I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Thursday, February 25, 2010

10 Feb 2010 - Jim Thompson Mansion

Dari Thewet Pier gue kembali naik kapal, bukan pulang ke Chang, tapi ke Satorn. Target gue berikutnya adalah Jim Thompson Mansion. Sebenernya gue udah laper banget (laper mulu..), tapi untung gue bawa bekal biskuit Regal (dari Jakarta) dan sebotol air mineral di tas, jadi bisa ngemil buat ngeganjal perut yang dangdutan, sambil jalan.

Tiba di Satorn Pier, gue ke Saphan Taksin Station dan naik BTS ke National Stadium Station. Thanks God, nyari Jim Thompson Mansion sama sekali ngga susah. Karena dari National Stadium Station pun petunjuk keberadaannya udah kelihatan. Jim Thompson Mansion letaknya bukan tepat di pinggir jalan besar tapi jalan kecil Soi Kasemsan 2, yang ada di Rama 1 Road.

Setelah berjalan kaki sekitar 5 menit, akhirnya tiba di gerbang rumah Pak Jim Thompson yang bergaya tradisional Thailand, didominasi oleh kayu berwarna merah. Pak Jim Thompson adalah orang USA kelahiran 1906, yang berprofesi sebagai arsitek, dan menjadi sukarelawan US Army. Ketika ditugaskan ke Bangkok, Pak Jim jatuh cinta (ciieeeeeee...) sama kota ini dan memutuskan tinggal menetap di sini.

Pak Jim menaruh perhatian besar pada kerajinan tenun tangan sutera, dan dianggap berjasa karna udah memajukan industri kerajinan sutera Thailand dan mengenalkannya pada dunia international.

Tragisnya, Pak Jim menghilang secara misterius di Cameron Highlands, Malaysia, tanggal 26 Maret 1967, dia ngga pernah ditemukan, dan ngga meninggalkan petunjuk apapun mengenai keberadaannya sampe saat ini.

Untuk masuk ke rumah Pak Jim, harus bayar tiket seharga 100 bath. Abis beli tiket, pengunjung harus menunggu group tour sesuai dengan bahasa tour guide yang dipilih. Gue milih bahasa Inggris dan harus menunggu sekitar 15 menit stafnya. Asyiknya, selama menunggu gue boleh liat - liat taman mansion yang asri, hijau dan teduh banget.

Gue keasyikan liat - liat tamannya Pak Jim, dan tiba - tiba tour guide manggil peserta group T, groupnya gue, untuk mulai tour. Tour dimulai dengan...melepas alas kaki. Bagus deh...biar sendal jepit gue yang kotor dan dekil itu ngga ngotorin lantai rumah Pak Jim. Abis itu...masukkin barang - barang ke loker yang disediakan, termasuk kamera.

Tour guide menunjukkan satu persatu ruangan rumah Pak Jim. Gue terkagum - kagum ngeliat perabotan rumah yang mengisi setiap ruangan. Jelas terlihat kalo pemiliknya pasti seseorang yang mengerti dan menjunjung seni setinggi - tingginya. Kadang pengunjung ketawa mendengar penjelasan tour guide, mengenai perabot - perabot unik yang ada di rumah Pak Jim. "Oohh...? Really...?? Hahahaha...!!" itu kata - kata yang paling sering terucap dari bibir pengunjung di group gue. Kalo gue, cuma mata gue doang yang sibuk mengamati rumah Pak Jim dan segala pernak - perniknya...paling sesekali gue teriak dalam hati, "Sumpe lho ? Gileee...keren abieezzz!! Oo Em Jiiii !!"

Tour pun berakhir, saking puasnya pengunjung sampe bertepuk tangan segala .

Abis itu, gue ngga langsung meninggalkan rumah Pak Jim. Mula - mula gue ke WC, untuk bersih - bersih, setelah itu gue ke bangunan lain di dalam area rumah Pak Jim. Kebetulan saat itu lagi berlangsung pameran astrologi bertema Golden Tiger / Hidden Monkey di The Jim Thompson Art Center (TJTAC). Di dalam ruang pameran hampir ngga ada pengunjung laen, cuma ada seorang petugas yang asyiknya sangat ngebantu kalo gue mo motret.

Setelah berputar - putar di dalam TJTAC, baca ini itu, info yang gue dapatin adalah : gue bershio kambing, dengan karakter :

creative (kayaknya agak tepat)
refined (what's this ? sopan ? tergantung)
gentle (benar - benar.....salah total !)
patient (salah orang, not me)
trendy (dalam hal ?)
sometimes indecisive (better 'sometimes' than 'always')
shy (really ? me ?)
merciful and caring (I am !! )
lonely (kadang - kadang)
prudent (bijaksana...hopefully lha !)
It is very difficult for them to fall in love. But once they are in love they will love deeply and romantically (agree !! agree ! agreeeee !! )
superstitious (I'm a superstitious girl, I'm the worst in the world ~by Desree...yes, that's me !!)

