I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Wednesday, April 29, 2020

Cerita Karantina : Tontonan ala Karantina

Model : Kuningyellow

29 April 2020, hari ke 44 karantina

Selama menjalani masa work from home, atau karantina di rumah, waktu luang gue jadi segudang, yang kadang bikin membosankan. Untuk mengusir rasa bosan, gue biasanya mencari hiburan - hiburan online. Secara, pengunaan internet selama masa karantina bukan main borosnya untuk support laptop supaya bisa terkoneksi dan bisa kerja dari rumah, jadi, urusan pengeluaran internet udah ngga perlu diperhitungkan lagi. Intisarinya, internet adalah segala - galanya di masa karantina ini.

Gue ngga berminat untuk nonton serial drama atau film, karena enggan mendedikasikan waktu dan pikiran/emosi gue too much, untuk mengikuti kisah fiksi semata. Jadi di saat kebanyakan orang saat ini begitu keranjingan nonton drakor, seperti yang lagi happening sekarang, The World of The Marriednya Netflix, dan lain sebagainya, gue punya genre kesukaan sendiri. Kesukaan gue adalah program - program reality show-nya TLC yang menurut gue menarik banget dan membuka pikiran dan memberikan gambaran dan informasi seluas - luasnya mengenai kisah dan perjalanan hidup manusia di belahan dunia lainnya.

Acara - acara kesukaan gue ngga selalu dari TLC sih, ada juga dari channel - chnanel lain. Berhubung TV berlangganan gue ngga bekerja sama dengan TLC, cara gue mengakses program - program tersebut adalah melalui video - video Facebook dan juga Youtube. Ini list program kesukaan gue, yang cukup membantu gue mengusir kebosanan selama masa karantina :  

My 600-lb Life
Ini program mengenai perjuangan dan transformasi orang - orang obesitas (di Amerika Serikat) yang berat badannya mencapai 600 lb (info aja, 1 kg = 2,2 lb/pound. Jadi, 600 lb = 270 kg an) atau lebih dalam mengurangi berat badannya secara signifikan agar bisa mendapatkan kehidupan normalnya kembali, dan menjalani aktivitas sehari - hari dengan normal. Perjuangan mereka untuk berdiet, agar bisa mencapai target dan mendapat approval untuk menjalani prosedur bedah bariatrik maupun bedah pengurangan kelebihan kulit (pengencangan kulit pasca berkurangnya berat badan) dari dr. Nowzaradan (dokter spesialis bedah vaskuler dan bariatrik), sampai dengan bagaimana mereka berjuang untuk survived dan tetap berkomitmen dalam program penurunan berat badan, terekam dengan detil dan apa adanya, yang ngga hanya melulu soal fisik namun juga mental dan emosional mereka. Dalam video berdurasi 1 - 2 jam, gue bisa menyaksikan kisah mereka yang didokumentasikan oleh TLC selama period 1 - 2 tahun.

90 Days Fiance
Ini programnya TLC juga, reality show mengenai pasangan - pasangan warga negara Amerika Serikat dengan non Amerika Serikat yang berjuang untuk menyatukan cinta (caelahh!) mereka dalam sebuah pernikahan, dengan segala rintangan yang harus mereka hadapi dengan segala perbedaan yang masing - masing pasangan miliki. 

Kenapa 90 hari ? Karena ini berhubungan dengan Visa K-1 atau Visa Tunangan, yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat, yang berlaku selama 90 hari. Jadi, pasangan berwarga negara AS harus mengajukan dan mengurus Visa K-1 terlebih dahulu untuk pasangannya yang berasal dari negara lain, agar bisa masuk ke Amerika Serikat. Begitu Visa K-1 dikabulkan, dan pasangan warga negara non AS masuk dan tinggal di negara AS, keduanya memiliki waktu maksimal 90 hari untuk menikah. Jika sampai masa 90 hari berakhir dan pasangan tersebut tidak menikah, maka pasangan warga non AS harus meninggalkan AS segera. Namun jika dalam 90 hari hubungan keduanya langgeng dan berakhir dengan pernikahan, maka proses imigrasi berikutnya adalah pengajuan permanent resident atau Green Card bagi pasangan non AS. Mungkin yang bikin program ini menarik untuk gue pribadi, karena pekerjaan gue sehari - hari yang berhubungan dengan visa dan mobility. Sedikit banyak gue mendapatkan ilmu dan pencerahan mengenai visa di negara lain.

