kondisi fisik yang kurang fit.

Jatuh sakit saat traveling tuh ngga enak banget, tapi mestinya bisa diantisipasi dengan mempersiapkan obat - obatan pribadi, misalnya, sampai dengan apa yang dibutuhkan jika harus berobat (uang, kartu kredit, kartu asuransi, formulir asuransi, dan lain sebagainya). Gue berharap pengalaman kurang mengenakkan kali ini bisa jadi learning lesson agar di lain waktu gue bisa jadi turis yang bijak dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan lebih baik.

Saturday, January 25, 2020

Ipoh Trip 2020 : Kek Lok Tong Cave Temple dan Zen Garden


2 Januari 2020

Sepulang dari Kellie's Castle gue teringat sama cerita Pak Sopir Grab mengenai gua - gua (cave) yang sekaligus menjadi temple yang banyak terdapat di Ipoh. Gue menanyakan ke Pak Sopir ongkos untuk mengantarkan gue dan Ony ke gua yang paling beliau rekomendasikan. Dengan mantap Pak Sopir menawarkan harga RM 30 dan berjanji akan mengantarkan ke Kek Lok Tong Cave Temple yang berada di kawasan Gunung Rapat. 

Kalo gitu, total tarif perjalanan gue menjadi RM 100. Dengan nilai tukar RM = Rp. 3,500, sama dengan total IDR 350,000, gue dan Ony sudah bisa menikmati 2 tempat wisata andalan Ipoh dalam 1 hari ini. Worthed lah, mengingat ngga ada transportasi umum yang bisa gue andalkan di Ipoh ini.

Untuk menuju temple ini, perjalanannya agak berliku. Dari jalan utama, Jalan Gopeng, memasuki perumahan modern, kemudian tiba - tiba nampak sebuah bukit kapur. Begitu tiba di area parkir Kek Lok Tong, gue amazed, karena ternyata kondisi guanya sudah sangat modern, terawat, dan indah. Lantai gua sudah menggunakan marmer. Di dalam temple, terdapat banyak patung dewa, yang seluruhnya dibangun dan dihias dengan sangat modern juga. Fasilitas dan penerangan di dalam gua sangat memadai, jadi bikin gue lupa sedang berada di dalam gua. 

 

Kesan yang paling utama berada di sini, nyaman dan peaceful banget. Memasuki bagian dalam gua, lalu melewati tangga yang ngga terlalu tinggi, ada semacam ruang lagi di mana terdapat beberapa patung dewa berukuran sangat besar, dari sini gue bisa melihat teduh dan hijaunya Zen Garden. 

Untuk menuju Zen Garden, pengunjung harus menuruni beberapa anak tangga lagi, dan langsung disuguhi pemandangan indah, dengan sebuah kolam luas di bagian tengah, yang biasanya mungkin dipenuhi dengan teratai raksasa, tapi sore itu tampak kosong tanpa teratai. Selain itu, Zen Garden juga dipercantik dengan patung 18 Louhan, yaitu pengikut Buddha yang telah mencapai kondisi nirwana dan terbebas dari keinginan duniawi.


Sebenarnya asyik dan nyaman banget berlama - lama di Zen Garden ini. Namun sayangnya badan gue udah mulai kecapean dan terasa ngga enak. Gue pengen banget menyusuri seluruh bagian kebun, tapi apa daya gue cuma sanggup berjalan - jalan sekitar kolam. 

Gue kembali masuk ke dalam gua. Sebelum pulang, dengan sedikit tenaga tersisa, gue pengen melihat - lihat di 'lantai 2' gua berupa formasi stalaktit yang indah banget di bagian dinding dan langit - langitnya. Setelah puas melihat - lihat dan berfoto di sini, gue dan Ony mulai meninggalkan temple.  

 

Pak Sopir yang baik hati mengantarkan gue dan Ony kembali ke Pi Hotel.