Selain itu, disediain juga sample - sample wewangian yang cocok buat masing - masing shio. Khusus untuk kambing people, wewangian yang cocok adalah minyak esensial citrus dan sejenisnya, dengan aroma asam seperti jeruk, yang bisa menenangkan kambing people. Karena gue seneng banget dengan aroma minyak esensialnya, gue olesin tuh minyak sebanyak mungkin ke kaos gue, mumpung sepi banget di ruang pameran, jadi gak ada yang liat. Maklum deh, perjalanan panjang, cuaca panas, keringetan....gue butuh aroma yang segar - segar biar semangat lagi, sekaligus.....mengurangi bau keringat yang menempel di kaos gue .

Friday, February 19, 2010

10 Feb 2010 - Vimanmek Mansion

Udah hari kelima gue di Bangkok...masih banyak lokasi yang harus gue cari dan kunjungi. Hari ini gue harus nyari Vimanmek Mansion yang cukup fenomenal itu.

Walopun gue pernah dikasih tau bahwa kalo mau ke Vimanmek Mansion dari Khaosan Road harus naek taxi, tapi gue ngotot mau pake cari laen, naik kapal. Gue liat di peta, dermaga yang paling deket menuju Vimanmek Mansion adalah Thewet Pier. Setelah itu, gue harus cari jalan lagi untuk sampe ke Vimanmek. Dengan langkah agak ragu, gue jalan menuju Chang Pier.

Di pintu masuk Chang Pier ada booth kecil yang ngakunya 'tourist information center'. Trus gue nanya ke seorang bapak yang jaga booth, mengenai rencana gue mencapai Vimanmek dengan cara naek kapal sampe Thewet Pier, trus jalan kaki. Tampangnya berubah bingung, trus dia bilang gue salah jalan, dan nyuruh gue naek naek taxi. Gue ngotot ngasih liat peta gue, yang menunjukkan posisi antara Thewet Pier dan Vimanmek. Akhirnya si bapak cuma bilang, "If you want to go to Thewet...just go there."

Huhhh....dari cara dia ngemeng seakan - akan cara yang gue pilih tuh konyol dan salah banget gitu. Gue sebenernya masih yakin dengan alternatif yang mau gue ambil, kecuali peta Bangkok yang gue pegang, yang gue dapat secara gratis di bandara, emang dibuat untuk menyesatkan orang.

Tapi di tengah kebingungan akhirnya gue malah kembali ke jalan raya, dan mencari taxi. Udah 2 sopir taxi gue berentiin, tapi mereka ngga tau di mana Vimanmek itu berada. Gue jadi bertambah bingung, karena Vimanmek itu letaknya masih di Bangkok, dan menjadi salah satu icon tujuan wisata Bangkok, tapi kok sopir taxi ngga tau dimana letaknya.

Trus gue cari Taxi motor. Gue kasih liat peta gue, dan sopirnya nanya - nanya ke sesama sopir lainnya...trus masih dengan tampang ngga yakin dia bilang, "100 bath". Halllaaaahh.....bukan 100 bathnya yang jadi masalah...tapi dari wajahnya aja gue udah yakin kalo dia ngga tau di mana Vimanmek itu.

Akhirnya gue kembali ke Chang Pier. Selama pengalaman gue bekpekeran, terlebih sendirian, kadang ada hal yang lebih bisa diandalkan dibandingkan peta ato petunjuk manapun, namanya i-n-s-t-i-n-g. Insting gue bilang ke Thewet Pier adalah cara terbaik yang harus gue tempuh. Walopun pas tiba di Thewet nanti gue belum tau jalan berikutnya yang harus gue tempuh, tapi setidaknya alternatif ini lebih menghemat uang gue, dan itu hal yang sangat gue butuhkan saat ini. Selama gue masih bisa menjangkau dengan jalan kaki, sejauh apapun, selelah apapun, semoga bisa gue jalanin dan nikmatin.

Gue naek kapal dan turun di Thewet Pier. Begitu tiba, gue jalan kaki tanpa tau pasti arah perjalanan gue. Gue udah ngga bisa mengandalkan peta lagi, karena peta ngga menjelaskan secara detil sampai ke jalan - jalan kecil di Thewet. Udah gitu, kendala yang gue hadapi selama di Bangkok ini karena masih banyak nama jalan ato lokasi yang ditulis dalam tulisan Thailand yang bener - bener ngga gue ngerti. Gue cuma mengandalkan insting gue, kapan harus nyeberang, harus berbelok atau jalan terus. Sampai gue sadar, ternyata gue udah berjalan sangat jauh dari Thewet Pier tadi, dan kelelahan menghentikan langkah gue tepat di seberang sebuah bangunan bernama Thailand Youth Hostel International.

Gue menyeberangi jalan, masuk ke kantor itu, dan nanya arah ke Vimanmek. Lelaki baek hati yang gue tanyain dengan ramah ngejelasin kalo gue tinggal jalan lurus, lalu belok kiri di perempatan jalan. Gue girang bukan main...karena ternyata gue ngga nyasar, dan dalam jalan yang bener menuju Vimanmek. Dengan semangat, gue lanjut berjalan kaki.

