I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Thursday, June 18, 2015

Dari Wisata Keraton Sampai Pemandian Air Panas Beryodium (1)


Hari kedua (13 Juni 2015) gue di Cirebon ini akan sangat sibuk. Setelah menikmati sarapan nasi goreng gratis dari hotel, gue pun langsung meninggalkan hotel. Tujuan pertama, pengen melihat - lihat bangunan  -  bangunan kuno dan indah di sepanjang Jalan Siliwangi dengan berjalan kaki. Gue sempat mampir ke pelataran Balai Kota Cirebon dengan bangunannya yang kuno namun tetap kokoh. Berhubung hari Sabtu, awalnya gue ragu apakah diperbolehkan memasuki halaman Balai Kota. Apalagi di bagian depan langsung disambut oleh Pos Keamanan dengan beberapa petugas di dalamnya. Gue pun meminta ijin untuk melihat - lihat gedung Balai Kota. Salah satu petugas menyambut ramah dan mempersilahkan, dan mengantar gue mendekat ke gedung. Bahkan si petugas menawarkan diri untuk memotret gue dengan latar belakang gedung Balai Kota yang didominasi warna putih itu.

Balai Kota Cirebon
Satu hal yang sangat menarik dan bikin gue terkesan sejak menginjakkan kaki di Cirebon kemarin adalah keramahan yang tulus dari warganya, baik yang gue temui di jalan, angkutan umum, maupun tempat umum. Jika bertemu dengan warga setempat, dan gue hendak menanyakan arah, pasti akan berakhir menjadi pembicaraan yang hangat, yang secara pribadi membuat gue terkesan, dan dengan segera memberikan rasa nyaman dan betah berada di kota yang baru gue datangi ini. 

Kemarin sore Mama sempat telepon karena khawatir (seperti biasa) dan tanya, "Gimana kau di sana ? Jangan keliatan banget kau kayak orang baru di sana ya Cher...." Macam mana, Ma ?? Cei pakai ransel, pakai tas selempang kecil buat ongkos dan kamera, layaknya wisatawan...motret sana sini...kadang buka dan nulis di buku catatan kecil...tampangnya culun dan kadang bingung...tiap mau naik angkutan umum, nanya orang dulu...nanya jalan dan lokasi....lihat bangunan tua langsung takjub....lihat lokomotif tua langsung motret...gimana ngga keliatan kayak orang yang bukan warga Cirebon, coba ? Dan gue cuma senyum (manis banget) sambil jawab ringan, "Di sini orangnya baik - baik dan ramah banget Ma! Setiap Cei nanya jalan, langsung dibantuin...Cei banyak teman ngobrol disini...Mama tenang aja." "Oooohh....pokoknya hati - hatilah kau di sana ya!" jawab Mama, kali ini terdengar jauh lebih tenang.

Keraton Kanoman

Meskipun belum puas menyusuri Jalan Siliwangi, namun gue harus melanjutkan perjalanan menuju Keraton, dengan menumpang angkutan umum No. D6. Perhentian pertama gue adalah Keraton Kanoman. Gue sempat bingung karena diturunkan sopirnya di dekat sebuah pasar, Pasar Kanoman. Setelah melewati pasar yang padat dengan kesibukan tingkat tingginya di pagi hari itu, akhirnya gue tiba di Keraton Kanoman. Sepi. Mendekat lagi ke area Keraton, gue disambut oleh seorang pemuda bernama Rio yang sebenarnya secara ngga langsung menawarkan diri sebagai semacam pemandu keraton. Ngga ada pengunjung lain di sana pagi itu, dan ngga ada loket pembelian tiket atau semacamnya. Rio langsung mengantar gue melihat - lihat setiap sisi Keraton Kanoman, yang menurut gue tidak terlalu luas, dan (maaf) kurang terawat. Meskipun kondisinya saat ini agak terbengkalai, namun tetap aja fakta bahwa keraton ini dibangun sekitar tahun 1678 Masehi dengan cerita masa kejayaannya bikin gue takjub.

Pintu masuk di Keraton Kanoman



Kereta Paksi Naga Liman
Komplek Keraton Kanoman
Selain fasih dalam menjelaskan setiap bagian Keraton, Rio juga menawarkan diri  untuk membantu gue memotret, yang tentunya gue sambut dengan girang. Tripod mini dibebastugaskan dulu pagi ini. Setelah puas melihat - lihat Keraton Kanoman, gue pun melanjutkan perjalanan menuju Keraton berikutnya, Keraton Kasepuhan dengan berjalan kaki.