Ipoh Trip 2020 : Kellie's Castle



Waktu merencanakan trip ke Penang kali ini, berhubung bakal lumayan panjang ~ 8 hari ~ gue bermaksud melihat - lihat kota tetangga Penang. Setelah browsing sana - sini, pilihan pun jatuh ke Ipoh. Alasan pertama, Ipoh dekat dari Penang dan bisa ditempuh dengan bus umum selama 2 - 3 jam saja. Kedua, gue menemukan tempat yang langsung bikin gue penasaran begitu lihat foto-fotonya di internet, yaitu Kellie's Castle. Gue pun langsung memesan tiket bus Penang - Ipoh (pulang pergi) secara online melalui aplikasi easybook.com, untuk jadwal keberangkatan tanggal 2 Januari dan kembali ke Penang tanggal 4 Januari 2020. Harga tiketnya sendiri ngga terlalu mahal, sekitar Rp. 108,000 an per orang, per arah.

Awalnya keberangkatan gue ke Ipoh nyaris batal. Sejak 31 Desember 2019 sore kondisi fisik gue menurun, dimulai dari radang tenggorokan, batuk, demam dan pusing. Gue sempat ke Island Hospital di tanggal 1 Januari 2020, tapi berhubung saat itu hari libur, petugas rumah sakitnya bilang kalo semua biaya, baik dokter, obat, treatment, jadi double. Gue males, dan kembali ke Rainbow hostel. Yang gue lakukan selama di hostel adalah tidur dan minum air panas sebanyak-banyaknya.

Di hari keberangkatan ke Ipoh, 2 Januari 2020 pagi, kondisi gue rasanya membaik dan gue pun melanjutkan niat untuk naik bus dari Komtar menuju Ipoh. Perjalanan ke Ipoh dengan bus Penang Billion Stars rasanya kurang nyaman, karena segala macam ketidakjelasan. Dari Komtar, bus menuju Terminal Sungai Nibong terlebih dahulu. Petugas kantor bus dan sopir busnya sejak dari Komtar tadi memberikan informasi yang simpang siur, karena bus tersebut ternyata bukan tujuan Ipoh. Gue dan Ony sampai harus beberapa kali naik turun bus berbeda, karena ketidakjelasan ini. Hal kayak gitu menjengkelkan dan melelahkan banget, terlebih di saat kondisi fisik gue ngga fit. Jika suatu saat gue pengen jalan - jalan ke Ipoh lagi, 100% gue ngga mau pilih perusahaan bus yang sama. 

Begitu tiba di Terminal Bus Amanjaya, Ipoh, gue agak sedikit kaget karena baru sadar bahwa Ipoh ternyata kota yang sepi dan ngga semetropolis Penang. Uniknya lagi, Ipoh didominasi oleh tebing - tebing karst gitu. Jadi berasa masih alami banget kota ini. 

Dari terminal bus gue pesan grab menuju Pi Hotel, di daerah Kampung Jawa. Gue sudah booking hotel ini sejak beberapa bulan yang lalu. Tapi waktu tiba di sana, gue kecewa berat, karena jam check-in mereka adalah jam 3 sore. Kayaknya baru kali ini gue menemukan hotel dengan jam check-in sesore itu. Saat itu kondisi fisik gue drop lagi, otomatis mood pun jadi berantakan. Gue langsung kehilangan semangat untuk mengeksplorasi kota ini. Bahkan gue langsung kepikiran pengen segera balik lagi ke Penang. 

Selama di Ipoh, gue ngga melihat ada kendaraan umum. Jauh - jauh hari sebelum keberangkatan ke Penang, gue pernah mengirim email ke Pi Hotel, untuk meminta info dan rekomendasi penyewaan motor atau mobil. Dan sayangnya pihak hotel tidak merespon email gue. Pagi itu mereka sempat membantu menghubungi rental motor dan mobil. Namun untuk motor sudah tidak tersedia, dan  mobil masih tersedia namun harganya selangit. Gue kesal bukan main. Saat itu hal yang paling ingin gue lakukan sebenarnya tidur dan istirahat, tapi belum bisa karena belum waktunya check-in. Gue pengen jalan - jalan melihat kota Ipoh, ngga ada transportasinya. Akhirnya gue memutuskan untuk tidak membuat perjalanan gue ke Ipoh sia-sia, paling ngga gue harus mengunjungi Kellie's Castle, tempat yang paling bikin gue penasaran.

