Agenda gue hari ini adalah mengunjungi museum-museum di Jakarta yang belum pernah gue kunjungi sebelumnya. Tujuan pertama ke Gedung Arsip Nasional yang terletak di Jalan Gajah Mada. Gue sering melewati Jalan Gajah Mada, dan sebenarnya selama ini penasaran dengan lokasi ini yang menurut gue memiliki bangunan kuno yang megah dan keren banget. Tapi selama ini belum sempat ke sini karena ragu, apakah tempat ini memang dibuka untuk umum? Apakah ini bangunan perkantoran....atau museum....atau gedung pernikahan...?
Akhirnya tadi siang gue melangkahkan kaki ke sana demi menjawab rasa penasaran selama ini. Tiba di sana, gue disambut oleh seorang bapak yang sepertinya bertugas sebagai 'penerima tamu'. Beliau langsung meminta gue untuk mengisi buku tamu. Begitu gue tanya berapa harga tiketnya, beliau menjawab 'seikhlasnya' aja....Gue bingung...lalu akhirnya mengeluarkan uang Rp. 10,000 dari dompet dan memberikannya ke bapak tersebut.
Ketika hendak memulai 'petualangan' gue di gedung utama, tiba-tiba gue melihat seorang pengunjung menuruni tangga dari lantai dua. Gue girang dan langsung mendekati dan meminta tolong untuk dipotret menggunakan handphone gue. Maklumlah...gue sendirian dan awalnya ngga terlalu ngotot untuk berfoto ria di sini. Tapi gue ngga sanggup menolak pesona tampilan bangunan utama yang anggun banget....dengan dominasi cat warna putih dan merah marunnya itu.
Maka ngga tanggung-tanggung....gue ajak si pengunjung ini meninggalkan bangunan utama menuju taman depan, tepatnya air mancur, karena di situlah gue pengen dipotret, yaitu dengan latar belakang bangunan utama yang indah dan megah banget. Untungnya pemuda yang baik hati itu nurut aja dan dengan sigap dan (semoga) ikhlas memotret gue. Tak lupa gue ucapkan maaf (karena sudah merepotkan.....basa-basi) dan jutaan terima kasih karna udah bantuin gue berfoto ria.
Setelah itu gue pun lanjut menikmati eksplorasi Gedung Arsip Nasional ini.
Maka ngga tanggung-tanggung....gue ajak si pengunjung ini meninggalkan bangunan utama menuju taman depan, tepatnya air mancur, karena di situlah gue pengen dipotret, yaitu dengan latar belakang bangunan utama yang indah dan megah banget. Untungnya pemuda yang baik hati itu nurut aja dan dengan sigap dan (semoga) ikhlas memotret gue. Tak lupa gue ucapkan maaf (karena sudah merepotkan.....basa-basi) dan jutaan terima kasih karna udah bantuin gue berfoto ria.
Setelah itu gue pun lanjut menikmati eksplorasi Gedung Arsip Nasional ini.
Ukiran di atas pintu |
The city of Batavia |
Atapnya terbuat dari kayu yang masih kokoh |
Masih takjub sama atap kayunya |
Gedung Arsip Nasional dahulunya adalah kediaman Gubernur Jenderal VOC bernama Reinier de Klerk, yang dibangun di abad ke-18. Setelah itu, gedung ini pernah beralih fungsi menjadi Departemen Pertambangan lalu menjadi Gedung Arsip Nasional. Sejak tahun 1992, Gedung Arsip Nasional menempati gedung baru di Jalan Ampera, Jakarta Selatan. Gedung Arsip Nasional di Jalan Gajah Mada ini ini masih berdiri kokoh dan berfungsi menjadi museum seperti saat ini, atas jasa sebuah Yayasan bernama Stichting Cadeau Indonesia yang bermaksud memberikan gedung ini sebagai hadiah kemerdekaan Indonesia yang ke-50 tahun.