Keraton Kasepuhan

Tiba di Keraton Kasepuhan gue disambut hangat oleh seorang bapak yang bertanya, "Kemarin jadi makan di Mang Dul, Mbak ?" Apaaa...?? Meskipun kaget dan bingung, namun secepat kilat gue langsung teringat, kemarin ketika sempat mampir ke sini namun batal masuk karena keraton sudah tutup, gue sempat bertanya ke si bapak cara menuju Nasi Jambal Mang Dul. Dan si bapak yang ramah ini menjelaskan panjang lebar. Namun gue ngga ingat wajahnya karena ketika dia menjelaskan, datanglah seorang bapak lainnya yang ikut menjelaskan rute alternatif menuju ke Nasi Jambal Mang Dul....lalu nimbrung lagi bapak-bapak lainnya yang kebetulan sedang berkumpul dekat situ. Seakan - akan para bapak ini amat khawatir gue akan menderita kelaparan kalo ngga bisa menemukan Nasi Jambal Mang Dul, jadi dengan sigap memberitahukan gue segala cara menuju tempat itu. Ada yang bilang naik angkutan umum nomor sekian aja....yang lainnya menimpali untuk naik becak aja...dan lain sebagainya. Sekali lagi gue diperlihatkan oleh keramahan warga lokal. 

Kasultanan Kasepuhan Cirebon
 

Hiasan keramik Cina pada tembok Keraton
Gapura Kutagara Wadasan
Taman Bunderan Dewandaru
Patung 2 macan putih sebagai simbol Pajajaran



Gue, Bapak Pemandu, dan Singa Barong di belakang
Kereta dan....kebo kuning ?!
Jinem Pangrawit (Serambi Keraton)
Perlengkapan upacara Tedak Siti
(Upacara turun tanah untuk bayi usia 7 bulan)
Setelah membeli tiket masuk seharga Rp. 20,000, gue langsung disambut oleh seorang pria tua berpakaian tradisional yang siap menjadi pemandu dan mengenalkan gue pada Keraton Kasepuhan. Sayangnya gue lupa menanyakan nama si bapak yang menjadi sahabat terbaik gue selama di Keraton Kasepuhan itu. Bayangkan, selain dengan antusias menjelaskan detil sejarah dan setiap detil sisi Keraton, beliau juga selalu menawarkan diri untuk memotret gue. Kadang kalau gue enggan berfoto karena agak lelah atau kepanasan, nanti beliau justru bilang, "Sini Mbak saya foto....biar ada kenangan sudah pernah kemari. Dari pada nanti nyesel..." Bahkan si bapak bertubuh kecil ini kadang berperan sebagai pengarah gaya, yang mengarahkan di mana sebaiknya gue berdiri dan berpose. Luar biasa banget. 

Gue pun diantar berkeliling Keraton Kasepuhan yang dibangun sejak tahun 1452 Masehi oleh Pangeran Cakrabuana, yang menurut gue sangat terawat, bersih dan masih nampak agung. Yang bikin gue sangat menikmati kunjungan gue ke sini adalah karena tidak banyak pengunjung Keraton pagi itu, jadi suasananya tenang dan sepi. 

Salah satu benda yang paling gue kagumi adalah Singa Barong, yang merupakan perpaduan empat unsur berbeda yang memiliki makna dan filosofi yaitu garuda yang bersayap seperti buraq (simbol agama Islam dan budaya Arab), belalai gajah (simbol budaya India), naga (simbol budaya Tiongkok), dan singa (simbol budaya Eropa). Singa Barong ini menandakan bahwa akulturasi dari beberapa unsur budaya berbeda dari berbagai negara berbeda sudah ada sejak jaman dahulu. Keren ya ?

Singa Barong
Setelah berada di sana hampir 2 jam lamanya, gue pun pamit ke bapak pemandu yang telah menemani gue dan mengenalkan pada setiap sisi dan sudut Keraton Kasepuhan. Meskipun perjalanan gue mulai terasa menantang karena ganasnya mentari Cirebon di pagi itu, tapi kaki panjang gue ini mantap melangkah menuju Keraton berikut, Keraton Kacirebonan.

No comments :