Kata kunci 'Green Card' tadi, yang bikin di sepanjang program ini, stigma 'negatif' sering diberikan kepada pasangan non AS, karena beberapa dari mereka dianggap sengaja mengincar pasangan berwarga negara AS demi mendapatkan Green Card yang merupakan tiket emas untuk bisa tinggal dan bekerja di Amerika Serikat, negeri sejuta impian dan harapan, dan lain sebagainya, bagi banyak orang di seluruh dunia.

Program ini menarik banget buat gue karena sangat complicated. Kadang pasangan - pasangan tersebut kenal di online dating platform, yang bikin perjuangan mereka selama 90 hari untuk saling mengenal dan menyesuaikan diri dengan perbedaan lingkungan, tradisi, budaya dan prinsip, jadi terasa dramatis banget. Ada juga kisah - kisah dimana pasangan warga AS ternyata menjadi korban scammer atau catfishing dari orang - orang iseng di belahan dunia lain yang hendak mencari keuntungan (biasanya finansial) semata. Dan tentunya urusan visa K-1 dan Green Card, kadang menjadi sumber masalah sendiri. 

Dianxi Xiaoge
Gue ngefans banget sampai subscribe channel youtubenya segala. Channel ini mengenai food youtuber, food vlogger, bernama asli Dong Meihua yang menggunakan nama alias Dianxi Xiaoge. Dianxi sendiri diambil dari nama daerah di Yunan, dan Xiaoge artinya 'adik laki-laki'. Dianxi Xiaoge mulai membuat video - video singkat untuk memperkenalkan produk - produk yang berasal dari  Yunan, diikuti dengan video masakan - masakan khas Yunan. Bahan - bahan yang digunakan untuk memasak pun didapatkan dari peternakan atau perkebunan setempat, atau bahkan dari alam liar yang terdapat di area pedesaan di Yunan. Keseluruhan content videonya, dimulai dari mengambil bahan makanan langsung dari alam, mengelolanya baik untuk disimpan untuk kemudian hari ataupun langsung dimasak, sampai dengan menikmati hasil masakan bersama keluarga besarnya, adalah tontonan paling menenangkan dan menyehatkan untuk pikiran. Bintang yang ngga kalah menarik di channel  Youtube Dianxie Xiaoge adalah Dawang, anjing Alaskan Malamute milik Dianxie yang super lucu dan menggemaskan.

Dr. Pimple Popper
Selain channel Youtube Dianxi Xiaoge, gue juga men-subscibe channel-nya dr. Sandra Lee alias dr. Pimple Popper, supaya di sela - sela kebosanan karantina, gue bisa melihat hiburan yaitu proses removal komeda atau jerawat ala dr. Pimple Popper. Sebenarnya dr. Lee  bukan hanya dokter spesialis kulit yang ahli dalam mengatasi masalah jerawat pasiennya. Di program TV dan Youtubenya, dr. Lee juga membagikan video ketika menangani operasi kista ganglion, tumor jinak, lipoma dan sebagainya. Tapi karena kebanyakan content videonya terlalu 'seram' buat gue pribadi, jadi gue pilih content - content 'ringan', yaitu pengangkatan jerawat dan komedo - komedo parah.

Tiny House Hunting dan Income Property
Kedua program ini gue ikutin di Channel Lifetime, alias masih bisa gue tonton di TV. Gue selalu tertarik dengan program - program make over rumah/propertinya AS karena buat gue, skill dan vision mereka mengenai pembangunan rumah dan design tuh kayaknya berada di level advanced banget. Buat gue yang awam ini, nontonnya jadi asyik dan sangat menarik.