Tiba di Ratchadamnoen Nok Avenue, dari kejauhan gue malah melihat sebuah bangunan megah berdiri tepat lurus di hadapan gue. Gue liat peta gue lagi....National Assembly. Di depannya ada King Rama V Statue. Artinya, Vimanmek semakin deket. Ternyata Assembly Hall ini disebut juga Anantasamakon Thone Hall. Wahh...berarti gue bisa masuk ke sini dengan tiket yang gue beli di Grand Palace. Gue pun berlari (saking girangnya) ke pintu utama. Untuk boleh masuk ke dalam bangunan ternyata gue harus pake rok. Gampang, gue keluarin kain Bali dari tas.....melingkarkan ke pinggang gue.....dan jadilah rok !


Masuk ke Anantasamakon Throne Hall, gue ngga berhenti berdecak kagum. Bangunannya megah bergaya Rennaisance, dibangun tahun 1907 pas masanya King Rama V, oleh arsitek Italia. Sayangnya di sini ngga boleh memotret.

Selesai dari Anantasamakon Throne Hall, gue cuma perlu berjalan kaki sebentar dan tiba di Abhisek Dusit Throne Hall. Anantasamakon Throne Hall dan Abhisek Dusit Throne Hall masih berada dalam komplek Dusit Palace. Abhisek Dusit Throne Hall juga dibangun di masa King Rama V, yang salah satu fungsinya tempat menjamu tamu - tamu kenegaraan. Tapi sekarang fungsinya kayak museum, tempat memamerkan hasil - hasil seni dan kerajinan khas Thailand, buatan Support (Supplementary Occupation and Related Technology) Foundation, yayasan yang dinaungi oleh Ratu Thailand. Lagi - lagi, di sini dilarang memotret.

Masih di dalam komplek Dusit Palace, akhirnya gue menemukan Vimanmek Mansion. Masuk ke sini lebih ketat, harus pake rok, gak boleh pake topi, barang pribadi harus dititip di loker yang cuma berfungsi kalo dimasukin koin 2 x 10 bath alias musti bayar, trus gak boleh pake alas kaki juga.

Vimanmek adalah rumah kayu jati terbesar di dunia, dibangun tahun 1900 oleh King Rama V. King Rama V menempati Vimanmek sebagai istana kerajaan hanya selama 5 tahun. Tahun 1982, atas keinginan Ratu Sirikit, Vimanmek mulai dijadikan museum untuk mengenang King Rama V.

Pengunjung yang datang ngga boleh asal masuk ke dalam bangunan Vimanmek, harus antri, karena tour keliling Vimanmek harus didampingi tour guide. Seperti biasa....dilarang memotret di dalam istana...cuma boleh dari luar aja. Di sini gue kenalan sama turis lain, Diane dari Philippine, dan kita bedua kerja sama dalam urusan potret - memotret.




Puas menjelajah di komplek Dusit Palace, waktunya gue keluar karena masih banyak tempat yang harus gue kunjungi hari ini. Pas gue lagi di depan gerbang, tiba - tiba ada taxi berenti di depan gue, dan si sopir nanya arah menuju Vimanmek Mansion. Sesaat gue kaget...gimana bisa, sopir taxi malah nanya arah ke turis non lokal ? Vimanmek gitu lhoo...yang notabene salah satu tujuan wisata utama di kota Bangkok. Gue kasih tau ke Pak Sopir. Trus, 2 turis bule keluar dari tuh taxi, dan nanya lebih lanjut gimana cara ke Vimanmek. Dan dengan senang hati gue jelasin kalo Vimanmek tuh ada di dalam komplek Dusit Palace yang ada di hadapan gue...Jadi, gue sarankan, terlebih kalo dia udah beli tiket Grand Palace, supaya masuk dan lihat National Assembly dulu, lalu Abhisek, terakhir ke Vimanmek deh ! Gratisszzz kalo pake tiket dari Grand Palace.

Abis itu gue melanjutkan perjalanan pulang. Walopun gue udah bisa ngebayangin jauhnya jalan balik yang harus gue tempuh untuk ke Thewet Pier, tapi rasa happy dan puas menghapus cape dan lapar gue sejenak. Thanks Jesus..finally, Vimanmek Mansion search is accomplished.

Thursday, February 18, 2010

09 Feb 2010 - Jalan Panjang Menuju Tiger Temple


Kirain masalah udah selesai, ternyata ngga. Baru beberapa menit mobil jalan, trus mampir lagi di restaurant village. Di sini kita ketemu sama beberapa turis laennya, yang gue asumsiin sebagai korban dari tur agent juga. Ternyata mobil yang nganterin ke sini, tujuannya bukan Tiger Temple, tapi entah kemana, ngantarin cewe - cewe bule yang belakangan masuk. Gue berlima lagi - lagi diturunkan dari mobil. Jam - jam segitu panasnya matahari udah bener - bener menyengat kulit gue...Tapi gue rasa nasib gue dan 4 orang peserta laennya mendingan, karna di sini masih banyak turis lainnya yang udah nungguin lebih lama.