Untuk ke Kellie's Castle yang berada di kawasan Kinta, Batu Gajah, gue kembali memesan Grab. Puji Tuhan, gue mendapatkan sopir Grab yang sangat baik dan kooperatif. Selain ramah, suka ngobrol dan ngga pelit berbagi cerita mengenai Ipoh, beliau juga menawarkan 'paket' menarik. Pak Sopir akan nungguin gue dan Ony selama di Kellie's Castle, lalu mengantarkan kembali ke Pi Hotel, dengan harga RM 70. Gue pun setuju. Gue ngga punya pilihan lain, karena Kellie's Castle lokasinya lumayan jauh dari Pi Hotel, sekitar 30 menit, dan bukan di pusat keramaian. Bisa dipastikan sepulang dari sana gue akan kesulitan mencari taksi maupun Grab.

Begitu melihat Kellie's Castle dari kejauhan, gue excited bukan main, langsung lupa sama kondisi fisik yang drop, atau perut kelaparan yang belum terisi sama sekali seharian. Gue dan Ony sempat makan di foodcourt yang ada di area parkir Kellie's Castle. Setelah makan, gue membeli tiket untuk masuk ke dalam kastil, seharga RM 10 per orang.

 
Kellie's Castle adalah sebuah kastil yang dibangun oleh seorang warga negara Skotlandia bernama William Kellie-Smith (1870-1926), seorang insinyur yang bekerja perusahaan bernama Charles Alma Baker, yang mengerjakan proyek dari pemerintah negara bagian untuk menebangi 9.000 hektar hutan di Batu Gajah, Perak. Kellie-Smith memiliki 1.000 hektar lahan hutan di Kinta dan menanam pohon karet dan berkecimpung dalam industri pertambangan timah. Kellie-Smith memiliki seorang istri, Agnes dan 2 orang anak, Helen dan Anthony. Kastil ini dibangun tahun 1915, ada cerita yang bilang kastil ini dibangun untuk Agnes, ada juga yang bilang untuk Anthony.

 

Untuk style dari kastil sendiri, Kellie-Smith tertarik pada agama Hindu dan India, dan ia memasukkan banyak unsur Hindu dan India ke dalam kastil ini. Batu bata dan ubin diimpor dari India. Pekerja India dari Madras, India Selatan, bahkan didatangkan untuk membangun kastil ini. Selama proses pembangunan ini, banyak pekerja terserang flu Spanyol dan meninggal. Pembangunan Kellie-Smith tidak pernah rampung.

 

Hal yang bikin kastil ini tambah menarik dan mengundang rasa penasaran adalah karena kisah bahwa kastil ini berhantu, seram, dan sebagainya. Banyak cerita - cerita 'penampakan', salah satunya Kellie-Smith, yang sebenarnya meninggal di Portugal karena menderita pneumonia. Ada juga cerita penampakan Helen, yang sebenarnya juga tidak meninggal disini. Sepeninggal Kellie-Smith, Agnes menjual kastil ini ke pihak lain, dan meninggalkan Malaysia bersama kedua anaknya, dan tidak pernah kembali.


Untuk gue pribadi, ketika mengunjungi kastil ini di siang bolong yang terang benderang seperti itu, 'ditemani' Ony dan beberapa pengunjung lainnya, ngga merasakan ngeri, merinding dan sebagainya sih. Yang ada gue malah terpesona dengan bangunannya yang megah dengan dominasi warna bata merah yang sangat kontras dengan langit biru cerah siang itu. Cantik banget Kellie's Castle ini. Gue dan Ony cukup lama di sana, mungkin sekitar 2 jam. Gue bisa berulang - ulang keluar masuk setiap ruangan dan lorong tanpa merasa bosan.



Meskipun belum puas, akhirnya gue dan Ony memutuskan untuk meninggalkan kastil. Gue senang bukan main akhirnya bisa menginjakkan kaki di sini dan berkeliling untuk melihat - lihat sepuasnya. 'Hati yang gembira adalah obat', pas banget untuk menggambarkan kondisi gue saat itu. Meskipun lagi kurang fit dan agak ngga happy sama perjalanan Penang - Ipoh yang ngga mulus - mulus amat, tapi mood langsung berubah semangat dan girang demi melihat Kellie's Castle.

Kellie's Castle journey accomplished !

Wednesday, January 15, 2020

Penang Trip 2019: Corgi and The Gang


Gue melewatkan libur akhir tahun 2019 di Penang, Malaysia. Gue berangkat ke sana sejak 29 Desember 2019, sendirian. Ony menyusul 2 hari kemudian. Trip Penang gue kali ini panjang, 8 hari saja. Dan berhubung sudah pernah ke Penang sebelumnya, dan sudah pernah mengunjungi beberapa heritage sites di sini, gue ngga terlalu ngotot pengen mengunjungi tempat - tempat itu lagi. Harapan gue, trip kali ini bisa staycation aja. 