Serial Drama DAAI TV
Saat gue lagi pengen nonton drama yang menentramkan pikiran, berdasarkan kisah nyata, dan inspiratif, ngga norak dan absurd, gue akan tonton channel DAAI TV. Di masa - masa pandemi Covid - 19 begini, dimana TV dan internet setiap saat dipenuhi dengan berita - berita mencekam seputar Covid - 19, terkadang gue memilih mencari kenyamanan dalam keserderhanaan serial - serial drama ala DAAI TV. Serial yang sering gue tonton misalnya Ketika Gladiol Bersemi, Menelusuri Lorong Batin, Naskah Hidupku, Mantri Super dan lainnya. 

Durasi penayangannya gak terlalu panjang, dan yang jelas setiap episodenya bukan menjual adegan - adegan dramatis picisan kayak jambak-jambakan, mata melotot yang di zoom-in/zoom-out atau semacamnya. Meskipun gue ngga mengikuti setiap episode terus - menerus dan secara urut, kapan pun pas gue nonton episode manapun, gue bisa tetap menikmati dan mengikuti jalan ceritanya. 

Listnya sebenarnya masih panjang, tapi beberapa di atas adalah yang paling sering gue tonton dan akses, dan menjadi sumber hiburan selama gue menjalani masa-masa karantina yang panjang ini.

Wednesday, April 22, 2020

Cerita Karantina : Bye Piknik, Hello Refund !



Kondisi selama pandemi Covid-19 bikin gue harus 'puasa' traveling sejenak dan merelakan beberapa tiket AirAsia dan juga voucher hotel yang udah gue beli sejak tahun lalu, untuk digunakan di tahun ini. Untungnya masing - masing provider memfasilitasi pengembalian dana dengan mekanisme masing - masing sih.

Yang pertama pemberitahuan datang dari Traveloka. Tahun lalu pas ada program promo 'Traveloka Epic' gue membeli beberapa voucher hotel, karena bermaksud pengen staycation di hotel - hotel di kawasan Bogor. Ada satu voucher terakhir yang mestinya bisa gue gunakan untuk menginap di Hotel Royal Bogor tanggal 1 Mei nanti, tepatnya di hari libur nasional, Hari Buruh. Setelah mengirimkan email pemberitahuan ke  gue bahwa hotel tersebut tidak akan menerima tamu selama pandemi Covid - 19 berlangsung, beberapa hari kemudian gue dihubungi oleh seorang Traveloka officer yang hendak membahas mekanisme pengembalian uang gue. Singkatnya, dalam waktu beberapa hari saja, uang gue kembali ke rekening. Mulus.

Selain itu, gue juga harus memproses refund untuk pembelian tiket AirAsia. Tahun lalu saat AirAsia mengadakan program promo gue membeli beberapa tiket. Jadwal terdekat adalah untuk tanggal 8 Mei 2020 dari Jakarta ke Kuala Lumpur (pp). AirAsia menawarkan dua mekanisme. Yang pertama : penggantian jadwal keberangkatan, maksimal sampai dengan tanggal 31 Oktober 2020, namun kali ini 'bonus'nya, pemilik tiket berhak mengubah jadwal keberangkatan beberapa kali (biasanya perubahan jadwal hanya diperbolehkan satu kali), dan tanpa biaya tambahan. Mekanisme kedua, credit account, yang bisa digunakan selama 365 hari ke depan. Mekanisme kedua ini lebih praktis dengan masa penggunaan lebih panjang. 

Sebenarnya gue pribadi lebih milih mekanisme pertama, mengingat tiket yang gue beli harganya murah banget (sekitar Rp. 310,000 untuk tiket pulang pergi). Kalau ngga promo, gue agak kesulitan membeli tiket baru dengan 'modal' credit account segitu. Sayangnya jadwal penggantian jadwal keberangkatan dibatasi maksimal sampai 31 Oktober 2020 doang. Gue ngga perlu tiket baru sampai dengan periode itu, karena gue udah beli beberapa tiket AirAsia untuk 2020 sejak tahun lalu. Andaikan bisa gue gunakan untuk Desember 2020, karena kebetulan gue belum ada rencana akhir tahun....

