I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Wednesday, May 28, 2014

Suatu Siang di Vihara Dharmakaya


Hari Minggu (25 Mei 2014) kemarin gue kembali ke Bogor. Selain untuk mengikuti kebaktian pagi di Gereja Zebaoth, juga untuk refreshing, setelah minggu melelahkan yang gue lalui sebelumnya.

Setelah gereja, tentu saja langkah kaki gue ngga jauh dari urusan kuliner. Setelah perut terisi penuh, gue berusaha mencari ide lain untuk mengisi waktu, berhubung saat itu masih terlalu dini untuk kembali ke Jakarta. Gue teringat keinginan gue untuk mengunjungi beberapa klenteng atau vihara yang ada di Bogor. 


Vihara pertama yang gue kunjungi adalah Vihara Dhanagun. Dari sini, setelah sempat berhenti di Gang Aut terlebih dahulu untuk menikmati bakso gepeng, gue menuju Vihara Dharmakaya yang ada di Jalan Siliwangi, Sukasari. Suasana di dalam vihara sepi dan tenang. Saat itu tak ada pengunjung, jadi tidak ada ritual sembahyang. Penjaga yang duduk di teras vihara menyambut dan menyapa dengan ramah. Dan gue pun meminta ijin untuk memasuki vihara untuk sekedar melihat - lihat. 


Memasuki ruangan vihara, gue disambut altar Dewi Kwan Im yang ada di ruang terdepat dari bangunan utama. Selain itu terdapat meja atau altar abu lainnya yang sejujurnya gue ngga mengerti altar - altar tersebut dipersembahkan untuk siapa saja. Namun yang menarik, semua tersusun rapih, teratur dan bersih. Sekonyong - konyong gue merasa sangat beruntung mendapatkan kesempatan berada di tempat itu. Bayangkan, vihara tersebut tadinya adalah sebuah rumah kuno yang pastinya berusia sangat tua, namun tetap berdiri kokoh tanpa banyak renovasi. Selain itu, barang - barang yang ada di dalamnya pun, terlihat jelas tua dan antik.

Saat itu, di vihara yang berdiri di atas lahan 2,000 meter itu gue hanya menemui 2 (dua) orang yang menjaga vihara. Saat gue memasuki ruang berikutnya di mana terdapat meja abu dan terdapat beberapa foto hitam putih seorang wanita, dua ekor anjing yang keduanya bernama Bleki menghampiri gue. Gue duduk di lantai, menikmati kedamaian yang gue rasakan sejak memasuki vihara, ditemani oleh  duo Bleki yang salah satunya mirip seekor rottweiler.

Vihara ini memiliki sejarah panjang. Dari hasil browsing, gue menemukan cerita bahwa rumah yang kini menjadi bangunan vihara tadinya milik seorang Nyonya tanah yang tinggal di Kwitang bernama Teng Oen Giok. Ny. Teng Oen Giok mendedikasikan tanah ini kepada seorang wanita bernama Ma Suhu Tan Eng Nio, beliau inilah yang mengurus dan mengelola vihara. Ma Suhu meninggal tahun 1950an dan saat ini, gue duduk tepat di sebelah meja abunya.


Meskipun vihara ini merupakan bangunan tua dan sepi penghuni saat itu, namun gue ngga ngerasa takut atau kesepian. Gue justru takjub, betapa tempat ini menyuguhkan rasa damai bagi pikiran gue, dan membuat gue betah di sana. Gue tinggal di situ setelah sekitar 2 jam. Dalam hati gue berjanji akan kembali kemari, meskipun bukan untuk bersembahyang, namun jika diijinkan, gue akan kesini.

Ngga butuh waktu lama, di hari Selasa (27 Mei 2014) tepat di hari libur Maulid Nabi, gue kembali menginjakkan kaki di vihara ini. Kedatangan gue kembali disambut ramah oleh kedua penjaga. Kali ini gue masuk lebih dalam, karena saat itu gue hendak mencari Bleki yang kebetulan dirantai di area belakang. Area ini berada terpisah dari bangunan utama, dan merupakan salah satu dari keseluruhan bangunan tambahan berbentuk L yang terdiri dari dapur, ruang menonton, ruang - ruang lainnya dan ada 2 (dua) meja abu, kalau ngga salah.
Untuk gue yang hidup di tengah hiruk pikuk Jakarta dengan segala rutinitasnya yang semrawut, vihara ini adalah oase. Sepi dan tenang sepanjang saat. Jika ada suara yang timbul, pastinya itu suara gue yang sedang asyik bermain - main dengan kedua Bleki.

Semoga vihara ini tetap dijaga dan dilestarikan. Melihat setiap detil dari barang - barang yang ada di dalamnya, vihara ini kaya akan nilai sejarah. Meskipun bukan penganut agama Buddha, namun vihara ini adalah tempat istimewa di mata gue, dan sampai saat ini masih menimbulkan tanda tanya besar di hati dan pikiran gue, mengapa gue begitu menikmati dan merindukan keheningan yang ada di dalamnya.

No comments :