Sialan banget nih tour agent, pengaturannya kacau balau. Kok berani - beraninya menelantarkan kliennya. Setelah itu kita berlima disuruh masuk ke sebuah mobil. Gak beberapa lama kemudian mobil udah full, sama wajah - wajah baru yang belum gue liat sebelumnya. Warna kulit boleh beda, ada yang merah, putih, kuning, item (dan gosong kayak gue.)..tapi wajah kita menunjukkan emosi yang sama....bingung, kesal, marah , lapar dan cape. Walopun mobil udah full, mobil ngga kunjung berangkat. Di situlah perut gue udah mulai terasa mual. Pusing. Panas banget...jam makan siang udah lewat, dan mobil masih menunggu tanpa kepastian.

Lalu seorang cewe yang kayaknya koordinator tour masuk ke mobil dan duduk di kursi paling belakang. Trus dia bilang, "Sorry....bla...bla...bla..." Kamprettt tuh orang....untung dia duduk jauh dari gue. Kalo deket pengen gue rasanya, saking keselnya gue.

Setelah sekitar 30 menit perjalanan, mobil berenti lagi. Kali ini untuk makan siang. Semua penumpang mobil yang isinya 15 orang dipersilahkan duduk di 1 meja makan. Di meja udah tersaji piring nasi seadanya dan beberapa piring lauk. Kalo diitung - itung, perbandingannya 3 piring kecil lauk (dengan menu berbeda) untuk 5 orang. Minim banget...padahal kita semua udah kelaparan. Udah gitu kebanyakan yang duduk di meja itu bule....porsi mereka jauh lebih banyak dari gue.

Kita pun makan dengan lahapnya...dan selama itu, rombongan - rombongan tour lainnya berdatangan. Restoran penuh. "Korban - korban lainnya nih..." pikir gue.

Selesai makan, mobil gue berangkat lagi, menuju River Kwai Bridge. Perjalanan sekitar 45 menit. Kondisi gue udah kurang enak saat itu. Walopun udah makan siang, rasa eneg dan pusing ngga hilang begitu aja. Perjalanan jadi semakin menyiksa. Udara panas, mobil yang sempit, dan...bule Italiano yang duduk di belakang gue ngga berenti - berenti ngobrol sejak dari restaurant village tadi. Gue makin pusing ngedenger suaranya yang bising.

Mobil berhenti lagi, di depan War Museum...si koordinator sialan bilang kalo group tour dipersilahkan masuk ke War Museum tersebut, tapi harus bayar masing - masing (40 bath), ato bisa juga langsung ke River Kwai Brigde dengan berjalan kaki ngga terlalu jauh dari War Museum.

Selain itu dia juga bilang, kalo nanti di Tiger Temple tuh ngga boleh pake baju warna merah, orange, ato warna mencolok lainnya...bajunya harus lengan panjang...ngga boleh pake celana pendek....Kalo mau beli baju ato celana panjang di Tiger Temple harganya bakal mahal banget....What ??! Kenapa pas gue bayar semalem di kantor Mama Tour ngga ada yang ngasih tau gue informasi sepenting itu ?! Jadi maksudnya, rombongan dengan kostum ngga memenuhi syarat harus belanja baju dan celana di River Kwai, gitu ??! Ternyata bukan gue doang, peserta yang lain pun ngerasa jengkel karena sebelumnya ngga dikasih tau soal peraturan baju itu.

Gue berusaha menyingkirkan sejenak kekhawatiran gue soal baju. Walopun hati gue agak gundah gulana juga....setelah perjalanan panjang yang penuh cobaan ini, jangan - jangan gue ngga boleh masuk ke Tiger Temple cuma gara - gara urusan baju.

Gue dan 4 orang lainnya (Ursula dari Austria, 2 orang USA dan 1 Canadian), korban sejak Damnoen Saduak tadi, ngga berminat buat ke War Museum, so kita langsung menuju River Kwai Bridge. Di atas jembatan inilah dibangun rel kereta api yang menghubungkan Thailand dengan Burma, dan dibangun pada masa Perang Dunia II. Foto - foto bentar, trus balik lagi ke War Museum.

Beberapa saat kemudian, mobil berangkat lagi...kali ini...akhirnya...menuju ke Tiger Temple. Perjalanannya lama, sekitar 1 jam lebih.

Tiger Temple dibanjiri mobil - mobil tour. Gue pun antri buat beli tiket masuk, 500 bath. Kata si koordinator tour baju gue "enough" alias cukup memenuhi syarat untuk masuk.

Tiger Temple di luar dugaan gue. Gue pikir tempatnya bakal hening, adem, tenang, kayak layaknya temple yang sering gue datangin. Tapi Tiger Temple lebih kayak hutan luas yang..alamakkk...gersang amatt...Di pintu masuk, langsung disambut sama hewan - hewan kayak sapi, rusa, babi hutan....ada unta juga. Mereka kayaknya dibiarkan hidup bebas di sini. Gue langsung ke area utama, tempatnya para harimau. Tiba di sana, turis udah lumayan membludak. Gue langsung ambil antrian untuk foto bareng harimau. Hanya foto reguler, karena kalo gue mo foto spesial, harus bayar lagi 1,000 bath. Wadduhhh...emangnya foto spesial sama harimau tuh kayak mana sih ?? Cakar - cakaran sambil berdarah - darah, gitu ??

