I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Tuesday, June 16, 2015

Menikmati Sunyi di Gua Sunyaragi


Trip gue ke Cirebon ini nyaris bisa dibilang spontan dan ngga butuh waktu panjang untuk persiapannya. Begini, berhubung atasan gue di kantor akan melakukan business trip ke luar negeri minggu kemarin, maka gue berpikir untuk ambil cuti juga. Lalu Senin (08 Juni) kemarin, ketika di kantor gue iseng-iseng liat websitenya https://www.kereta-api.co.id/ dan tanpa mikir panjang beli tiket kereta ke Cirebon, alias memilih kota udang ini sebagai tempat pelarian gue di akhir minggu.

Cirebon....sebenarnya gue ngga mengenal apapun mengenai tempat ini dan awalnya (maaf) pesimis ada yang seru dan menarik bisa dilakukan di sini. Namun pertimbangannya karena jarak tempuhnya hanya 3 jam dari Jakarta dan harga tiketnya sangat terjangkau dan masih tersedia, maka gue pilih Cirebon. Hal menarik yang gue lihat justru karena gue sama sekali ngga mengenal Cirebon dan belum pernah menginjakkan kaki di sini, pasti bakalan seru untuk berpetualang sendirian di kota ini.

Jadi hari Jumat (12 Juni 2015), gue menumpang kereta Cirebon Ekspres dari Stasiun Gambir menuju Stasiun Cirebon (Jalan Kejaksan) keberangkatan jam 10 pagi. Gue tiba di sana sekitar jam 1:30 siang, disambut dengan panas sinar matahari yang gegap gempita. Cirebon panas banget ! Begitu keluar dari bangunan stasiun yang keliatan kuno tapi keren itu, gue langsung diserbu oleh para tukang becak dan tukang ojek yang menawarkan jasa. Gue berusaha untuk keliatan cool dan segera meninggalkan lokasi. 
Stasiun Cirebon (Kejaksan)
 

Begitu di jalan Siliwangi mata gue langsung jelalatan nyari penginapan. Saking spontannya gue dalam menyiapkan misi pelarian gue kali ini, bahkan gue ngga booking hotel sebelumnya. Jadi, di siang bolong itu, di bawah teriknya sinar matahari Cirebon, gue pun memulai misi pencarian hotel, dengan keluar masuk beberapa hotel di sekitar Jalan Siliwangi. Gue sempat masuk Hotel Cordova, Hotel Slamet, Hotel Amaris, serta Hotel Sidodadi. Pilihan gue jatuh ke Hotel Cordova yang posisinya tepat di depan Stasiun Cirebon. Alasannya karena harganya paling murah, yaitu Rp. 178,000 / malam (kamar AC, double bed, kamar mandi di dalam). Sementara hotel lainnya seperti Hotel Amaris dan Hotel Sidodadi yang nampaknya fancy, menawarkan harga di atas Rp. 350,000. Lalu Hotel Slamat menawarkan harga Rp. 180,000 / malam, namun gue kurang suka dengan suasananya yang agak gelap, dan posisi kamarnya yang jauh dari pintu utama. 

Setelah check in, gue langsung melesat ke kamar, mandi (karena kegerahan maksimal), trus meninggalkan hotel. Tujuan utama gue hari ini adalah ke Taman Sari Gua Sunyaragi. Sebelum meninggalkan hotel, gue udah bertanya panjang lebar ke resepsionis hotel mengenai cara mencapai Taman Sari Gua Sunyaragi dengan angkutan umum. Target gue sampai 3 hari ke depan adalah mengenal dan membiasakan diri menggunakan mobil angkutan umum di Cirebon.

Dari hotel gue menyeberang jalan, dan naik angkutan umum (warna biru) nomor D5 dan turun di Jalan Sunyaragi. Dari Jalan Sunyaragi gue menyambung naik becak. Mengenai ongkos, yang unik di Cirebon panas ini adalah ongkos angkutan umum jauh - dekat Rp. 4,000. Sementara kalo becak tergantung nego. Dari Jalan Sunyaragi menuju Taman Sari Gua Sunyaragi gue bayar Rp. 5,000. 

