I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Monday, November 02, 2015

Sekeping Kenangan Beijing (Hari Kedua) : Tiananmen Square, Forbidden City dan Jingshan Park


 13 Oktober 2015.

Hari kedua di Beijing...agak sedikit sedih dan merasa bersalah....karena hari ini Rico ulang tahun, dan gue jauh dari rumah. Padahal selama ini gue pantang traveling kalau ada anggota keluarga yang berulang tahun, atau ada acara - acara penting kayak Natal dan Tahun Baru.

Awalnya di hari kedua ini pengen ke Mutianyu Great Wall, namun kondisi fisik gue belum siap. Kemarin gue kecapean dan kurang tidur, ditambah secara mental masih belum siap. Pengalaman kemarin, bertahan di jalanan, apalagi tersesat di Beijing ini berat banget. Terlebih jika gue musti keluar kota, Mutianyu, pasti tantangannya berlipat-lipat kali.

Lagian pagi ini gue agak telat bangun, sementara kalau mau ke Mutianyu Great Wall, targetnya gue harus bangun jam 05:00 pagi, karena bus ke sana akan berangkat dari terminal jam 07:00. Entah terminal mana...gue masih harus pelajari rutenya lebih lanjut nanti.

Jadi hari ini gue rencanakan untuk mengunjungi Tiananmen Square dan Forbidden City. Ya Yesus....tiap kali dengar dan bilang "Forbidden City", rasanya masih belum percaya, gue akhirnya akan menginjakkan kaki di sana sesaat lagi....

Sebelum ke Dengshikou Station, gue mampir dulu ke warung bakpau di Dengshikou Street, untuk membeli sarapan. Sebenarnya gue antara merasa iba dan salut sama diri sendiri. Dalam sekejap gue bisa membiasakan diri dan merubah pola makan. Jadi beginilah yang akan gue lakukan sampai hari terakhir gue di Beijing ini. Di pagi hari sebelum ke Dengshikou Station gue akan mampir untuk membeli bakpau dan jagung rebus, kadang ditambah somay, lalu melahap semuanya. Kemudian gue akan berpetualang seharian penuh, dan baru kembali ke Dengshikou area di malam hari, dan menyantap makan malam.

Peta rutinitas sehari-hari
Warung bakpau, somay dan jagung rebus

Kesimpulannya adalah gue ngga pernah makan siang. Alasannya, karena kebiasaan buruk saat traveling, gue  ngga pernah mau urusan perut mengganggu langkah gue. Maksudnya, di siang hari, tepatnya di jam-jam makan siang, bisa dipastikan gue sedang berada di suatu tempat wisata tertentu. Dan kadang sulit bagi gue mencari tempat makan di tempat-tempat tersebut. Kalaupun ada, harganya lumayan selangit. Sebagai gambaran, seporsi makan sederhana jika berada di tempat-tempat wisata paling murah 45 Yuan belum termasuk minum. Berhubung gue dengan nekadnya datang ke Beijing membawa uang sangat minimalis, maka gue harus mensiasati masalah ini. Caranya dengan sarapan sekenyang-kenyangnya di pagi hari, dan makan sepuasnya di malam hari. 

Tubuh gue cukup hebat dalam menyesuaikan diri terhadap kondisi dompet. Di pagi hari gue akan cukup puas dan kenyang hanya dengan makan 2 buah bakpau (jangan bayangkan bakpau di Jakarta, yang ini ukuran kecil), 1 buah somay, 1 buah jagung rebus, dan kopi. Kadang gue akan membeli biskuit atau jagung rebus untuk bekal makan siang. Kalau Mama tahu pasti akan ngomel sejadi-jadinya dan berteriak histeris, "Kalau kau cuma mau jadi gembel dan cari penyakit, bagusan ngga usah kau keluar negeri segala!!" 


Tiananmen Square

Kembali ke petualangan gue hari kedua ini, untuk menuju Tiananmen Square sangat mudah. Mula-mula gue naik kereta Subway dari Dengshikou Station menuju Dongdan Station untuk berganti Subway ke Line 5, yang akan mengantar gue sampai Tiananmen East Station. Tiba di sana, lagi-lagi gue lihat Tiananmen sudah dipenuhi oleh pengunjung. Untuk masuk ke kawasan Tiananmen Square, pemeriksaan terhadap pengunjung serta barang-barang pribadi yang dibawa, cukup ketat. 