Selama di barisan antri, para volunteer berseragam biru ngasih petunjuk. Ngga boleh pake topi, ngga boleh pake aksesoris, ngga boleh bawa tas ato apapun termasuk tas pocket kamera. Kamera harus dikasih ke petugas berseragam merah, karena merekalah yang akan memotret. Pas waktunya gue, seorang petugas menarik tangan gue, dan membawa gue ke salah satu harimau, dan gue dipersilahkan duduk dan membelai tuh harimau....Hikkzz...terharu sambil ngeri nih ...terharu karena baru kali ini bisa berdekatan dengan harimau dan ngelus - ngelus badannya...Unbelievable...tapi ngeri juga...karena ini harimau gitu lhooo !! Walopun dia lagi bobo siang, tapi tetep aja !! Sapa tau ngeliat bodi gue yang ndut, dia malah ngiler and jadi pengen snack siang !!

"What are you looking at ??"

Tiger bobo...ooohhh...tiger bobo..kalo tidak bobo digigit nyamuk...

"Aaarrrrgggghhh....!!! Look at my teeth !!"

Setelah itu petugas yang sama kembali menggandeng tangan gue dan mengajak gue ke harimau lainnya....Harimaunya lagi bobo juga...ampe gue ngga berani berisik, takut ganggu. Gue aja yang terganggu mulu tidurnya selama tinggal di Khaosan Road bisa naik pitam dan bertindak sedikit ekstrem...gimana kalo harimau marah gara - gara tidurnya terganggu ya ?? Dia pasti ngga perlu repot - repot banting pintu sekencang - kencangnya kayak yang gue lakukan...tinggal menerkam aja!

Sleep tide, big cat....

Abis itu, gue kembali dibawa ke harimau yang laen...yang ini kayaknya bandel, dia ngga sedang bobo siang. Dia bangun, dengan pandangan tajam dan waspada. Baru nyadar...kalo harimau tuh gede banget...even gue yang gendut gini terlihat mini kalo dibandingkan mereka. Setelah diajak berkeliling dari 1 harimau ke yang lainnya, gue keluar dari area.

Setelah itu gue ke area lainnya. Gue mendekat ke sebuah pohon dimana seorang biksu lagi 'maen' sama baby harimau. Lucu banget tuh harimau, bobonya harus pake bantal segala...gue foto - foto lagi disini. Abis itu gue liat - liat area lainnya....

Zzzz..zzz...Zzz..ZZzz...

Ini pengalaman luar biasa . Selama ini liat harimau cuma di TV ato di kebun binatang, tapi itu pun jarak jauh dan belum tentu selalu ada. Gue ngga bisa berhenti takjub sama Tiger Temple ini....bagi gue misterius banget hubungan antara harimau dan para biksu di sini.

Sebenernya posisi gue berada di tengah kontroversi yang ada . Ada yang mendukung, tapi ada juga yang mengutuk Tiger Temple. Tiger Temple dituduh memberikan drug kepada para harimau, dan membuat mereka tidak berdaya. Tiger Temple juga dituduh mengeksploitasi harimau, mencari keuntungan dengan mengatasnamakan perlindungan terhadap harimau. Tapi menurut para pendukung, Tiger Temple justru memelihara dan merawat mereka dengan baik dan penuh cinta, buktinya populasi harimau disini bertambah lebih banyak dari pada di kebun binatang atau tempat lainnya. Entahlah....

Hari makin sore dan udah waktunya pulang. Gue seneng banget karena hari ini gue bisa merasakan pengalaman baru dalam hidup gue. Begitu tiba di pintu keluar, lagi - lagi masalah terjadi. Group tour gue terlantar, ngga ada mobil. Ya ampuunn...berat amat jalan menuju Tiger Temple ini...ngga abis - abis masalahnya. Gue dan yang lainnya pun menunggu...dan menunggu....dan menunggu...kali ini si koordinator sialan itu bahkan ngga keliatan beredar. Tiba - tiba ada koordinator lain teriak, "One person to Khaosan !!"...langsung gue pamit dari group gue, dan lari ke mobil yang dia tunjuk. Ursula ngikut, jadi gue berdua masuk ke mobil yang penumpangnya ngga gue kenal. Yang penting mobil ini akan mengembalikan gue ke Khaosan, pikir gue. Di dalam mobil gue liat si cowo Canada dan pasangan USA, udah dapat tumpangan juga di mobil lain. Sisanya, masih tampak bengong ketakutan dan kesal, belum dapat tumpangan.

Perjalanan panjang ditempuh lagi, meninggalkan Kanchanaburi untuk kembali ke Bangkok, tepatnya ke Khaosan Road. Tiba di Khaosan, gue langsung ke hostel. Gue ngga sabar untuk mandi dan istirahat. Tapi gue ngga bisa istirahat lama - lama, karena gue ada janji sama Mandee, anak IBP. Dia dan temennya lagi makan di sebuah resto di Khaosan Road juga....gue pun ke sana ketemu mereka. Lumayan, akhirnya ada temen ngobrol sesama orang Indonesia.