Untuk masuk ke lokasi Taman Sari Gua Sunyaragi, tiket masuknya adalah Rp. 8,000. Menurut gue tempat ini unik banget, dan cukup bikin gue penasaran selama ini. Yang bikin penasaran adalah karena seluruh bangunannya tersusun dari batuan dengan tekstur batu karang, dengan perpaduan ciri Indonesia, Hindu dan juga Cina. Jadi perpaduan antara keren, mistis, dan agak - agak menyeramkan di saat yang sama. Konon gua ini dibangun sekitar tahun 1703 M oleh Pangeran Kararangen (cicit dari Sunan Gunung Jati). Sesuai namanya, Sunyaragi, yang berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu ‘sunya’ yang berarti sepi dan ‘ragi’ yang berati raga, gua ini berfungsi sebagai tempat meditasi. Namun di sore hari yang menyengat itu, suasananya jauh dari meditasi. Ada 1 (satu) rombongan bus siswa sekolah menengah atas berkunjung ke Taman Sari Gua Sunyaragi. Ramai dan heboh banget, dan memenuhi seluruh area gua.

Pintu masuk berciri Hindu
Mata pun menyipit saking panasnya
 

Patung Gajah
 
 


Gue pun memutuskan untuk mengeksplorasi setiap ruang dan bagian gua. Untuk urusan foto - foto, akan gue lakukan nanti ketika rombongan meninggalkan lokasi. Hampir jam 4 sore, rombongan tersebut pun meninggalkan lokasi, dan tinggallah gue dan secuil pengunjung lainnya. Gue pun langsung meminta bala bantuan ke seorang pengunjung yang tampaknya datang ke sana untuk misi fotografi, untuk memotret gue beberapa kali. 

Selain minta tolong ke orang lain, di sini gue juga mengandalkan tripod mini. Berhubung lokasinya mendadak sepi senyap, kadang bahkan gue ngga melihat orang lain di sekitar area tengah, yaitu sekitar Gua Peteng dan Patung Gajah. Jadi gue leluasa berfoto ria dengan bantuan si tripod mini. 

Yang menarik lagi dari Gua ini, karena mengeksplorasinya berasa kayak di taman bermain di mana gue bisa menyusuri setiap bagian guanya, mencari - cari setiap arah lorong dan jalan, naik turun tangga, dengan agak bersusah payah tentunya, karena kayaknya gua ini dibangun untuk orang - orang yang bertubuh langsing. Lorong - lorongnya sempit dan rendah. Menantang banget !

Yang bikin tambah seru, selain sepi, suasana Gua pun sangat hening, seakan - akan yang terdengar cuma suara sepatu gue yang asyik melangkah kesana kemari....Jadi, ada sedikit rasa ngeri ketika gue memasuki ruang - ruang dalam gua yang gelap dan lembab. Ini yang namanya seru !
Gua Arga Jumut
Bagian dalam Gua Arga Jumut
Bagian belakang Gua Arga Jumut

Patung manusia berkepala garuda dililit ular
 

Monumen Cina
Tempat berdoa para keturunan para pengiring dan pengawal Ong Tien Nio
  atau Ratu Rara Sumanding, istri Sunan Gunung Jati

Sekitar jam 5 sore gue pun meninggalkan Taman Sari Gua Sunyaragi dengan masih menyisakan rasa takjub di hati atas keindahan dan keunikan tempat ini.

Dari Jalan Sunyaragi gue naik D5 (GC) untuk menuju Keraton Kasepuhan. Sayangnya begitu tiba di sana, Keraton sudah tutup. Gue pun melanjutkan langkah menuju Grage Mall. Gue ke sini karena pengen makan malam di Nasi Jambal Mang Dul yang lokasinya ada di Jalan Cipto Mangunkusumo, di seberang Grage Mall. Gue sempat baca informasi di internet, salah satu makanan khas Cirebon adalah Nasi Jambal, dan yang paling terkenal salah satunya Nasi Jambal Mang Dul ini. Namun meskipun rasanya enak dan harganya cukup murah, gue ngga melihat sesuatu yang khas, yang membedakannya dengan nasi warteg sih...
Nasi Jambal Mang Dul
Nasi, tempe, kerang, cumi, total Rp. 12,000 sahaja

Dari Nasi Jambal Mang Dul, gue menyeberang menuju Grage Mall. Meskipun ngga ada dalam "to do list" gue, tapi sekedar untuk melewatkan malam -berhubung gue ngga mau kembali ke hotel terlalu cepat- gue pun melihat - lihat isi mall sejenak, sekaligus membeli persediaan air mineral di Foodmart.

Dari Grage Mall gue kembali menyeberang jalan tepatnya kembali ke Nasi Jambal Mang Dul untuk naik angkutan umum D6 menuju Stasiun Cirebon / Hotel Cordova.

Gue tiba di hotel sekitar jam 8 malam. Setelah bersih - bersih gue pun beristirahat, menyiapkan fisik untuk petualangan gue berikutnya esok hari.

No comments :