Mau ngga mau gue memilih mekanisme kedua. Berhubung AirAsia sudah tidak memiliki layanan call center lagi, gue pun menghubungi AirAsia melalui AVA (AirAsia Virtual Allstar), portal berupa chatbot untuk melayani permintaan atau pertanyaan pelanggan AirAsia. Gue sengaja memulai chat sekitar jam 10 malam, karena menurut pengalaman gue, menghubungi AVA di jam - jam normal (pagi, siang, sore), susahnya bukan main untuk terhubung dengan officernya. Dalam waktu singkat, proses klaim credit account pun selesai, dan gue langsung menerima email konfirmasinya. Namun gue masih menemukan kendala. 

Ketika membeli tiket AirAsia tersebut untuk gue dan Ony, gue melakukannya terpisah. Pertama gue membeli satu tiket pp untuk gue, lalu menyelesaikan pembayaran. Kemudian, gue melakukan transaksi untuk pembelian tiket Ony. 'Strategi' ini emang kadang gue gunakan saat pembelian promo AirAsia, karena seringnya ketika gue membeli dua tiket sekaligus, tidak tersedia. Jadi gue harus melakukan dua kali transaksi, dengan kondisi ada perbedaan jadwal keberangkatan (jam) antara gue dan Ony. 

Saat proses credit account untuk tiket atas nama gue, semua berjalan cepat dan mulus. Namun herannya untuk tiket Ony, proses gue ditolak dengan jawaban otomatis "My apology to inform you this, but at the moment we will only give the credits to the traveling guess OR to the person who had paid the booking. Chat with me again if you reached out to the persons I mentioned beforehand!" Bingung....padahal gue kontak AVA dari akun AirAsia gue, yang gue gunakan saat pembelian tiket. Dan, gue melakukan pembayaran juga melalui akun ini, dengan kartu debit atau kredit atas nama gue. Sayangnya, AVA chat ini bukan dioperasikan oleh orang. Jadi, komunikasi yang bisa dilakukan sangat ngga fleksibel, sudah ditentukan menu - menu topiknya. Jadi ngga jelas kalau mau nanya hal yang spesifik kemana. Mungkin akan gue coba lagi lain waktu. Selain itu gue juga akan mengirimkan pesan pribadi ke akun - akun sosmed AirAsia (IG, Facebook). 

Sejauh ini dampak pandemi Covid-19 terhadap hobi traveling gue, baru ke tiket dan voucher hotel yang gue sebutkan di atas. Untuk jadwal terdekatnya lagi, di bulan Juli 2020 gue juga sudah memiliki tiket AirAsia lainnya, dan juga tiket Citilink tujuan Silangit, Sumatera Utara untuk Mama. Semoga pandeminya segera berakhir semoga segala rencana yang sudah dibuat bisa berjalan normal kembali. Dan juga ngga ada kerepotan untuk proses refund atau semacamnya.

Friday, April 17, 2020

Cerita Karantina : Kucing


Sejak mulai menjalani Work From Home tanggal 17 Maret 2020 karena kasus Covid-19, ada hal baru yang mengisi keseharian gue selama di rumah, yaitu empat ekor anak kucing yang hadir di rumah gue dengan cara misterius.

Gue sebut 'misterius' karena tiga dari empat kucing ini, muncul di teras rumah gue begitu saja, di saat mereka masih sangat kecil, gue rasa berusia beberapa minggu saja. 

Gue bukan penyuka kucing, ngga pernah pelihara kucing juga, dan bahkan selama ini gue pikir gue adalah 'anti kucing' garis keras. Gue ngga suka melihat kucing, menyentuh atau sekedar mengelus bulunya, bahkan berada di dekat kucing pun bikin gue ngga nyaman. Tapi kehadiran  empat anak - anak kucing secara mendadak dan bertahap di rumah gue, mau ngga mau bikin gue harus sedikit 'berkompromi'. 