Dari restoran itu, kita bertiga jalan menyusuri Khaosan Road. Heran...ngga ada abis - abisnya acara menyusuri Khaosan Road ini. Di tengah jalan kita berhenti, karna tertarik buat beli belalang goreng yang dijual di atas gerobak. Rasanya lumayan...asin dan gurih. Agak kriuk - kriuk karena terlalu garing. Setelah itu liat - liat lagi...dan gue pamit untuk balik ke hostel, karena udah pengen banget merebahkan badan lelah gue di kasur. Tiba di kamar, ngga lama kemudian gue tidur dengan pulasnya.

Gong Xi Fat Chai, everyone !

Wednesday, February 17, 2010

09 Feb 2010 - Floating Market Tour @ Damnoen Saduak

Bangun pagi lagi...semalem sebelum sampe hostel, mampir dulu di Mama Tour buat daftar dan bayar 1 day tour ke Floating Market di Damnoen Saduak plus Tiger Temple. So, pagi ini harus tiba di kantor Mama Tour sebelum jam 7. Tapi sebelum keluar hostel, gue sempet nyuci celana dulu di wastafel dan dijemur di jendela. Abis gimana lagi, semua celana gue (yang cuma 2 biji itu) udah kotor semua, sementara waktu gue masih lumayan panjang di Bangkok.

Tiba di Mama Tour, udah ada beberapa orang yang nunggu buat ke floating market (pasar terapung) di Damnoen Saduak juga. Kali ini mobil yang bakal ngantar gue ke sana agak kurang bagus, dengan AC sedikit error kayaknya. Damnoen Saduak jaraknya kurang lebih 110 km dari Bangkok, dan sepanjang perjalanan yang ditempuh sekitar 2 jam, gue tertidur dengan nyenyaknya .

Tiba di Damnoen Saduak, perahu - perahu kecil (tanpa mesin) sudah menanti. Gue pun naek ke salah satunya. Perahu inilah yang ngantarin gue dan group tour menyusuri pasar terapung ini. Seru juga sih...apalagi mengingat perahu yang gue tumpangin kecil, lebih mirip kayak sampan, jadi mudah terombang - ambing.

Gue pun tiba di pusat pasar yang diramaikan dengan perahu - perahu para pedagang dan turis lainnya. Padat banget, dan kalo gue perhatiin malah kayaknya banyakan perahu turisnya daripada pedagang. Saking padatnya sampe macet, ngga bergerak. Segala macam barang dijual di sini, makanan, pakaian, souvenir, sayur - mayur dan buah, serta barang lainnya. Gue cukup jadi penonton, karena ngga tertarik dengan apapun yang ditawarkan disini.

Walopun masih terbilang pagi, cuaca saat itu panas banget. Sebenernya setiap peserta tour dipinjemin topi anyaman bambu, tapi tetep ngga bisa ngelindungin dari teriknya sinar matahari pagi itu . Panas dan pegal, karena posisi duduk di perahu kecil ini agak ngga nyaman buat gue.

Trus, peserta tur diturunkan di sebuah pasar, dan dikasih waktu sekitar 45 menit buat liat - liat ato belanja di pasar itu. Sebenernya secara keseluruhan pasarnya ngga luas - luas amat, gue cuma butuh sedikit waktu buat berkeliling dan kembali ke tempat semula. Jam 11 siang, waktunya peserta kumpul lagi untuk melanjutkan perjalanan. Di sinilah kekacauan di mulai. Ternyata dari 9 orang yang ikut ke Damnoen Saduak ini, cuma 4 orang yang akan lanjut ke Tiger Temple (termasuk gue), dan sisanya akan kembali ke Bangkok. Gue jadi bingung, kok ada orang yang mau menempuh perjalanan 4 jam bolak - balik sekedar buat liat floating market kayak tadi.

Gue dan ketiga orang lainnya yang mau lanjut ke Tiger Temple pun disuruh turun dari mobil. Feeling gue udah mulai ngga enak nih...si sopir yang nganter ke lokasi ini pun belagak bego begitu dimintain informasi . Setelah nunggu beberapa saat, kita berempat disuruh naek mobil yang laen...dan dibiarkan menunggu beberapa lama...dan kita ngga tau, sebenernya nungguin apa dan siapa. Setelah itu masuk lagi cowo Canadian ke mobil. Kayaknya dia korban dari tour agent lainnya. Karena kita masih harus nunggu lagi, kita berlima ngobrol, dan udah mulai tenang karena tujuannya sama : Tiger Temple. Kemudian masuk lagi beberapa cewe bule. Setelah nunggu sekitar 30 menit, barulah mobil berangkat.


Monday, February 15, 2010

08 Feb 2010 - 1 Day Ayutthaya Tour

Hari ini gue bangun pagi. Kalo lagi bekpekeran gue emang rajin bangun pagi, karena gue ngga mo kehilangan waktu buat nyari lokasi - lokasi yang pengen gue kunjungi. Semalem tidur gue diganggu lagi...seperti biasa, tamu yang laen pulang sekitar jam 02.00 subuh, buka tutup pintu dengan gaduhnya, mandi dengan berisiknya, dan yang terparah lagi, gue denger seorang bule cowo asik ngobrol sepanjang subuh sama di Soison Sontoloyo....ngobrol ngga dilarang, tapi volume suaranya itu lhoo...kok bisa - bisanya ngga nyadar kalo itu bakal mengganggu tamu lain yang lagi bobo, yaitu GUE !!