Salah satu yang pengen gue kunjungi di Penang kali ini adalah sebuah cafe anjing bernama Corgi and The Gang. Ini adalah cafe yang katanya dihuni oleh banyak anjing ras corgi. Jadi siang itu, setelah check in di Chulia Heritage Hotel dan beristirahat sejenak, gue pun meninggalkan hotel. Tujuan pertama bukan ke Corgi and The Gang, tapi pengen menyusuri jalan - jalan di kawasan Chulia, Armenian dan sekitarnya yang dipenuhi dengan bangunan - bangunan tua.

Penang panasnya bukan main ! Berhubung pengen ngadem dan isi perut, gue pun mencari grab (car) untuk mengantar ke Corgi and The Gang. Tahun 2009 yang lalu saat gue pertama ke Penang, seinget gue, gue mudah menjangkau lokasi manapun menggunakan bus Rapid Penang. Tapi sekarang kok rasanya jarang banget keliatan busnya. Tadi waktu baru tiba di airport, yang niat awalnya mau menuju Georgetown dengan bus ini, batal karena lama banget nunggunya. Untung ada seorang sopir taksi mendekati gue dan menawarkan untuk sharing ongkos taksi dengan penumpang lain. Dengan membayar RM 10 gue diantar sampai hotel. 

Sopir grab mengantar gue ke New World Park, kayak komplek pertokoan gitu, di mana ada sebuah food court yang sangat luas dengan berbagai macam penjual makanan. Gue pun mampir ke food court dan makan siang sejenak. Kelar makan, gue ke Corgi and The Gang yang lokasinya paling cuma 50 meter dari food court. Begitu sampai depan pintunya gue lihat cafe sedang full pengunjung. Gue jadi males masuk, dan memutuskan untuk balik lagi besok.

Keesokan harinya gue tiba di New World Park sekitar jam 11 siang, dan ternyata cafe baru buka jam 12 siang. Setelah menunggu beberapa saat, gue pun bisa masuk cafe dan jadi pengunjung pertama yang datang. Untuk bisa nongkrong di cafe tersebut bersama para corgi, pengunjung harus memesan paling tidak satu menu. Okay, ngga masalah karena gue memang berniat makan siang di sini. Gue  memesan satu passion fruit tea (RM 14.9) dan satu double fish fillet burger (RM 19.6). Menurut gue untuk harga makanan segitu, agak over price ya...Rasa makanan dan minumannya standar. Tapi orang datang ke cafe anjing, ya utamanya pasti buat bermain - main dengan penghuni berkaki empat di sini.

 
 
 

Gue harus menunggu beberapa saat sampai para corgi tiba di cafe. Siang itu total ada 3 corgi, 1 golden, dan 1 pudel menemani para pengunjung di area makan. Setelah puas bermain di situ, dan lagian area makan sudah semakin dipenuhi pengunjung lainnya, gue pun ke lantai 2. Di sini, dengan membayar extra RM 10, gue bisa bermain sepuas - puasnya dengan anjing - anjing husky. Gue lupa jumlahnya, mungkin sekitar delapan (atau lebih), dalam berbagai ukuran. Di sini puas sih bermain - main dengan para husky yang lucu, menggemaskan banget, dan kadang nakal. Beberapa dari mereka kayaknya ras malamute karena ukurannya raksasa dengan bulu yang tebal bukan main.

 
 
 
 

Kalo dibandingkan dengan cafe Huskiss di Kuala Lumpur, konsep Corgi and The Gang berbeda banget. Sejujurnya gue lebih suka Huskiss, dimana ada kuota pengunjung yang diberikan waktu untuk bermain dengan para husky di sana. Soal kebersihan, Huskiss juara banget. Para husky di sana diajarkan untuk buang air di ruang terpisah dari ruang bermain. Jadi kalau mereka hendak buang air, mereka dengan pintarnya akan pergi ke ruangan itu. Dengan gitu, ruang bermain tetap bersih dan beraroma wangi layaknya ruang tamu.