Di awal WFH, ada seekor kucing jantan bersama anaknya yang masih sangat kecil, tiba-tiba menjadi penghuni teras rumah gue. Tentunya gue merasa terganggu, karena gue ngga rela teras gue jadi tempat tinggal permanen keduanya. Tapi karena ngga tegaan terhadap hewan, gue beberapa kali (kalo sempat) ngasih makan ke keduanya. Gue pikir, keduanya ngga bakal mendapatkan makanan dari lingkungan sekitar (tetangga). Perlahan namun pasti, si ayah kucing meninggalkan teras rumah gue, termasuk anaknya sendirian. Si ayah kucing masih kerap berkeliaran di lingkungan sekitar, sepertinya tinggal di salah satu rumah tetangga.

Di suatu pagi, saat gue membuka pintu rumah, tiba-tiba si anak kucing berwarna hitam putih ini langsung loncat masuk ke dalam rumah, tepatnya mendarat di kaki gue, sambil mengeong - ngeong dengan histerisnya. Untuk gue yang ngga pernah menyelami dunia perkucingan, gue beransumsi si anak kucing menangis karena kelaparan. Gue pun menyiapkan makanan seadanya. Si anak kucing langsung makan dengan lahap dan beringasnya.


Si hitam putih menjadi penghuni tetap teras rumah gue. Gue menyediakan makan dua kali sehari berupa nasi dan ikan lembek dan juga susu cair, dengan harapan anak kucing tersebut akan segera bertumbuh besar dan dewasa, dan akan meninggalkan rumah gue. 

Minggu berikutnya, di suatu pagi saat gue membuka pintu rumah. Dari jarak beberapa meter dari pintu rumah, gue melihat dua anak kucing yang sepertinya masih sangat kecil tanpa ditemani oleh kucing dewasa, berjalan ke arah rumah gue. Mereka tampak tertarik untuk mampir karena saat itu si kucing hitam putih sedang menikmati sarapannya. Ketika kedua anak kucing kembar ingin nimbrung, gue pun menghalau, berharap kedua bayi kucing tersebut mengerti bahwa kehadirannya tidak diharapkan (oleh gue). Karena gue ingat 'kata-kata bijak' bahwa sekali seekor kucing diberikan makan, dia ngga akan mau meninggalkan rumah atau orang yang menyediakan makan tersebut. Dan gue harus menampung tiga bayi kucing di rumah gue ? No way lhaaa ! Si kembar ini menghabiskan sepanjang harinya di teras rumah gue. Sementara gue yang sepanjang hari bekerja dari ruang tamu dan memandangi kehadiran mereka, ngga berdaya mencari cara mengusir mereka. Dan keduanya menjadi penghuni tetap teras rumah gue, bergabung dengan seniornya, si hitam putih.


Minggu berikutnya, seperti biasa, di pagi hari gue akan menyediakan makan untuk...sekarang menjadi tiga anak kucing. Setelah itu gue masuk ke ruang tamu untuk menyalakan laptop dan mulai bekerja. Menjelang jam 10 pagi, gue keluar menuju teras untuk melakukan rutinitas selama masa WFH yaitu berjemur. Setiap kali gue keluar untuk berjemur, biasanya anak - anak kucing itu akan langsung mengikuti gue dan berkumpul di sekitar gue. Kalau gue duduk menggunakan kursi kecil, ketiganya akan berkumpul di bawah kursi. Menurut gue insting kucing beda dengan anjing. Kucing ngga sensitif siapa yang menyukainya atau ngga, mereka akan datang ke siapa aja dengan sikap manjanya. 

Dan pagi itu gue kaget dengan dahsyatnya karena yang mendatangi gue bukan tiga anak kucing, melainkan empat !! Tadi pagi waktu gue memberikan makan ketiga anak kucing lainnya, gue ngga melihat keberadaan si anak kucing berwarna kuning ini. Gue heran...si kuning ini super kecil. Kemana induknya ? dari mana dia tiba - tiba muncul ? siapa yang bawa ke rumah gue ? Ngga ada jejaknya. Gue ngga ngerti dengan dunia kucing. Setahu gue, induk hewan apapun akan sangat posesif dan protektif terhadap anak yang baru dilahirkannya. Kok ini anak masih kecil bisa 'lari' dari induknya dan berkeliaran jauh dari pantauan?