Begitu akhirnya tiba di Tiananmen Square, tepatnya di hadapan bangunan megah bertembok merah dengan foto Mao Zedong berukuran super besar terpampang di temboknya, ingatan gue langsung kembali ke masa-masa kuliah dulu, ketika gue pernah menonton video demonstrasi besar-besaran yang terjadi di Beijing pada tahun 1989, dimana seorang pengunjuk rasa berdiri dengan gagah dan beraninya menghadang barisan tank yang bergerak ke arahnya. Itu aksi dan video yang fenomenal yang bahkan sampai sekarang gue masih dan akan tetap ingat.

Mundur lagi sebelum peristiwa demonstrasi 1989 yang berakhir menjadi insiden berdarah itu, Tiananmen Square adalah tempat di mana Mao Zedong untuk pertama kali memproklamasikan berdirinya negara Republik Rakyat Cina pada tanggal 01 Oktober 1949. Jadi, Tiananmen Square ini adalah bagian penting dari sejarah Cina.


Gue pun membeli tike tiket masuk Tiananmen Square seharga RMB 15. Di sini pengunjung bisa memasuki Mausoleum Mao Zedong, dimana jenasah Mao Zedong, sang pendiri negara Republik Rakyat Cina, disemayamkan. Tentunya pengunjung ngga bisa menyaksikan jenasah pimpinan partai komunis tersebut.

Hal agak lucu dan menarik yang sering gue saksikan di tempat-tempat wisata di Beijing ini adalah peraturan 'tidak boleh memotret' yang banyak diberlakukan, salah satunya di dalam Mausoleum Mao Zedong ini. Namun, peraturan seperti ini sepertinya biasa dilanggar oleh pengunjungnya.

Jadi, di dalam bangunan mausoleum terdapat penjaga yang berkostum super keren kayak di film - film Hongkong : rambut wet look, berjas hitam, sepatu mengkilap, serta berkaca mata hitam. Sepanjang waktu penjaga berteriak-teriak penuh amarah kepada para pengunjung, karena rata-rata hampir semuanya justru sibuk memotret. Ajaibnya, sepanjang waktu juga para pegunjung bersikap cuek bebek seperti mengacuhkan peringatan sang penjaga yang meskipun tampak keren namun menakutkan karena diliputi amarah itu....potret - memotret berlanjut terus. Dan penjaga pun yang entah karena putus asa, atau karena ada keperluan, atau pergantian shift, justru menghilang. Tugas mulianya digantikan oleh penjaga lainnya, yang serta-merta berteriak-teriak lagi mengingatkan para pengunjung untuk tidak mengambil gambar, dan lagi-lagi diacuhkan oleh para pengunjung....yang entah tidak mendengar atau pura-pura tidak mendengar peringatan sang penjaga.


Forbidden City

Setelah melewati Tiananmen Square, lokasi berikutnya adalah....Forbidden City !!! Antrian tiket Forbidden City panjang bukan main, dan gue berada di antrian kurang lebih 30 menit, demi membeli tiket masuk seharga 60 Yuan. Secara administrasi, tempat ini dinamakan juga Palace Museum. Bagi gue, sampai kapan pun gue akan menyebutnya Forbidden City, alias Kota Terlarang, karena di telinga gue terkesan puitis dan misterius banget.

Disebut sebagai 'Kota Terlarang' karena memang seperti layaknya kota di dalam kota, merupakan komplek istana pada masa Dinasti Ming dan Dinasti Qing, seluas 72 hektar. Pada masa kekaisaran, hanya para keluarga kerajaan serta tentara yang diperbolehkan memasuki lokasi istana. Tanpa seijin kaisar, rakyat biasa dilarang memasuki lokasi kerajaan. Karena itulah disebut istana / Kota Terlarang.

Mengenai namanya yang indah dan puitis, gue menyimpan rasa kagum akan nama-nama istana atau bangunan atau ruang yang ada di tempat-tempat bersejarah di Cina. Misalnya di Forbidden City ini, yang memiliki sekitar 8,000 ruang, yang masing-masing memiliki nama, dan bagi gue nama-namanya unik, indah, dan itu....puitis sekali, misalnya : Palace of Longevity and Health (Soukhang gong)....Hall of the Supreme Principle (Taiji dian)...Palace of Compassion and Tranquility (Cining gong)....Palace of Eternal Longevity (Yongshou gong)...dan lain sebagainya.