Secara keseluruhan, komplek gedung Arsip Nasional ini lumayan luas. Selain bangunan utama, ada beberapa bangunan lain yang berada baik di sisi kiri dan kanan, maupun di belakang dari bangunan utama. Dan tepat di tengah bangunan - bangunan yang masih kokoh dan cukup terawat tersebut, terdapat taman yang cukup luas. Taman inilah yang sering digunakan sebagai lokasi acara pernikahan. Ketika gue datang tadi pun ada sekelompok panitia yang sibuk menyiapkan acara pernikahan untuk esok.
Gue sangat menikmati acara 'lihat-lihat' di komplek Gedung Arsip Nasional ini. Mungkin barang - barang antik koleksi di dalamnya tidak sebanyak di museum-museum lainnya. Namun sejak awal, di mata gue, daya tarik dari komplek ini adalah bangunannya yang bergaya Renaissance, yang anggun dan megah. Ditambah dengan jendela-jendela kacanya yang berjumlah sangat banyak dalam ukuran sangat besar. Jadi yang gue lakukan adalah melangkah dari setiap ruangan ke ruangan lainnya....dari satu bangunan ke bangunan lainnya. Bonus untuk gue hari ini adalah, betapa sepinya pengunjung gedung ini jadi gue menikmati ketenangan dan kesunyian di dalamnya.
Koleksi (furnitur) paling banyak tersimpan di lantai dua gedung utama. Gue sempat ke sana beberapa kali dan beberapa saat. Kenapa sampai beberapa kali ? Karena kehadiran gue di lantai dua, dilandasi oleh rasa penasaran, rasa kagum, tapi juga sedikit takut. Ruangannya luas banget dengan atap yang tinggi, dan jendela-jendela yang besar. Di sana terdapat koleksi furnitur antik, dari ruang duduk sampai ruang tidur. Salah satu ruangan adalah kamar tidur Reinier de Klerk yang masih dilengkapi ranjang peninggalannya yang berukuran besar. Kamar dan ranjangnya ketika itu tampak suram dan gelap. Penerangan di setiap ruangan memang hanya mengandalkan cahaya matahari yang masuk melalui jendela-jendela besar itu.
Ruangan-ruangan megah namun sepi, dengan furniturnya yang antik dan kuno, dan meninggalkan kesan suram itulah yang bikin gue ngeri. Gue satu-satunya orang di lantai dua yang nampaknya jarang dikunjungi orang lain itu...bahkan bisa dibilang satu-satunya orang di gedung utama saat itu, karena belum ada pengunjung lainnya. Jadi begitulah yang gue lakukan.....jika sudah mulai merasa takut, gue akan turun ke lantai satu (dasar) lagi, berkeliling ke sana kemari sejenak sambil mengumpulkan keberanian dan fokus pada rasa penasaran gue. Setelah itu gue kembali naik ke lantai dua, dan berkeliling-keliling lagi di sana, sambil mencuri-curi pandang dan mendekat ke setiap penjuru ruangan, termasuk kamar tidur De Klerk, dengan kasur besarnya yang suram itu.
Ruangan-ruangan megah namun sepi, dengan furniturnya yang antik dan kuno, dan meninggalkan kesan suram itulah yang bikin gue ngeri. Gue satu-satunya orang di lantai dua yang nampaknya jarang dikunjungi orang lain itu...bahkan bisa dibilang satu-satunya orang di gedung utama saat itu, karena belum ada pengunjung lainnya. Jadi begitulah yang gue lakukan.....jika sudah mulai merasa takut, gue akan turun ke lantai satu (dasar) lagi, berkeliling ke sana kemari sejenak sambil mengumpulkan keberanian dan fokus pada rasa penasaran gue. Setelah itu gue kembali naik ke lantai dua, dan berkeliling-keliling lagi di sana, sambil mencuri-curi pandang dan mendekat ke setiap penjuru ruangan, termasuk kamar tidur De Klerk, dengan kasur besarnya yang suram itu.
