I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Wednesday, January 07, 2015

Gue dan Si Pesawat Merah

Musibah yang menimpa si pesawat merah (AirAsia) QZ8501 adalah duka yang mendalam untuk semua orang. Gue khususnya bersimpati pada seluruh anggota keluarga penumpang, termasuk kru penerbangan itu yang telah menjadi korban. Gue berharap semoga proses evakuasi dan investigasi atas tragedi ini berjalan lancar dan transparan.

Untuk gue pribadi, tragedi ini cukup bikin shock dan menimbulkan beberapa kekhawatiran :

Pertama, pasti akan semakin susah buat gue minta ijin ke Mama dan keluarga ketika akan traveling.  Belakangan ini, setiap menitnya, Mama dan keluarga seakan - akan dijejali dengan berbagai berita, baik yang akurat maupun simpang siur, yang faktual maupun penuh spekulasi, yang relevan maupun ngga nyambung. Pastinya rasa ngeri dan takut semakin merasuki pikiran mereka. Padahal sebelum ada tragedi ini setiap kali minta ijin, Mama pasti akan histeris disertai ngomel, menyesali betapa panjangnya langkah gue. Apalagi sekarang...

Dalam beberapa hari ke depan gue akan kembali melakukan perjalanan menggunakan AirAsia, yang gue persiapkan untuk hari ulang tahun gue tahun ini. Dan ketika gue bilang ke Mama semalam, dengan lesu Mama cuma mengeluh sambil geleng-geleng kepala, "Ngga ada berhentinya saraf Mama tegang gara - gara kau, Cher...."

Kedua, secuil kekhawatiran yang berasal dari gue sendiri. Pasalnya, cuaca buruk adalah faktor utama terjadinya musibah yang menimpa QZ8501. Dan gue akan bepergian tidak lama lagi, dimana kondisi cuaca nampaknya masih begitu - begitu saja.

Karena hampir semua sahabat dan kerabat gue tahu bahwa gue adalah pengguna setia AirAsia, belakangan ini gue banyak menerima nasihat, "Hati - hati naik AirAsia..." Gue ngga ngerti kewaspadaan seperti apa yang harus gue lakukan setelah tragedi ini. Apakah setiap akan bepergian, gue harus menelepon call center AirAsia atau mendatangi kantornya langsung dan mengajukan berbagai pertanyaan seperti...

"Hari ini AirAsia sudah dapat info resmi soal cuaca dari BMKG ato blom ?"
"Lalu, sudah dilakukan briefing antara pilot dan FOO ?"
"Ada ijin resmi dari pihak otoritas Indonesia kalo AirAsia bisa terbang hari ini ?"
"Semua prosedur keselamatan sudah dijalankan sesuai standard dan aturan yang berlaku, khan ?"
"Kondisi pilotnya gimana ? Fit ?"
"Kira-kira pesawat kita akan selamat sampai tujuan ato ngga ? Kalo pasti selamat, saya ikut nih !"
Dan pertanyaan - pertanyaan ngga lazim lainnya..........

Yang bisa dilakukan oleh pengguna jasa maskapai pesawat seperti gue tentunya hanyalah berdoa, menenangkan diri, pasrah, berpikiran positif dan tetap menikmati perjalanan.

Ketiga, tragedi ini akan mempengaruhi nasib maskapai langganan gue ini, misalnya apabila hingga berdampak pada masalah perijinan maskapai tersebut. Di samping itu, kemarin gue udah mulai mendengar mengenai (rencana) Kementerian Perhubungan untuk memberlakukan kebijakan meniadakan tiket murah, dengan alasan peduli keselamatan. Ini berita super buruk buat gue.

