I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Saturday, October 20, 2012

Cerita Anjing : Dog House

Sejak akhir September yang lalu Bruncuz resmi memiliki rumah permanen sendiri. Ini adalah salah satu wujud keinginan gue untuk menyediakan tempat hidup yang lebih nyaman buat Bruncuz. Istimewanya, rumah Bruncuz berhasil dibangun atas kerja keras Mama dan Bapak.

Ide pembangunan rumah ini berawal karena kekhawatiran gue dengan kondisi rumah Bruncuz sebelumnya yang super alakadar di halaman belakang. Bruncuz memang ngga boleh masuk dan tidur di dalam rumah keluarga, namun gue tetap ingin Bruncuz punya teritori sendiri, dimana dia bisa mendapatkan kenyamanan ala rumah, di sepanjang siang dan malamnya. Ide ini sempat terpikir beberapa bulan yang lalu, hanya saja saat itu bagi gue mustahil untuk mewujudkannya karena terbentur ijin dari Mama.

Mama memang tidak menyukai anjing. Namun belakangan Mama banyak mengalah berkompromi, karena menyadari bahwa anjing adalah sahabat yang penting dalam hidup gue. Terlebih belakangan ini, dimana hari - hari gue dipenuhi dengan stres dan tekanan terutama dari pekerjaan. Mama tahu, Bruncuz banyak membantu dalam proses gue melepaskan diri dari stres. Rutinitas yang gue lakukan dengan Bruncuz banyak membantu gue agar relaks dan santai.

Setiap pagi dan sepulang kantor, gue akan menghabiskan beberapa saat di halaman belakang, bersama Bruncuz. Yang paling istimewa dari seekor sahabat anjing adalah betapa penat dan stresnya gue, dia takkan pernah bertanya, dan akan menunjukkan support dan perhatiannya dengan caranya sendiri. 

Karena waktu gue banyak dihabiskan di halaman belakang, dan karena Bruncuz adalah sahabat istimewa gue, Mama mengijinkan saat gue meminta dibuatkan rumah permanen untuk Bruncuz berukuran 1.5 x 1.5 meter. Di luar dugaan, Mama justru rela repot dan aktif untuk mengawasi pembangunan rumah Bruncuz dari awal hingga penyelesaiannya. Mulai dari mencari tukang, memilihkan bahan bangunan, dan menentukan model dan ukuran rumah. Ngga jarang gue lihat Mama dan Bapak berdiskusi serius mengenai proyek rumah Bruncuz ini. Kadang mereka bersilang pendapat misalnya mengenai bentuk pintu rumahnya, atau tipe keramik yang dipakai, atau lokasi rumah itu sendiri. Mama dan Bapak bagaikan manager proyek dengan tugas masing - masing, Mama yang mengatur segala sesuatunya, dan Bapak yang lebih bertanggung jawab di proses pengerjaannya bersama tukang. 

Suatu hari, saat keempat tembok rumah sudah terbangun, Mama kecewa bukan main melihat pintu rumahnya yang menurutnya menjadikan rumah menjadi seperti kuburan. Mama kesal karena pembuatan pintunya dilakukan saat Mama tidur siang, dengan kata lain, lolos dari pengamatannnya, dan hasilnya mengecewakan. Keesokan harinya, bentuk dan ukuran pintu sudah berubah. Mama yang terkejut melihatnya, puas dan senang dengan perubahan itu. Ternyata semalaman Bapak bekerja keras sendirian untuk mengubah bentuk pintu supaya sesuai dengan rencana Mama. Dedikasi Mama dan Bapak untuk mewujudkan istana untuk Bruncuz sungguh luar biasa.

Setelah seminggu, rumah Bruncuz pun berdiri dengan megah dan indahnya. Rasa senang gue bercampur dengan rasa haru, begitu melihat rumah yang jauh lebih indah dari yang gue bayangkan dan rencanakan.

