I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Friday, January 25, 2013

Mr. Freak, Pendengkur Sakti dan Si Celana Dalam

Tinggal di dorm room adalah bagian dari kisah bekpekeran gue. Ini adalah pengalaman yang lebih kaya rasa, karena banyak hal bisa terjadi. Berbagi kamar dengan beberapa orang lainnya, baik pria maupun perempuan, dengan segala keragamannya akan selalu menghasilkan pengalaman yang bisa jadi seru, lucu, atau menyebalkan.

Untuk trip kali ini ke Vientiane, Laos, gue menginap di mix dorm room yang terdiri dari 16 ranjang, di Vientiane Backpacker Hostel. Gue tertarik untuk reservasi di tempat ini karena review yang gue baca di hostelbookers.com. Dari segi lokasi, hostel ini sangat strategis. Dengan harga hanya sekitar USD 5 per malam, gue merasa mendapatkan lebih dari yang gue harapkan. Kamarnya lumayan luas dan bersih, dengan 16 bunk bed, 1 AC, dan 2 kipas angin.

Saat gue check in, kamar gue sepertinya sudah full. Gue menempati ranjang nomor 8 yang letaknya di bawah, dekat dengan jendela. Penghuni yang menempati ranjang di sebelah gue namakan Mr. Freak. Gue merasa gerak - geriknya yang selalu tampak tegang, kikuk, dan canggung itu agak ganjil. Tentu saja, karena gue selalu beransumsi bahwa orang yang tinggal di hotel atau hostel berarti sedang berlibur...lalu kenapa ada orang yang tampak tegang dan stress seperti itu berkeliaran di hostel...tepatnya ada di sebelah ranjang gue. Sore tadi gue melihat dia tampak serius memandangi langit - langit ranjangnya. Gue sampai penasaran dan mencuri cara untuk melihat apa yang ada di langit - langit ranjangnya.Tentu aja ngga ada apa - apa selain ranjang penghuni yang tinggal di atasnya karena itu merupakan bunk bed alias kasur tingkat.

Malam itu gue sedang asyik duduk di lantai sambil mengerjakan jurnal, daftar pengeluaran uang di hari itu. Mr. Freak masuk ke kamar dan nampaknya bersiap - siap untuk tidur. Mula - mula dia melepaskan kemejanya. Saat itu mungkin gue sedang mencatat pengeluaran untuk internet dan telepon internasional hari itu. Setelah itu gue melihat Mr. Freak bersiap - siap untuk membuka celana panjangnya. Dengan spontan gue langsung membalikkan arah pandangan gue ke pintu masuk. Gue mungkin nampak berhasil menutupi rasa kaget dan bingung dengan kesibukan gue membuat jurnal...5,000 Kip untuk pop corn...orang yang aneh...50,000 kip untuk makan malam....memangnya dia mau tidur dalam keadaan telanjang ??....35,000 kip untuk beli bandana...kenapa dia harus pilih kasur di sebelah gue ??? Jurnal selesai, dan gue merebahkan badan lelah di ranjang.

Segalanya tampak menyenangkan sampai ketika ketenangan tidur gue terganggu oleh suara dengkuran yang maha dahsyat kencangnya. Sebagai orang yang terbiasa tidur di dorm room seharusnya telinga gue cukup terlatih untuk tahan dengan berbagai suara berisik di saat  tidur...tapi kali ini, suaranya terlalu bising dan mengganggu. Dengkuran ini berhasil membangunkan gue dari tidur yang seharusnya nikmat dan nyenyak. 

Gelap. Gue ngga tahu dari ranjang mana suara dengkuran itu berasal. Mr. Freak ternyata juga terbangun dan dalam kegelapan pun gue tahu dia merasa gelisah dan terganggu dengan suara dengkuran. Gue bahkan bisa mendengar dia menggumam sesuatu...pasti mengeluh. Gue mencoba menutup telinga dengan bantal, namun sia - sia karena suara dengkurannya terlampau keras, dan sebuah bantal tipis bukan tandingannya. 


