I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Thursday, April 24, 2014

Kontemplasi di Keheningan Gereja Ayam Bogor

Sejak gue bertekad mewujudkan keinginan untuk mencari dan mengunjungi gereja- gereja tua yang ada di Jakarta dan sekitarnya, gereja pertama yang gue datangi adalah GPIB Zebaoth di Bogor. Gue senang dengan apapun soal gereja ini, bangunannya, sejarah panjangnya, terlebih lokasinya. Lokasinya yang ada di dalam lingkungan Kebun Raya Bogor dan berdampingan dengan istana Bogor, rasanya memberikan keindahan tersendiri. Bahkan namanya, Zebaoth, pun mempunyai arti yang menarik : bala tentara. Di atas itu semua, lagi - lagi sosok 'ayam' yang berdiri tegak di puncak menaranya adalah daya tarik tersendiri.

Sang fenomena : si ayam
Menurut sejarah, pembangunan gereja ini dimulai sekitar tahun 1920. Jadi, sebenarnya dibandingkan dengan beberapa gereja tua yang sudah gue kunjungi di Jakarta, mungkin Zebaothlah yang paling 'muda'. Usianya 'baru' menginjak hampir seratus tahun.

Mungkin terdengar basi, namun keinginan gue untuk datang ke gereja ini sudah ada sejak lama. Sayangnya bertahun - tahun silam, sepertinya gue terperangkap pada stigma, "Gue bukan jemaat gereja itu, jadi rasanya aneh dan canggung untuk ke sana."  Gue sepertinya lupa, bahwa sudah sejak balita gue menjadi jemaat pendatang sejati.

Gue terdaftar dan dibaptis di sebuah gereja HKBP di kawasan Kebayoran, lalu sejak usia sekolah minggu hingga SMP gue adalah warga jemaat HKBP Toko 28, Kramatjati. Memasuki masa SMA dan kuliah, gue "menumpang" lagi dan menjadi bagian dari jemaat gereja HKBP Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. Setelah gue bekerja hingga akhir tahun 2013, gue rutin beribadah di gereja GPIB Gideon, Kelapa Dua Depok. Di awal tahun 2014 ini, seiring dengan progresif dan kuatnya keinginan gue untuk melakukan sesuatu di luar rutinitas dan menemui hal - hal baru, gue bagaikan belalang yang hinggap dari satu gereja ke gereja lainnya. Bukan untuk mencari gereja yang terbagus dari yang paling bagus, atau tata ibadah yang paling sempurna, namun sekedar memuaskan keinginan gue untuk bisa beribadah di tempat yang berbeda, terlebih, di tengah jemaat  - jemaat yang berbeda pula.


Untuk GPIB Zebaoth, kalau dihitung - hitung, sudah 3 kali gue beribadah di sini. Saat kedatangan pertama kali, gue kaget menyadari betapa kecilnya ruang ibadahnya, dibandingkan dengan apa yang terlihat dari luar. Hal itu karena beberapa bagian dari bangunannya digunakan sebagai ruang konsistori. 

Sore itu, Setelah misi kuliner terpenuhi (meskipun diiringi oleh hujan tiada akhir), gue tiba di GPIB Zebaoth sekitar jam 3 sore. Saat itu pintu gereja sudah dibuka, dan seorang bapak tampak sedang membersihkan area pintu masuk. Gue minta ijin untuk masuk, dan rasanya luar biasa berada di dalam gereja yang tampak "zaman dulu banget", dengan penerangan minimalis, sendirian.

Bagian dalamnya mengingatkan gue akan gereja ayam yang ada di Pasar Baru, yaitu GPIB Pniel. Mungkin karena keduanya sama  - sama dibangun pada masa pendudukan Belanda, dengan ciri khas arsitektur khas negara tersebut. Meskipun tidak terlalu luas, namun kesan antik dan tua dari fisik gereja ini adalah pesona tersendiri.

Mazmur 43:3
 Kesamaan lainnya gue temui pada sebuah tulisan berisi ayat Alkitab (dalam bahasa Belanda) yang terukir pada sebuah batu, yang merupakan batu pertama pembangunan gereja yang diletakkan pada 30 Januari 1920 silam. Saat gue memandanginya, ngga ada satu kata pun yang gue mengerti (iyalahh...sejak kapan gue ngerti bahasa Belanda ?) Namun di akhir tulisannya, gue membaca : "Psalm 43 ys 3". Dan gue membuka Alkitab dan mencari "Mazmur 43 ayat 3" yang isinya : Suruhlah terang-Mu dan kesetiaan-Mu datang, supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung-Mu yang kudus dan ke tempat kediaman-Mu!

Menghadap ke pintu keluar

Selesai membacanya, entah mengapa sekonyong - konyong pikiran gue berkelana ke impian untuk bekpekeran ke Yerusalem, Bethlehem, dan kota - kota serta negara - negara yang menjadi latar belakang kisah sejarah di kitab suci. Impian terdalam yang saat ini seakan - akan tersembunyi jauh di sudut hati gue. Impian yang dari waktu ke waktu bagaikan terkubur semakin dalam oleh keraguan dan ketidakmampuan.

Dalam hati gue berbisik,"Yesus, jika berkenan tuntunlah gue ke sana." Gue pengen banget bisa ke sana, terlebih setelah Mama dan Bapak dianugerahi kesempatan untuk menginjakkan kaki mereka di sana tahun lalu, dan menceritakan pengalaman luar biasa yang dilalui mereka, dengan ekspresi kebahagian yang sangat mendalam, yang gue belum pernah lihat sebelumnya. Semacam ada kilau di matanya, dan terkadang ada yang menggenang di pelupuk matanya, karena menyembunyikan rasa haru dan syukur...lalu di tengah ceritanya Mama tiba - tiba terdiam karena tidak ada kata - kata yang cukup untuk menggambarkan keindahan yang telah dilihatnya.

Gue mendengar nama kota - kota itu sejak gue masuk sekolah minggu di gereja, tapi ketika Mama menceritakan pengalaman pribadinya ketika di sana, hati gue langsung bertekad, "Gue ingin ke sana...gue ingin melihat negeri yang telah memberikan kebahagiaan hakiki serta pengalaman spiritual luar biasa untuk Mama."


Kembali ke Gereja Ayam, puas di lantai dasar, gue naik ke lantai atas. Dari tempat gue berdiri, gue menikmati kemegahan gereja ini. Langit - langit gerejanya....entah gimana menggambarkannya. Kesan tua dan kokoh di saat yang bersamaan, namun yang lebih mendalam adalah kesan 'sophisticated'nya.


Dan gue dengan bersemangat menuju ke berbagai sudut. Gue pikir ini kesempatan istimewa yang ngga datang setiap saat. Kesempatan untuk mengeksplorasi keindahan gereja bersejarah seperti ini. Dan melakukannya di tengah kegelapan dan kesendirian seperti itu, rasanya seru.

Setelah puas, gue pun turun ke lantai dasar. Mengambil tempat duduk dan menyiapkan hati dan pikiran untuk memulai ibadah, di rumah Yesus yang megah dan indah ini.

No comments :