Rumah Bruncuz yang megah itu adalah simbol rasa sayang Mama dan Bapak. Mereka mengenyampingkan rasa tidak sukanya terhadap anjing, dan berbalik mendukung gue untuk mewujudkan rasa sayang pada anjing. Dengan caranya yang unik mereka menyatakan bahwa apapun yang membuat gue bahagia, mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk mengejar dan memberikannya. Walaupun mereka kesal setiap kali melihat gue berinteraksi terlalu akrab dengan Bruncuz, namun mereka justru berusaha untuk membuat tempat bermain gue dan Bruncuz senyaman mungkin. 

Dan untuk Bruncuz sendiri, rumah ini adalah istana yang menyediakan kenyamanan dan kehangatan yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Sekarang gue ngga khawatir lagi dengan kondisinya sehari - hari, karena gue tahu Bruncuz sudah memiliki tempat perlindungan yang kokoh. Terima kasih Mama dan Bapak.

Wednesday, October 17, 2012

Terima Kasih Yesus Atas Doa Yang Terjawab

Hari ini gue senang bukan main. Akhirnya, kabar yang gue tunggu - tunggu beberapa hari terakhir pun datang di siang hari. Gue diterima kerja di perusahaan yang gue idam - idamkan selama setahun terakhir ini. Istimewanya, selain seluruh prosesnya berlangsung sangat cepat, anugerah ini datangnya juga ngga disangka - sangka. 

Gue sudah mengajukan pengunduran diri dari perusahaan tempat gue bekerja sejak akhir bulan lalu. Rencananya gue ingin berlibur, menenangkan dan menyenangkan diri beberapa saat, mungkin berkeliling Asia Tenggara selama beberapa minggu, lalu kembali ke Jakarta, dan mulai menata hidup lagi dengan mencari pekerjaan baru.

Ini bukan keputusan yang mudah dan bisa gue ambil dengan cepat. Banyak pertimbangan yang harus gue lalui, banyak kekhawatiran yang sering menunda keputusan gue. Namun, rasanya gue sudah terjebak dengan rutinitas bekerja yang semakin hari dipenuhi dengan stres dan tekanan. Gue senang bekerja, tapi ngga suka kalo pekerjaan membelenggu dan menekan gue. Di saat yang sama, gue dihinggapi rasa bosan bekerja. Ini mengejutkan, terlebih untuk Mama, karena selama ini anak perempuannya adalah sosok yang super aktif dan menikmati bekerja. Tapi fisik dan pikiran gue berkata lain....Gue ingin mengubah pola rutinitas gue...gue pengen bangun di siang hari....menonton televisi kapan pun gue pengen....memelihara dan bermain dengan banyak anjing...dan tentunya, liburan.

Belum genap seminggu yang lalu, gue menerima telepon dari seseorang yang gue kenal. Seseorang yang menilai kinerja kerja gue selama ini sangat positif dan menghargainya. Yang paling menarik, seseorang yang bekerja di perusahaan idaman gue. Dia sudah mendengar kabar pengunduran diri gue, dan hendak menawarkan sebuah posisi di perusahaan tempatnya bekerja. Gue cuma terkejut dan senang luar biasa.

Keesokan harinya, rangkaian perjuangan gue untuk meraih pekerjaan di perusahaan idaman pun dimulai. Wawancara demi wawancara....tes demi tes, termasuk tes kesehatan, pun gue lalui. Dan hari ini, seseorang yang baik hati itu menelepon dan bilang, "Selamat ya Cher...hasil kesehatanmu Obesitas, tapi kamu diterima kerja di sini...." Gue langsung berlari mencari arah aman untuk berbicara panjang lebar mengenai berita sukacita ini. Dia pun menutup pembicaraan dengan berkata, "Bekerjalah sehebat yang gue tahu selama ini Cher...bahkan kalau bisa lebih hebat lagi!".