Kalau di lantai 2 cafe ini, para husky akan buang air di situ juga. Petugas memang akan dengan siaga dan segera membersihkan lantainya, tapi tetap aja khan....Begitu keluar dari Corgi and The Gang, seluruh baju gue dipenuhi bulu anjing, aroma anjing beserta air seninya! Gue sampai ngerasa ngga enak sama sopir grab yang gue tumpangi pas pulang dari sana, karena aroma dan kotoran di baju gue pasti menempel di bangku belakang mobilnya. 

Di sini pengunjung juga tidak diberikan sesi khusus untuk berfoto. Pengunjung diberikan kebebasan untuk mengambil foto kapan saja dimana saja dengan para anjing, tapi tidak ada sesi dimana para staff membantu pengunjung mengambil foto bersama seluruh anjing sekaligus, jadi kayak foto keluarga gitu, kayak di Huskiss.

Satu lagi, Corgi and The Gang ngga menyediakan wifi loh...kayaknya jaman sekarang, cafe kekinian kayak gini tanpa wifi, rasanya ada yang kurang. 

Overall, main ke Corgi and The Gang adalah pengalaman yang cukup mengasyikkan.

Tuesday, January 14, 2020

Highlight & Lowlight 2019


Selamat tahun baru 2020 !

Menyambut tahun yang baru (dan usia baru buat gue), 2020, iseng - iseng gue sempat merenung, apa aja yang menjadi highlight dan lowlight dalam kehidupan gue di 2019 yang lalu. 

Okay, dimulai dari highlight.  

Di pertengahan tahun, tepatnya 8 Juni 2019, Tuhan Yesus memberikan anugerah yang luar biasa yaitu kelahiran Fajar Limbong, keponakan gue tersayang, putra pertama adik gue, Anggira, yang kehadirannya adalah sumber sukacita dan kegembiraan baru buat gue sekeluarga. Sedikit banyak, buat gue pribadi, kelahiran Fajar juga merubah pola hidup gue. Setiap harinya, hal yang selalu gue tunggu - tunggu adalah ketemu keponakan gue yang menggemaskan ini. Gue akan berusaha untuk pulang cepat dari kantor, mencari alternatif perjalanan kantor - rumah yang paling kilat, apapun gue usahakan biar ada momen ketemu Fajar. Menyaksikan tumbuh kembangnya dari waktu ke waktu, adalah kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri buat gue. Rasa bahagia itu juga timbul karena kelahiran Fajar membawa sukacita dan semangat baru buat semua anggota keluarga, terlebih Mama dan Bapak. 



Highlight berikutnya di November 2019, adalah hari ulang tahun Mama dan Bapak. Puji Tuhan, tahun ini Tuhan Yesus tetap setia memberkati dan menyertai Mama memasuki usia 70 tahun dan Bapak usia 75 tahun dalam kondisi sehat. Gue sangat bersyukur karena Tuhan Yesus memberikan berkat umur panjang dan kesehatan buat Mama dan Bapak, sehingga keduanya masih kuat menyertai kehidupan gue, dan menjadi  sumber cinta, kekuatan dan support terbesar buat gue. 

 
 
Oya, Tuhan Yesus juga memberikan bonus, di mana ketika hari ulang tahun Bapak ke - 75 tahun, tanggal 2 November 2019, gue sekeluarga bisa merayakan dengan membuat acara syukur kecil - kecilan. Awalnya Mama ngga setuju dengan konsep perayaan berupa pesta, sekedar makan - makan, nyanyi - nyanyi, mengundang sanak keluarga lainnya. Bagi Mama perayaan seperti itu tidak tepat dan tanpa makna. Mama hanya mau merayakannya dengan sebuah kebaktian syukur yang dihadiri dan dipimpin seorang pendeta gereja, yang bisa memberikan pembekalan rohani buat Bapak dan orang - orang yang hadir di situ. Sampai beberapa hari menjelang hari ulang tahun Bapak, belum ada kesepakatan dan 'persetujuan' dari Mama ketika kami, anak - anaknya, merencanakan untuk merayakan dengan lebih spesial. By the way, sebagai tradisi keluarga, setiap ada yang berulang tahun di keluarga, maka akan dirayakan dengan makan malam bersama dan tiup lilin kue ulang tahun yang dilakukan dengan sederhana di rumah. Kali ini, berhubung Bapak memasuki usia yang sangat spesial, 75 tahun, kelima anaknya pun berinisiatif menyiapkan perayaan syukur yang lebih spesial dari biasanya, dengan mengundang sanak keluarga lainnya.

