Sabtu, 15 April 2017.
Sejak minggu lalu, saat mampir ke Gunung Kapur Ciampea, gue udah mencetuskan niat untuk segera ke kawasan Gunung Salak lagi untuk wisata curug. Kali ini gue pengen berkunjung ke Curug Luhur. Tentu aja Gue dan Ony kembali bermotor santai dengan rute perjalanan yang baru kami 'temukan' yaitu melalui Parung - Ciampea - Leuwiliang. Gue seneng melalui jalan ini, karena masih sepi dan udaranya segar. Plus, di ujung perjalanan nanti akan ada pasar tradisional yang super padat dan macet. Entah kenapa, gue seneng ngeliat hiruk - pikuk kesibukan orang - orang di pasar tradisional. Selain itu, di sini gue juga bisa melihat - lihat bangunan rumah - rumah tua yang masih terawat dan juga Klenteng Hok Tek Bio Ciampea (yang pasti akan gue kunjungi suatu saat).
Ketika tiba di Jalan Raya Leuwiliang, dengan bertanya kesana kemari, gue mengarah ke daerah Cinangneng, Tenjolaya. Arahnya menuju ke lereng Gunung Salak. Di pinggir jalan udah ada papan petunjuk : Curug Luhur. Tapi dari pengalaman gue sewaktu mencari lokasi Curug Nangka beberapa waktu yang lalu, Bogor ini unik.
Petunjuk tempat wisata, dalam hal ini Curug Luhur atau Curug Nangka, udah bisa ditemui sejak berada di jalan raya utama. Padahal aslinya tuh masih jauhhhhhh....banget. Puluhan kilometer lagi kali! Dan 'nyebelinnya lagi, petunjuk tadi adalah satu - satunya petunjuk yang ada. Begitu udah memasuki dan menyusuri kawasan yang lebih dalam lagi, yaitu mengarah ke lereng Gunung Salak, ngga ada petunjuk apapun. Padahal jalan yang akan dilalui tuh bukan jalan lurus doang, melainkan ada beberapa persimpangan jalan. Jadi, pengunjung musti rajin - rajin nanya ke warga sekitar. Itulah yang gue dan Ony lakukan. Herannya, walaupun udah aktif bertanya kesana kemari, tetap aja gue beberapa kali kesasar. Hebat ya ?
Singkatnya, kayaknya perjalanan dari rumah Sawangan termasuk mampir beberapa kali untuk sarapan dan beli stok minuman, sampai ke Curug Luhur ditempuh sekitar 3 jam. Begitu melihat lokasinya, rasanya ngga asing banget buat gue. Kayaknya paling ngga gue udah ngelewatin lokasinya 2 kali. Pertama, waktu mau mengunjungi Situs Purbakala Cibalay, trus ketika gue ke Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).
Waktu itu gue ngga nyadar kalau di situ adalah lokasi sebuah curug. Abis tempatnya meriah banget, warna - warni, banyak bangunan permanen, macam waterpark gitu. Makanya kali ini gue terbingung - bingung dimana lokasi curugnya.
Untuk masuk ke lokasi Curug Luhur pengunjung harus membayar tiket masuk seharga Rp. 40,000. Alamakjaann....mahal banget. Perasaan harganya hampir sama ama tiket masuk TNGHS. Tapi please deh...TNGHS kan menyajikan banyak spot dan lokasi piknik....curugnya aja ada banyak. Kalau ini kan hanya sebuah Curug Luhur. Menurut si penjaga loket tiket, harganya segitu karena di dalamnya ada wahana waterpark. Isshh....padahal gue hanya pengen liat curugnya...ngapain jauh-jauh nyari waterpark di sini, di Jakarta bejibun. Tapi akhirnya dengan berat hati gue pun membayar.
Gue langsung mencari lokasi Curug Luhur. Jreeenggg...! Gue kembali mendapat kejutan. Curug Luhurnya sendiri dekat banget lokasinya dari pintu masuk. Seumur - umur rasanya baru kali ini menuju sebuah curug tanpa perlu effort berarti, maksudnya ngga perlu berjalan jauh melalui medan menanjak dan menurun. Di sini malah udah disediain jalan setapak dari semen, jadi memudahkan siapapun yang hendak mendekat ke Curug Luhur. Tapi sekali lagi gue mendapat kejutan....ternyata di curug ini tidak diperbolehkan berenang. Pihak pengelola memasang tali tambang untuk membatasi area curug yang bisa dilalui, agar pengunjung tidak melewati batas tersebut. Pembatas tersebut dimaksudkan agar pengunjung tidak berenang mendekat ke pusaran air terjunnya. Alkisah, pengunjung cuma boleh main air doang di bagian tepi curug yang masih sangat dangkal, atau berfoto - foto dengan background air terjun setinggi sekitar 50 meter yang cantik itu.
Puas di sana, gue menuju beberapa kolam renang yang tersedia di sana. Kondisi kebersihan dan kejernihan airnya saat itu menurut gue sih di bawah standard. Tapi asyiknya, kali ini gue bisa berenang di kolam renang bebas kaporit, karena airnya berasal langsung dari mata air pegunungan. Jadi ngga bikin kulit gue gosong dan bebas rambut lengket. Udah gitu enaknya lagi, berenang di sini disuguhi pemandangan alam yang hijau dan indah yang mengelilingi kawasan waterpark.
Di sana juga terdapat banyak warung dimana pengunjung bisa mampir untuk makan dan minum dengan menu sekedarnya : mie instant, kopi dan teman - temannya. Warung - warung tersebut juga menyediakan tempat istirahat berupa balai-balai buat duduk santai atau merebahkan badan, dan meletakkan barang - barang bawaan. Ongkos sewanya antara Rp. 10,000-Rp. 15,000,-
Overall, Curug Luhur lumayanlah. Tapi jadi agak kasian ngeliatnya. Semestinya khan curug ini daya tarik utamanya. Namun bangunan - bangunan (kolam renang, warung, dll), disekitarnya mengurangi keindahan alaminya secara drastis.
Setelah
cukup puas berenang, dan karena hujan udah mulai mengguyur, gue dan Ony
pun meninggalkan lokasi Curug Luhur. Perjalanan pulang pun jadi makin
menantang karena diiringi hujan super lebat.
No comments :
Post a Comment