Rasa bahagia dan bersyukur meluap - luap memenuhi hati gue. Gue langsung menelepon Mama. Mama adalah rekan seperjuangan gue selama pergumulan panjang beberapa waktu belakangan. Mama mendukung penuh saat gue mengundurkan diri. Mama setia mendengarkan keluh - kesah gue yang berhubungan dengan pekerjaan. Dan yang terpenting, Mama selalu mendoakan gue, termasuk selama proses berusaha untuk masuk bekerja di perusahaan yang baru ini. 

Ini adalah mukzizat dari Yesus. Lagi - lagi gue dibuatNya takjub. RencanaNya di luar perkiraan dan jauh dari apa yang gue pikirkan. Gue ingin istirahat sejenak dari rutinitas pekerjaan, namun Yesus menentukan lain. Setiap saat gue panjatkan doa pada Yesus, agar setiap usaha gue untuk mendapatkan pekerjaan ini dilancarkan dan diberkati. Gue juga selalu berdoa Novena Tiga Salam Maria. Ini adalah doa Katolik yang gue kenal sejak duduk di bangku sekolah dasar di Santo Markus. Doa yang selalu gue kumandangkan di saat gue memanjatkan permohonan - permohonan khusus....doa yang sangat menguatkan dan memberikan keyakinan bagi diri gue. 

Terima kasih Yesus...terima kasih Bunda Maria....sebuah langkah awal bagi perjuangan baru gue. Pastinya, sebuah anugerah yang sangat istimewa.

Saturday, October 06, 2012

Cerita Anjing : Daging Mentah vs Makanan Kaleng

Sejak memutuskan untuk bersahabat dengan Bruno alias Bruncuz, anjing rumah, gue berkomitmen untuk lebih memperhatikan kondisinya, terlebih urusan makanan. Selama beberapa tahun Bruncuz terbiasa makan makanan apapun yang diberikan Mama, Bapak atau Riko. Pastinya makanan sisa seadanya. Apa yang anggota keluarga makan, itulah yang akan dimakan oleh Bruncuz.

Kali ini gue berjanji, meskipun Bruncuz sudah cukup tua dari segi usia, urusan makanannya akan menjadi salah satu prioritas gue. Apalagi, Bruncuz adalah partner jogging pagi gue setiap hari. Ngga bisa diingkari, kebutuhan makanan Bruncuz harus dipenuhi, berhubung aktivitas barunya yang pasti membutuhkan sumber gizi seimbang. Awalnya gue membeli makanan daging olahan yang dikemas dalam kaleng. Agak susah untuk mengenalkan jenis makanan ini ke Bruncuz, mengingat pola dan jenis makanan selama kurang lebih 6 tahun terakhir. Sebagai 'snack' gue juga selalu memberikan Bruncuz keju.

Sebenarnya gue juga pengen beli biskuit khusus anjing, atau mungkin jenis makanan 'dry food'. Tapi gue ragu, apakah Bruncuz akan suka. Terlebih, apakah makanan tersebut memang baik dari segi kesehatan. Gue ngga nyaman dengan konsep 'dry food' karena menurut gue sangat jauh dari alami. Memang makanan yang praktis, dengan janji - janji mengandung segala macam jenis dan sumber gizi yang dibutuhkan oleh anjing. Tapi 'dry food' ini ada di urutan terakhir dalam daftar makanan yang ingin gue berikan buat Bruncuz.

Suatu saat gue nonton acara Dog 101 di channel Animal Planet, yang kebetulan membahas salah satu konsep makanan, yang sebenarnya sampai saat ini masih menjadi kontroversi, yaitu daging mentah untuk anjing. Gue tertarik dan sejak itu mencari - cari sumber informasi mengenai daging mentah ini melalui internet. 