Selama pengalaman tinggal di hostel/guest house ada hal penting yang gue pelajari : toleransi. Bahwa gue harus menghormati tamu - tamu lainnya, salah satu caranya dengan ngejaga ketenangan. Di sini gue belajar hal baru lagi : bahwa tinggal di dalam hostel murahan ngga boleh nuntut fasilitas mewah kayak di hotel mahal : rasa tenang. Jadi, harus bisa tahan banting menghadapi segala macem perilaku tamu lainnya. Baeklah...gue ikutin aturan maen disini. Pas gue bangun jam 05.00, gue keluar kamar, dan dengan sengaja dan kesadaran penuh, gue banting pintu kamar gue sekencang - kencangnya. Gue yakin, sengantuk - ngantuknya, ato semabuk apapun tamu yang ada di lantai gue, pasti akan kaget setengah mampus dan terbangun dari tidurnya. Begitulah seterusnya, tiap gue keluar masuk kamar, pintu harus gue banting dengan kencang. Puas.

Hari ini gue baru nyadar kalo gue meninggalkan 1 celana pendek jeans di Jakarta. Gawat...itu berarti gue cuma punya 1 celana sebetis, dan 1 celana pendek yang seharusnya buat tidur. Gue belum bisa ngebayangin gimana harus tinggal di Bangkok yang panas ini dengan 2 celana doang. Kayaknya kali ini gue bakal bener - bener jadi bekpeker gembel...baju seadanya...duit minimalis...modal nekad sama peta doang.

Sebelum jam 07.00 gue meninggalkan hostel. Di jalan, gue ngeliat Mama Tour Agent dipenuhi beberapa turis. Gue pun tergoda mampir, karena kayaknya gue berminat ambil paket tour aja. Ternyata rombongan yang sedang nunggu di Mama Tour pagi ini adalah tujuan Ayutthaya. Gue nanya ke pemiliknya apakah masih ada seat tersisa buat gue, ternyata ada. Jadi gue pun bergabung dengan tour dan membayar 500 bath.

Perjalanan ditempuh dengan minibus selama kurang lebih 2 jam. Perhentian pertama adalah Wat Pukhao Tong, yang artinya Golden Mount. Temple ini berdiri sejak 1569, dengan chedi bergaya Burmese. Yang unik dari temple - temple di Ayutthaya ini adalah prang - prangnya yang terbuat dari semacam bata merah. Di Wat Pukhao Tong ini, kayaknya pengunjung harus ekstra berhati - hati dalam melangkah, karena banyak kotoran hewan (anjing, sapi) dimana - mana...waspadalah..waspadalahh !!

Ada kebetulan yang unik lagi terjadi di hari ini. Dalam 1 group tour gue ada turis cewe asal Cina yang punya nama Cina Qixin, dan nama Inggrisnya Cherry juga. Lebih kebetulan lagi, hari ultahnya dia aja sama ama gue. Di Singapore gue ketemu sama Cherry Filipina dan di sini ada Cherry Cina. Unbelievable. Waktu nunggu di Khaosan Road gue udah ngobrol dikit sama dia, dan tiba - tiba begitu sampe di Wat Pukhao Tong dia bilang kalo gue mau dipotret, dia akan bantu. OMG....1 kekhawatiran gue lenyap. Yesus langsung ngejawab doa gue...salah satu yang bikin gue suntuk berbekpeker sendirian di Bangkok ini karena begitu banyak view keren dan gue takut bakal susah berpotret ria karena ngga punya partner. Dan sekarang...ada orang yang dengan sukarela menawarkan bantuannya, bahkan sebelum gue minta.

Wat Pukhao Tong yang megah

Tinggi dan curam...lumayan buat fitness di pagi hari

Favorit gue : laughing Buddha...minimal bikin gue tersenyum ngeliatnya

Lokasi kedua adalah Wat Thammikarat. Yang menarik buat gue, wat ini beda dengan wat - wat lainnya, karena bangunannya berupa pilar - pilar tinggi menjulang, terbuat dari bata merah juga. Di sini gue ketemu Reclining Buddha lagi. Dan yang unik, di sini banyak patung ayam jago, kayak coklat kesukaan gue jaman SD dulu, Coklat Ayam Jago.

Patung kepala Buddha raksasa

Megah

Kukurruyuuuuukkkk.... !!!

Reclining Buddha

Next destination, Wat Lokaya Sutha. Hhhmmm...jadi haru biru begitu tiba di sini , pas ngeliat patung Reclining Buddha (lagi) sepanjang 42 meter. Abisnya beberapa waktu yang lalu nonton acara Backpackernya TVOne, pas Yulika, hostnya, datang ke sini. Waktu itu walopun cuma ngeliat melalui layar TV tapi takjub amat...Bessaarrrrr......Ehhh, finally, gue bisa nyusul Yulika buat liat langsung patung ini. Hikzz...jadi terharu nih...