Dengan bangunan-bangunannya yang megah dan penuh detil indah serta menawan, ditambah nama-namanya yang ngga kalah indah dan sangat filosofis, menurut gue Forbidden City menjadi bukti dan peninggalan nyata betapa tingginya kebudayaan dan cita rasa seni yang dimiliki bangsa Cina.

Diperlukan stamina yang prima, stok makanan melimpah, sepatu jalan yang mendukung, serta kamera dengan kapasitas tak terhingga untuk bisa menjelajahi Forbidden City. Karena luasnya bukan main dan setiap elemen terlalu indah untuk dilewatkan. Selain itu, mungkin dibutuhkan waktu minimal 4-5 jam agar puas mengeklsplorasi Tiananmen Square dan Forbidden City...sekali lagi, ini berasa menjelajahi sebuah kota kecil. Ciri khasnya, ini adalah kota yang sangat indah dan kaya nilai seni dan sejarah, jadi ketika melewatinya ngga mungkin cuma melengos doang...Pasti para pengunjung, termasuk gue, dibuat takjub luar biasa atas keindahannya.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Jingshan Park

Meskipun gue udah super kelelahan sehabis mengeksplorasi Tiananmen Square dan Forbidden City, disertai rasa lapar yang menggebu-gebu, tapi gue ngotot untuk lanjut ke Jingshan Park, yang posisinya hanya perlu menyeberang jalan dari pintu keluar Forbidden City. Alasannya, karena gue berusaha semaksimal mungkin untuk mengatur jadwal dan rute petualangan harian gue sesistimatis mungkin. Maksudnya, Jingshan Park ini kan ada dalam satu area (yang berdekatan) dengan Tiananmen Square dan Forbidden City....jadi misi gue hari ini adalah menyelesaikan eksplorasi tempat-tempat wisata yang ada di kawasan ini.

Gue ngga bisa menjadwalkannya ke lain hari, karena jadwal gue sejak kemarin sudah mundur, jadi bisa dibilang gue ngga ada slot kosong lagi sampai hari terakhir di Beijing ini *sok sibuk*

Sebenarnya untuk menjelajah dan menikmati keindahan Jingshan Park ini diperlukan energi dan waktu yang ngga sedikit. Karena selain luas, Jingshan Park ini memiliki 5 puncak, yang tiap puncaknya sayang untuk dilewatkan, tapi untuk mencapainya harus meniti anak tangga yang cukup panjang....alias melelahkan.

Meskipun kaki gue udah super lelah dan nyeri kesakitan, tapi gue tetap memaksakan diri untuk mengeksplorasi Jingshan Park ini. Modalnya selain tekad dan rasa ingin tahu yang dahsyat, juga jagung rebus sebagai sumber karbohidrat dan tenaga, yang gue beli di dekat pintu masuk Jingshan Park tadi.
 
 

Jadi hari ini gue berhasil mengunjungi Tiananmen Square, Forbidden City, serta Jingshan Park. Dalam hati gue memberikan tepukan tangan yang paling keras ditambah salam hormat sambil sujud tiga kali untuk diri sendiri, diiringi suara terompet membahana serta tarian kemenangan, karena berhasil mengunjungi ketiga tempat ini dengan menggunakan alat transportasi umum, dan tanpa menggunakan paket tour atau semacamnya. Bahkan misi gue untuk bukan sekedar 'mengunjungi' pun terwujud, karena gue memberikan waktu seluas-luasnya untuk diri sendiri untuk mengeksplorasi tempat-tempat tersebut dan memuaskan rasa penasaran yang terpendam selama ini.
 
Lelahnya.... ? Jangan ditanya....jangan ditanya juga gimana rasa nyeri luar biasa pada kedua telapak kaki gue. Tapi kepuasannya ? Tak terlukiskan...semua impian masa kecil, mengenai lokasi-lokasi indah ala film kungfu jaman dulu yang terekam sempurna di benak gue, akhirnya hari ini bisa gue lihat langsung dengan mata kepala sendiri. Makasih Yesus!

No comments :