Saat ini, Bruncuz secara rutin makan daging mentah atau setengah matang. Perubahan jenis makananBruncuz menuntut gue untuk lebih rajin dan bersedia menyediakan waktu extra. Misalnya, gue harus ke hipermarket yang menjual daging ayam segar setiap 3 hari sekali. Selain itu, untuk menyiapkannya pun dibutuhkan waktu ngga sedikit. Berhubung stok daging untuk Bruncuz gue simpan di freezer, otomatis gue harus memastikan saat waktunya Bruncuz makan, daging tersebut ngga dalam keadaan beku atau dingin. 

Ada 2 jenis daging yang gue kasih ke Bruncuz di setiap waktu makannya. Yaitu daging ayam mentah  bertulang (biasanya gue rendam di air matang terlebih dahulu selama beberapa menit supaya tidak terlalu dingin atau beku), kedua adalah daging sapi giling untuk campuran nasi. Untuk penyajiannya, gak perlu menambahkan garam, minyak atau bumbu lainnya. Nasi hanyalah salah satu makanan alternatif. Kadang Bruncuz terlalu bosan untuk melahap nasi, maka di saat  - saat seperti itu gue hanya akan memberikannya beberapa potong daging untuk disantap. Bagi Bruncuz, tidak pernah ada kata bosan untuk daging mentah. Dia akan melahap dagingnya dengan penuh nafsu dan semangat.

Melihat semangatnya Bruncuz makan, menghapus lelah dan repot gue. Gue sudah mulai melihat perubahan positif dari fisik Bruncuz. Menurut yang gue baca, daging mentah baik untuk kesehatan pencernaan, gigi, bahkan bulunya. Konsep ini banyak ditentang kalangan ahli. Menurut mereka, dengan menhidangkan daging mentah untuk anjing, si pemilik sama saja membiarkan salmonella, e-coli, dan bakteri berbahaya lainnya masuk ke tubuh anjing. Teori ini sedikit menakutkan buat gue. Tapi teori lain menentang, dan mengatakan bahwa sistem percernaan anjing tidaklah sama dengan manusia.

Jadi, sampai saat ini Bruncuz bertahan dengan makanan barunya, daging mentah. Tidak ada lagi makanan kaleng, atau keju. Walaupun masih ada sisa makanan kaleng yang gue belikan untuk Bruncuz sebelum mengenal konsep daging mentah, tapi gue memilih untuk membuangnya. Sebisa mungkin, selama masih dalam jangkauan pengamatan gue, Bruncuz tidak lagi makan produk kalengan yang pastinya mengandung banyak bahan pengawet, atau makanan manusia, yang ditambahi dengan bumbu dan garam. 

Dari segi biaya, menyediakan daging mentah memang sedikit lebih mahal. Setelah gue hitung - hitung, dengan harga daging sapi giling berkisar Rp. 7,000 - 8,000 per 100 gr, dan punggung atau sayap ayam sekitar Rp. 2,500 - Rp. 3,000 per potong, total biaya makan Bruncuz adalah sekitar Rp. 5,000an per harinya, belum termasuk nasi. Sampai sekarang gue masih merancang rencana penghematan biaya makan Bruncuz. Hal ini perlu gue lakukan karena sebentar lagi Bruncuz akan memiliki teman seekor rottweiler bernama Bernice yang gue adopsi dari Pejaten Shelter. Tentu saja tanpa mengurangi kualitas dan bobot makanan yang wajib gue berikan. Paling tidak dalam sehari Bruncuz harus mengkonsumsi makanan sebanyak 3% dari total berat tubuhnya.

Hal positif yang gue petik adalah gue menyadari bahwa memelihara anjing merupakan komitmen besar, dimana gue harus mau mengemban tanggung jawab untuk segala hal yang berhubungan dengan sahabat baru gue ini. Salah satunya urusan makanannya ini. Bruncuz adalah sahabat gue yang baik dan menggemaskan. Sahabat yang menerima gue apa adanya, baik gue dalam keadaan ngga punya duit, sedih, atau stress sekalipun. Jadi, sebisa mungkin, gue berjanji akan merawat Bruncuz. That what friends are for, right ?