Dreamcometrue day.... inspired by Backpacker TV show

Reruntuhan prang di belakang Riclining Buddha

Lokasi berikutnya adalah ke Wat Maha That. Akhirnya bisa ngeliat dan foto di salah satu iconnya Ayutthaya, kepala Buddha di pohon Bodhi. Fotonya pernah gue liat di majalah National Geographic. Aturan untuk motretnya, boleh deket - deket ke pohon, tapi harus jongkok, ngga boleh berdiri, untuk menghormati patung Buddhanya.

Background keren...kostum gembel abieeszz !

Banyak patung Buddha tanpa kepala

Selesai dari Wat Maha That, group tour berangkat ke Ayutthaya Elephant Palace buat makan siang. OMG...mimpikah ini ?? elephant ? gajah ? Hari apa ini....kok gue bisa seberuntung ini ?! Beberapa impian gue langsung terwujud di hari yang sama. Impian bekpekeran ke Way Kambas kayaknya sedikit terbayar dengan berkunjung ke Ayutthata Elephant Palace ini.

Gue pun buru - buru menyelesaikan makan siang. Selain karena gue ngga ngerti menu apaan aja yang gue makan, gue juga udah ngga sabar untuk berkeliling lagi. Di lokasi yang sama ada beberapa wat, dan tentu saja, Elephant Palace.

Gue ama Cherry Cina pun ke Phra Mongkhon Bophit. Begitu masuk, langsung disambut dengan patung perunggu Buddha raksasa berukuran 9.55 x 12.45 meter, dalam posisi Subduing Mara.

Bessaaaarrr khann .... ?!

Setelah puas berkeliling di Phra Mongkhon Bophit, gue dan Cherry C lanjut ke Wat Phrasisanpeth.

Two Cherries in Wat Phrasisanpeth

Target berikutnya, adalah...eng..ing..enggg...Ayutthaya Elephant Palace !! Di sini gue langsung bayar 40 bath buat foto - foto sama baby elephant. Bisa juga kasih makan gajah - gajah dewasanya dengan bayar 8 bath per keranjang jagung. Pengunjung juga boleh ikutan elephant tracking, tapi gue ngga ikutan yang ini karena waktunya sempit.

Walopun ngga ikutan tracking tapi gue puas bisa ngeliatin gajah dari jarak deket...bisa ngasih makan secara langsung, bisa membelai gajah dan ngerasain rambutnya yang tajam kayak sapu lidi...finally, I meet my big buddies here !!

When krezi bekpeker meet her idol...happy moment !

Gajah banci kamera nih...doyan bergaya !

Me and my dear big buddy

Lunch time, everyone !!

Elephant Palace ini adalah tujuan terakhir, jadi setelah itu group tour pun kembali ke Khaosan Road. Sepanjang perjalanan pulang, senyum gue mengembang. Jarang - jarang gue bisa bengong dalam perjalanan jauh sambil senyam - senyum...pasti sopir di sebelah bakal mikir kalo gue sinting. Gue seneng dan puas banget dengan tour hari ini, sangat menikmati.

Begitu tiba di Khaosan Road, gue ngga langsung balik ke hostel. Gue ikut sama Cherry C nyobain naek kapal menyusuri Chao Phraya. Kita naek dari Chang Pier dan turun di Satorn Pier. Ongkos naek kapal jurusan Nonthanburi - Ratsingkhorn jauh - deket 13 bath. Turun di Satorn Pier langsung ke Saphan Taksin station buat naek BTS (Bangkok Mass Transit System). Gue harus bayar 25 bath untuk tujuan Sala Daeng Station.

@ Sala Daeng BTS Station

Sunset @ Payab pier

Di Sala Daeng Station gue pisah sama Cherry C. Gue balik ke Satorn Pier. Kali ini gue naek kapal lagi, tapi sengaja bablas sampe Payab Pier. Tadinya gue mo mentok sampe Nonthanburi, tapi karena kapal cuma ada ampe jam 7 malem, gue takut kehabisan kapal pulang. Gue naek kapal balik ke Chang Pier. Abis itu jalan kaki lagi ke Khaosan Road, tentunya ngelewatin Sanam Luang yang bau pesing lagi.

Seharusnya gue ngerasa cape dan lapar, mengingat padatnya kegiatan gue hari ini. Tapi ngga tuh, justru gue happy. Selain karna tur yang menyenangkan, hari ini gue juga udah mulai belajar transportasinya Bangkok, kapal dan BTS. Berarti hari - hari berikutnya petualangan gue bakal lebih seru, karena gue udah bisa mengandalkan transportasi umum yang ada...bukan cuma ngandalin transportasi pribadi gue : kedua kaki yang dekil dan malang.

Hari ini gue ngga ngerasain beban berat kayak kemarin. Hari ini gue menemukan lagi jiwa dan semangat bekpeker gue yang kayaknya sempet ngilang. Hari ini gue disadarkan lagi kalo gue ngga pernah sendirian, Yesus selalu menyertai gue, ngga perlu khawatir, ngga perlu takut . Mulai hari ini gue siap berpetualang di Bangkok lagi. Thanks, Jesus !