Singkatnya, beberapa hari saja menjelang hari ulang tahun Bapak, Mama akhirnya menyerah, dan membolehkan anak - anaknya merencanakan sebuah perayaan, tetap dengan syarat harus dimulai dengan sebuah kebaktian dan menghadirkan pendeta. Tuhan Yesus yang maha baik memimpin setiap perencanaan. Sehingga meskipun waktunya sempit, dan keterbatasan di sana sini, semua perencanaan bisa berjalan lancar. Atas seijin Tuhan Yesus juga, keluarga gue bisa mengadakan kebaktian ibadah syukur dengan dipimpin oleh Bapak Pendeta Risto Andaki, ketua majelis GPIB Gideon, yang gue hubungi dan undang sangat mendadak sebenarnya. Sehabis ibadah, acara dilanjutkan dengan makan - makan sederhana dan hiburan yang dibawakan oleh para sepupu - sepupu yang bertalenta luar biasa. Rasa syukur gue atas campur tangan Yesus dalam perayaan ini, ngga bisa diungkapkan dengan kata - kata.

Berikutnya, lowlight dalam hidup gue di 2019. Di tahun ini gue kehilangan sahabat terdekat dan paling setia, Bruncuz, di tanggal 1 Desember 2019. Bruncuz meninggal di usianya yang memasuki 15 tahun. Arti kehadiran Bruncuz dalam hidup gue, ngga bisa digambarkan dengan kata - kata. Bruncuz adalah sahabat terbaik yang seakan - akan mendedikasikan hidupnya untuk menyenangkan dan menyayangi gue. Ketika seseorang memiliki hubungan sangat erat dengan sahabat anjingnya, orang tersebut mendapatkan cinta yang murni dari seorang sahabat, tanpa pamrih, tanpa pernah ada kekecewaan atau kesedihan sedikit pun. Tidak ada up & down jika memiliki sahabat anjing, yang ada hanya kegembiraan. Bruncuz adalah penghilang stres paling ampuh buat gue. Dan di saat dunia di luar sana tampak mengecewakan, Bruncuz akan hadir dan menyambut gue, seperti gue adalah makhluk dan sosok paling berharga. 

Kehilangan Bruncuz adalah mimpi buruk yang jadi nyata buat gue. Hingga saat ini, gue masih berjuang untuk bisa mengikhlaskan kepergian Bruncuz. Bahkan baru sekarang gue 'berani' menulis mengenai kepergian Bruncuz. Selama ini gue selalu ogah menulis atau membahas soal kepergian Bruncuz karena cuma akan menimbulkan kesedihan buat gue. 


Selain itu gue juga masih menyesuaikan diri dan menerima perbedaan - perbedaan dalam pola hidup gue antara ketika masih ada Bruncuz, dan saat seperti sekarang di mana Bruncuz sudah pergi untuk selamanya. Sepanjang hidup Bruncuz, aktivitas yang sangat gue sukai dan banggakan adalah mengurus sahabat setia gue itu, baik dalam keadaan sehatnya maupun sakitnya. Kesehatan dan kebahagiaannya adalah salah satu target pencapaian dalam hidup gue. Dan ketika Bruncuz pergi, gue agak sedikit kehilangan arah. Setelah kepergian Bruncuz, gue belum berencana memiliki anjing baru. Mungkin gue akan fokus untuk mulai merawat dan memberikan perhatian untuk Momo si Husky yang selama ini, sejujurnya, bukan menjadi prioritas gue (maap, Momo).

Melihat ke belakang, kehidupan gue di 2019, ngga ada hal lain yang ingin gue lakukan selain bersyukur...bersyukur...dan bersyukur kepada Tuhan Yesus. Betapa pun hidup gue diisi oleh hal - hal yang membuat gue bersukacita, maupun peristiwa - peristiwa yang membuat gue terpuruk dalam kesedihan, namun yang pasti, Tuhan Yesus ngga pernah meninggalkan gue dan selalu menjadi sumber kekuatan dan penghiburan buat gue. Semoga Tuhan Yesus senantiasa menyertai setiap langkah hidup gue di tahun yang baru ini dan tahun - tahun berikutnya.