Di pabrik tempat gue bekerja, ada prosedur dinamakan noise mapping untuk mengukur tingkat kebisingan di area kerja tertentu. Apabila tingkat kebisingannya berada di level tertentu, karyawan yang bekerja di area tersebut direkomendasikan menggunakan earplugs atau earmuffs, demi menghindari resiko atau bahaya bagi karyawan, baik untuk jangka waktu pendek maupun panjang. Suara dengkuran yang sedang gue dengarkan saat ini jika diukur pasti berada di level kebisingan maksimal. Gue bingung dengan kompleksnya suara yang gue dengar, dan gue sampai berkesimpulan bahwa si pendengkur pasti memiliki masalah THT serius.

Dalam gelap, gue melihat bayangan seseorang melewati ranjang gue, dan beberapa detik kemudian membuka pintu kamar. Gue pikir, penghuni yang barusan lewat itu pasti salah satu korban yang terpaksa terbangun gara - gara suara dengkuran yang belum jelas dari mana asalnya. Di saat itu, gue pasrah tidak akan bisa melanjutkan tidur. Gue lihat jam, 2.30 pagi. Gue pun bangkit dan hendak meninggalkan kasur. Di saat itulah gue terkejut bukan main karena ternyata si pendengkur sialan tidur di ranjang sebelah gue. Jelas aja suara dengkurannya nyaring terdengar ! Jadi, di kamar ini gue tidur di antara orang aneh dan pendengkur sakti....gue adalah orang paling beruntung sedunia!

Kali ini gue menghadap ke arah lorong kamar, ke ranjang - ranjang lain yang ada di seberang gue. Di saat itulah si penghuni yang tadi meninggalkan kamar kembali. Meskipun gelap, namun berhubung mendapat sedikit cahaya lampu dari rumah sebelah, gue bisa melihat si penghuni tersebut ketika melewati gue. Dan lagi - lagi gue harus terkejut. Seorang lelaki dengan santai melintas dengan hanya mengenakan celana dalam....bukan celana pendek, melainkan celana dalam. Di saat gue menahan rasa dingin dengan mengenakan celana panjang, kaos kaki, jaket dan selimut, orang ini berjalan kesana kemari hanya dengan celana dalam. Sekonyong - konyong gue merasa sedang tersesat di negeri kumpulan orang - orang aneh. 

Si Celana Dalam mendekat ke jendela, dan membukanya. Untuk apa orang membuka jendela pada jam 2 pagi ? Lagian dia mengharapkan pemandangan apa dengan membuka jendela, karena jendela tersebut hanya menghubungkan dengan tembok rumah sebelah. Lalu gue melihatnya berbalik ke arah pintu...lalu kembali ke jendela....lalu ke arah pintu lagi...dan gue ngga tahu kemana lagi dia melangkah. Gue mencoba untuk menutup mata dan melanjutkan tidur. Walaupun tidak senyenyak yang gue harapkan, tapi gue berharap paling tidak badan gue bisa beristirahat sejenak.

Saat pagi menjelang dan gue hendak ke kamar mandi, gue menemukan botol bir di dekat kasur si Pendengkur Sakti. Di ranjang gue berjejer botol - botol air mineral...sementara si Pendengkur Sakti membawa botol bir ke dalam kamar....dalam keadaan tumpah hingga membuat genangan kecil.

Bukan hanya kegaduhan di tengah malam, hal - hal lain yang belum biasa gue liat pun kadang bikin gue tertawa. Misalnya di kamar ini ada yang meletakkan sepatu bootnya yang sebenarnya kotor, tepat di kasur yang akan ditidurinya. Mungkin bootnya itu memiliki nilai histori yang luar biasa, atau si pemilik membelinya seharga trilyunan rupiah sampai - sampai dia tidak rela meninggalkan di pintu luar, seperti penghuni - penghuni lainnya. Di hari berikutnya Mr. Freak menjemur dan menggantung celana dalamnya di langit - langit kasurnya. Jadi, di saat gue merebahkan kepala di bantal, celana dalam itu posisinya hanya beberapa jengkal saja dari mata gue. Bukan pemandangan yang biasa, namun bukan pula istimewa. 

Seperti gue bilang tadi, tidur di dalam kamar hostel adalah pengalaman yang seru, dan juga menantang. Tidak kalah menantang dibandingkan kehidupan gue di siang harinya saat harus menjelajah setiap jalan - jalan di kota, hanya bermodalkan peta. Tinggal di kamar juga memerlukan perjuangan tersendiri. Berjuang untuk sanggup bertoleransi kepada penghuni kamar lainnya, dan merasa nyaman di tengah kondisi yang tidak biasa.