Koleksi brankas |
Koleksi foto-foto rumah-rumah ibadah di Indonesia |
Gedung Arsip Nasional ini di tahun 2009 sempat 'mengukir sejarah'. Di sinilah diadakan gala dinner untuk menyambut Sekretaris Negara Amerika Serikat saat itu, Mrs. Hillary Clinton, di saat beliau berkunjung ke Jakarta. Gue langsung teringat sesuatu dan rasanya pengen teriak "WOWWW!" sekencang-kencangnya. Ini adalah kali kedua gue pernah berada di suatu tempat, yang sebelumnya pernah disinggahi oleh Ibu Negara, maupun mantan Ibu Negara Amerika Serikat. Gue pernah berada di Mutianyu Great Wall (Cina) Oktober 2015 yang lalu, di mana sebelumnya Mrs. Michelle Obama mengunjungi tempat itu di tahun 2014. Dan 'kebetulan' terulang lagi...kali ini, ngga usah repot-repot naik pesawat dan melintas antar negara segala...cukup dengan commuter line jurusan Bogor - Kota dilanjut mikrolet No. 12 jurusan Senen-Kota gue 'diantar' ke lokasi yang pernah disinggahi oleh mantan Ibu Negara Amerika Serikat, Mrs. Hillary Clinton, pada Februari 2009 yang lalu. Woww...! Hmmm...pertanda apakah ini....? *noraks....noraks....noraks...!*
Lantai dua, tempat diadakan gala dinner bersama Hillary Clinton (Februari 2009) |
Ck...ck...ck...jendelanya... |
Meja kerja |
Saking betahnya berada di komplek Gedung Arsip Nasional ini, sepertinya gue menghabiskan waktu cukup lama di sini. Bayangkan...gue tiba di sana sekitar jam 11:30 siang. Kemudian jam 13:00 gue sempat meninggalkan lokasi untuk makan siang di Bakmi Gajah Mada yang bisa gue capai dengan berjalan kaki dari situ. Setelah kenyang, gue malah kembali lagi ke sini. Selain untuk melihat-lihat dan berkeliling di dalamnya kembali, gue juga sempat melewatkan waktu di sana dengan membaca novel yang gue bawa, sambil duduk di tangga pintu masuk bangunan utamanya. Tenang dan damai banget rasanya !
Koridor |
Jendela, pintu, tangga |
Koleksi meriam di taman tengah |
|
Kereenn......(gedungnya) |
Gue meninggalkan komplek Gedung Arsip Nasional tepat jam 15:00 karena ingin 'berburu' museum berikutnya, yaitu Museum Nasional. Saat melangkah meninggalkan bangunan yang anggun itu, dan tamannya luas dan lumayan indah itu, dalam hati gue berjanji untuk kembali ke sini lagi lain waktu, dengan novel dan persediaan cemilan, demi menikmati kesunyian nan menenteramkan yang disuguhkan komplek ini.
(foto-foto diambil menggunakan kamera handphone alakadarnya...)
4 comments :
Cherrrr..... kereennnn... kapan2 gw ikut dong hunting dari museum ke museum.... biarpun foto ala kadarnya yg diambil dr hp... tapi hasilnya luarrr biasaaa..... topp... **acung jempol... ������ (Dian - as sayap kiri gedung AB)
Waaaaahhh.....mimpi apa ini dpt kunjungan Mbak DiansayapkiriAB :p di blog...hehehe..thanks Mbak! Ayuuklahh wisata murmer ke museum" jakarta....ajak anak skalian Mbak...pasti seneng deh :)
Tgl 30 kemarin udh niat mau ke museum Fatahilla... penuhh... cari parkir jg susah... akhirnya cuma numpang lewat ddoangg....
Lari ke planetarium... sampe sana ealaaahhh.... planetarium tutup 5 bln krn rusak...
Wesss.... melepas lelah akhirnya landing di epicentrum...
Emang Mbak....sampe tgl 2 jan (sabtu) museum fatahillah emang msh mbludak. Eniwei, mending naek kereta dah Mba...combined ama transjakarta. Itu semua museum di jakbar n jakpus jalurnya kereta n transjakarta...praktis and irit :)
Post a Comment