Padahal AirAsia dengan promo tiket - tiket murahnyalah yang telah 'membantu' mewujudkan impian - impian berpetualang gue, tepatnya sejak awal 2009 hingga kini. AirAsia bagaikan sahabat karib yang sudah membukakan pintu untuk karyawati bergaji pas - pasan seperti gue untuk 'terbang' dan melihat dunia luar. Hubungan manis gue dengan AirAsia sudah menghasilkan puluhan tiket perjalanan dengan harga sangat terjangkau yang pernah gue beli baik untuk gue pribadi maupun sahabat dan keluarga, bahkan stok tiket sampai akhir tahun 2015 ini.

Gue mencoba men-trace riwayat 'hubungan' gue dengan AirAsia (melalui email konfirmasi yang pernah gue terima dan slalu gue file). Daftar tiket di bawah hanyalah tiket - tiket yang gue beli untuk gue sendiri. Dan dari seluruh tiket tersebut hanya kurang dari 5 tiket yang akhirnya gak digunakan, karena gue kehabisan cuti....atau ada urusan kantor...atau malas (bekpeker gembel bisa juga malas traveling ternyata!).....


Di samping itu juga ada 'bunga-bunga' indah yang menghiasi perjalanan hubungan manis gue dengan AirAsia, misalnya ketika gue memenangkan kuis See The Paintball WorldCup Asia 2011 yang akhirnya menerbangkan gue ke Langkawi untuk pertama kali dengan akomodasi ditanggung AirAsia.


Dan juga ketika gue memenangkan kuis Moovment 2011 with Far* East Movement and DJ Earworm yang menghadiahkan gue 2 buah VIP tiket untuk menonton konser Far*East Movement. Tapi yang ini ngga gue gunakan....karena konsernya di Kuala Lumpur, dan gue kebetulan baru balik dari Langkawi saat itu. Dan alasan utamanya, karena gue gak kenal band ini sama sekali....cuma tertantang untuk memenangkan kuisnya aja saat itu....

 
Ironisnya, justru belum ada maskapai nasional yang bisa memberikan 'peluang' yang sama untuk petualang bermodal minimalis kayak gue. Belum ada maskapai nasional yang bisa menawarkan tiket dengan harga terjangkau (baca: murah banget !), namun di saat yang sama juga memberikan keyakinan rasa aman bagi penumpang. Maksudnya, setiap kali membeli tiket AirAsia, ngga pernah sedikit pun terbersit di pikiran dan hati gue bahwa "Berhubung ini tiket murah, jadi pasrah aja kalo ngga selamat. Kalau selamat, syukur...kalo gak, ya wajar...maklumlah, tiket murah....Banyak-banyak berdoa aja..." Gue, dan semua pembeli tiket promo di seluruh dunia pun pasti setuju kalo keselamatan jiwa raga di atas segala - galanya, dan ngga mau mengambil resiko sedikit pun yang mengancam keselamatan pribadi, hanya karena tergoda tiket murah semata.

Sebagai orang awan, tentunya gue ngga ngerti yang namanya prosedur keselamatan yang standard dalam penerbangan, baik administrasi maupun teknisnya. Namun yang jelas, pengalaman terbang dengan si pesawat merah selama puluhan kali dalam sekitar 5 tahun terakhir, bikin gue memiliki kepercayaan bahwa maskapai ini peduli pada keselamatan gue (meskipun harga tiketnya murah). Intinya, kabar pelarangan promo tiket murah itu, bagai tragedi buat kiprah bekpekeran gue.

Bersama kru AirAsia di Langkawi
Apakah gue kapok dan tidak akan menggunakan AirAsia lagi ? Ngga. Karena gue berusaha bersikap realistis bahwa kecelakaan ini adalah bencana yang tidak diharapkan dan di luar kendali manusia. Semua terjadi atas kehendak-Nya. Bukannya ingin bersikap sok jagoan, namun yang jelas, musibah ini ngga membuat nyali gue untuk berpetualang melemah atau hilang.

Dan gue bukan hendak men-judge kebijakan Pemerintah. Namun gue berharap semoga kebijakan apapun yang muncul pada akhirnya nanti, semoga Yesus akan tetap berpihak pada petualang gadungan berkaki panjang dan bermodal pas-pasan seperti gue.

No comments :