Namun kali ini, gue menyikapinya dengan lebih cuek...atau lebih tepatnya, pasrah. Gue pikir, biarlah mereka tinggal di teras rumah gue, dan gue akan menyediakan makan secukupnya, dan lagi - lagi berharap dalam waktu singkat keempatnya akan berusia cukup dewasa untuk memulai petualangan hidupnya sendiri, dan meninggalkan teras rumah gue. Dan tugas gue selesai. 


Meskipun gue ngga menyukai kucing, tapi yang pasti gue ngga akan tega membiarkan anak - anak kucing tanpa induk ini menderita kelaparan. Dan karena gue terbiasa memelihara dan merawat anjing sepanjang hidup gue, gue pun akan merawat keempatnya ngga setengah - setengah. Gue harus rela mengesampingkan 'ketidaksukaan' dan 'keasingan' gue akan kucing dan dunianya, tapi yang jelas, keempat anak kucing ini harus tetap dirawat dan diberi makanan. 

Sekarang di rumah gue menyimpan stok ikan, makanan kering dan basah khusus kucing. Gue bahkan menyimpan stok obat cacing, karena seorang teman memberikan advice begitu mencurigai sepertinya salah satu atau beberapa dari kucing - kucing ini menderita cacingan. Gue menyiapkan tempat tidur empuk seadanya tempat mereka bisa berkumpul di malam hari. Gue juga menyediakan tempat minum, dan beberapa piring untuk mereka masing - masing, yang akan gue cuci bersih setiap kali selesai digunakan. Hal - hal yang ngga pernah gue sangka akan gue lakukan....terhadap kucing. 

Baru - baru ini, salah satu dari si kembar, mati. Hari itu kebetulan gue ke kantor, dan baru pulang malam hari. Hanya tiga kucing berkumpul menyambut kedatangan gue dan Ony. Meskipun sedikit khawatir tapi gue berusaha berpikir positif bahwa mungkin dia di'pinjam' tetangga untuk dijadikan 'mainan' malam itu. Kalau gue ngga di rumah, keempat kucing ini memang akan meninggalkan teras dan asyik bemain - main ke sana kemari. Sampai esok sorenya, si kembar ngga muncul, dan gue tergerak untuk mencari ke sekitar lingkungan rumah gue, tepatnya ke arah sebidang tanah kosong dengan rerumputan ngga terawat. Dalam sekejap, mata gue tertuju ke suatu titik, dan di situ gue melihat bangkai si kembar. 

Seumur - umur baru kali ini gue sedih melihat kucing mati. Beberapa minggu terakhir ini, gue berkompromi dengan ketidaksukaan gue akan kucing, dan fokus untuk menyelamatkan keempat anak kucing yang mendadak datang ke teras rumah gue, ke kehidupan gue. Gue berhasil mengubah cara berpikir, bahwa ngga penting gue suka atau tidak suka, anak - anak kucing ini tidak boleh mati kelaparan atau karena telantar. Dan itu adalah tugas gue untuk merawat mereka. Dan ketika salah satu dari mereka mati, di usia yang masih kecil seperti itu, terlebih gue ngga pernah tahu apa yang terjadi dan menimpa si kembar, rasanya usaha gue selama ini sia - sia.

Sekarang tinggal tiga anak kucing tersisa: si hitam putih, si kembar (belang) dan si kuning. Everything happens for a reason. Meskipun gue masih bertanya - tanya bagaimana anak - anak kucing ini bisa sampai di rumah gue, tapi keyakinan gue, ngga ada yang namanya 'kebetulan'. Saat ini kondisinya gue mampu untuk merawat mereka, dan di luar dugaan gue, kepedulian gue terhadap hewan ternyata cukup panjang dan lebar sampai gue bisa berkompromi 'berbagi' dengan beberapa kucing sekaligus. Semoga semua mahluk berbahagia !