Gue tahu infonya dari sesama pengunjung Bukit Roti, Gunung Kapur Ciampea. Pas pertama kali dengar langsung ilfil gitu...Puncak Galau...alay banget! Jadi agak bikin males, yang terbayang, pasti lokasi favorit alay - alay yang repot narsis sana - sini gitu. Tapi berhubung gue penasaran untuk mengunjungi bukit atau puncak yang ada di Gunung Kapur Ciampea, jadilah gue jalan lagi ke negeri Ciampea.
Untuk menuju ke sini, arahnya sama dengan ke Bukit Roti, melalui jalan raya utama Leuwiliang. Bedanya, kali ini patokannya adalah sekolah Pandu II, kalo ngga salah...posisi jalan masuknya tepat di seberang sekolah ini. Setelah masuk jalan, lumayan jauh, gue melihat pos penjualan karcis masuk.
Di situ gue beli 'tiket masuk' Rp. 5,000,- per orang. Gue nanya ke penjaga pos, Usep namanya, ada berapa orang yang mengunjungi Bukit Galau saat itu. Jawabnya, ngga ada. Hahhh ??! "Jadi ngga ada orang sama sekali di sana, Mas ?" "Ngga ada, Mbak...""Trus saya ke sana gimana, ada petunjuknya ngga ?" "Saya antar sampai Pos 2, Mbak."
Gue, Ony dan Usep pun mulai berjalan. Mula - mula melewati hutan jati. Sejak tiba di Ciampea, hujan mulai mengguyur, jadi perjalanan lumayan menantang. Setelah hutan jati, gue pun tiba di Pos 2. Gue membujuk Usep untuk mengantar gue dan Ony sampai Puncak Galau. Abis ngga kebayang deh memasuki area ini tanpa guide. Hujan pula ! Untungnya Usep ngga nolak. Yesss !
Setelah Pos 2, yang ada adalah jalan licin karena hujan, berbatu dan terjal ! Di sini rasanya semua tenaga gue terkuras abis - abisan. Keterlaluan capenya ! Sekujur badan gue sampe basah...antara kena guyur hujan, juga karena keringetan.
Dibandingkan dengan Bukit Roti, menurut gue di sini belum tersedia jalur trekking-nya. Sebenarnya pihak mengelola menyediakan tali untuk membantu pengunjung melalui jalan setapaknya, tapi menurut Usep ada beberapa pengunjung iseng, dan memotong talinya. Gue menjadi salah satu korban yang kena imbasnya. Menggunakan tali tuh cuma mengurangi sepertiga dari kesulitan dan kelelahan gue mendaki. Tapi lumayan membantu lha, dari pada ngga ada sama sekali.
Gue dan Ony bersyukur banget karena Usep bersedia ikut. Selain sebagai guide, dia ngebantu gue dan Ony ketika berjuang sekuat tenaga meniti jalan - jalan ajaib yang melelahkan itu. Kadang gue butuh seseorang untuk menarik tangan gue atau menahan body gue yang tambun ini. Dengan Usep di depan, dan Ony di belakang gue, sangat amat membantu banget...walaupun rasa capenya tetap aja dahsyat.
Gue sempat nyesel karena memutuskan untuk melanjutkan perjalanan di bawah guyuran hujan kayak gini. Waktu gue menuju Bukit Roti, cuaca lagi cerah bersahabat banget. Dan jalan terjal yang gue lalui juga ngga sepanjang ini. Beda banget ama yang ini...Tapi gue langsung menyingkirkan perasaan itu. Sempat terbersit juga pikiran, kalau gue pingsan, gimana ceritanyaaaa...??! Tapi, demi melihat kondisi jalan licin dan terjal ini, rasanya kasihan ama Ony dan Usep kalau hal itu sampai terjadi. Jadi, berhubung pingsan maupun pura - pura pingsan bukanlah solusi, gue pun bertekad bulat untuk menyelesaikan perjalanan.
Akhirnya gue, Ony dan Usep tiba di Puncak Galau. Yeaayyy! Di atas sini, areanya ngga luas - luas banget. Tapi pemandangannya segaarrrr, hijau, dan keren. Dingin ? Iyalah, hujannya belum berhenti sih...makin deras malah ! Tapi gue ama Ony cuek aja meskipun baju sekalipun udah nyaris basah semua.
Selain menikmati pemandangan di Puncak Galau, Usep juga menunjukkan spot lainnya, yaitu area yang biasa digunakan untuk camping, juga Tebing Gimin. Dari Tebing Gimin pemandangannya lebih seru dan indah lagi. Gue bisa dengan jelas hutan jati dan yang lainnya gue musti gue lalui dengan penuh perjuangan tadi.
Setelah puas berada di area Puncak Galau, dan mengingat hujan makin deras, gue, Ony dan Usep pun mengambil arah pulang. Gue selalu merasa 'perjalanan pulang' selalu lebih ringan dibanding ketika datang. Ternyata gue salah total. Mungkin rasanya justru lebih cape menuruni jalan terjal, dengan kondisinya yang semakin licin dan tergenang air. Benar aja...seingat gue, gue sampai dua kali terjatuh, karena terpeleset dan kelelahan, sampai - sampai ngga sanggup menahan beban body sendiri. Ketika kelelahan sudah memuncak, gue akan dengan pasrah terduduk diam di atas bebatuan atau tanah apapun yang bisa menahan tubuh gue, sekedar untuk beristirahat sejenak. Jadilah hampir seluruh baju, celana dan tas ransel gue menjadi super kotor. Biarin...
Akhirnya dari kejauhan gue melihat Pos 2....lalu hutan jati lagi. Thanks God ! Dengan badan dan baju basah dan muka dekil kelelahan, gue melangkah girang menuju Pos 1, tempat penjualan tiket tadi.
Overall, ini perjalanan berkesan, seru dan menyenangkan banget. Maklumlah, gue kan bukan 'anak gunung' yang biasa mendaki gunung dengan ketinggian ribuan mdpl. Modal gue ama Ony hari ini hanya tekad, semangat dan stamina minimalis. Dan berhasil! Senangnya....
Oya, tadi waktu di Puncak Galau, tanpa ditanya Usep sempat jelasin alasannya diberi nama 'Puncak Galau'. Begini ceritanya...ketika rute ke puncak ini dibuka pertama kali, pengunjung pun berdatangan. Salah satunya adalah sepasang kekasih. Keduanya trekking mencapai puncak...(entah apa namanya saat itu sebelum dinamakan 'Galau'). Namun entah kenapa, begitu turun dari puncak, keduanya bertengkar karena sesuatu hal, hingga lalu putus. Naaaahh, itulah asal mulanya mengapa pihak pengelola menamakannya Puncak Galau. That's all folk....
No comments :
Post a Comment