I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Friday, July 23, 2021

Cerita Karantina : Ketika Covid-19 Menyerang Keluarga (3)


23 Juli 2021

Memasuki akhir pekan di minggu ini, minggu dimana huru-hara Covid-19 menimpa keluarga gue tercinta.

Situasi per saat gue mengetik blog ini, aman terkendali. Ada beberapa perkembangan, dan hal itu bikin gue cukup happy dan lega. Semalem lagi - lagi gue terbangun dari tidur gue, sekitar jam 1 dini hari. Belakangan ini setiap kali gue terbangun, hal pertama yang gue cek adalah WA group keluarga. Ternyata sudah panjang lebar. Masalah kali ini adalah Mama yang sangat ngga bernafsu makan, dan kebanyakan tidur sepanjang hari. Yang menjadi kekhawatiran kami adalah asupan makan dan minum Mama jika sepanjang waktunya dilalui dengan tidur. Menurut Anggi, meskipun Mama sudah ngga muntah lagi, namun setiap diberi makan, Mama paling cuma bisa menghabiskan 2 - 3 sendok. 

Carol sempat berkonsultasi dengan dokter sahabatnya, dan menurut sang dokter kondisi Mama seperti itu harus diobservasi selama 2 - 3 hari. Jika terus seperti itu, terpaksa Mama harus dirawat inap. Inilah pesan - pesan yang ada di group WA tersendiri yang isinya gue, Pardo dan Carol. Seketika gue langsung gelisah dan tegang. Gue ngga mau Mama dirawat inap ! Kalau Mama dirawat inap, gue ngga bisa melihat Mama sehari - hari. Dalam kondisi saat ini gue masih bisa memandang Mama dari kejauhan, ketika mengantar logistik, mengambil sampah dan lain - lain. Walaupun gue sadar banget bahwa setiap kali gue ada keperluan untuk mengantar / ambil sesuatu dari teras rumah, gue harus melakukannya dan meninggalkan rumah secepat kilat, tapi gue selalu menyempatkan diri memandang ke arah jendela kamar Mama, dan melihat Mama sedang tertidur di ranjangnya, walaupun hanya beberapa detik. Meskipun gue tahu Mama tidur, gue selalu bilang, "Halo Mama, semangat ya, biar cepat sembuh".

Gue pun membangunkan Ony, dan kami memanjatkan doa Bapa Kami dan Novena Tiga Salam Maria. Setelah itu meskipun gue tetap terjaga, namun hati gue lebih tenang.

Di pagi harinya gue mendapatkan kabar gembira dari Carol yang bilang sudah menelepon Mama, dan memberikan semangat panjang lebar kepada Mama. Mama menjadi termotivasi untuk 'bangkit' setelah mengetahui bahwa gejala ringan yang saat ini Mama alami, bisa meningkat jadi gejala berat jika pola makan dan minum Mama seperti saat ini. Dan bahwa kondisi Mama akan lebih baik jika Mama juga rajin berjemur. Jika kondisi Mama memburuk, maka Mama terpaksa harus dirawat inap. 

Mama pun langsung menunjukkan lagi semangat sembuh dan sehatnya. Gue girang bukan main. Karena Nyonya Sitanggang alias Mama yang gue kenal adalah pejuang yang selalu semangat melawan sakitnya. Mama selalu bisa memaksakan dirinya makan meskipun sedang dalam keadaan sakit, dan juga rajin mengkonsumsi apapun yang menurutnya baik buat kesehatannya, meskipun rasanya tidak enak sekalipun. Namun semangat itu hilang sejak Mama terkonfirmasi positif Covid-19. Dan gue sedih banget.

Tapi di pagi ini Mama bahkan sudah meminta sarapan bubur ayam. Gue pun langsung bersemangat untuk ke restoran bubur Acongs langganan keluarga kami, dan memesan sarapan untuk seisi rumah Mama.

Beberapa saat kemudian, Anggi mengirim foto - foto mereka sedang berjemur, termasuk Mama. Aahhh....senangnya, puji Tuhan ! Karena Anggi info kalau pesanan juicer gue sudah tiba, gue pun ke rumah Mama untuk mengambil pesanan juicer gue itu, tentunya dengan saling berjauhan dengan mereka yang sedang berjemur.

Juicer ini gue beli supaya bisa menyediakan jus buah dan sayuran untuk Mama dan yang lainnya. Gue sudah punya segudang buah dan sayuran dari yang gue beli dan juga dari Nantulang Jogi. Tapi karena saking bersemangatnya, gue mampir ke Naga untuk membeli brokoli, timun dan wortel. Siang tadi, gue menyiapkan 4 botol jus campuran pepaya, brokoli dan wortel. Ada sebersit perasaan haru tadi pas berjibaku dengan juicer yang memang baru pertama kali gue gunakan. Biasanya Bapak yang menyiapkan jus untuk gue sekeluarga. Bapak adalah the King of Juice di keluarga gue. Aneh juga....ternyata baru kali ini gue menyiapkan jus untuk Bapak, dan yang lainnya. 

Kabar gembira lainnya adalah obat isoman untuk Rico dan Anggi dari Kemenkes tiba hari ini ! Woww...! Padahal kemarin gue membaca banyak banget pemberitaan mengenai segudang keluhan para pasien Covid-19 yang tidak kunjung menerima obat - obatan mereka meskipun sudah menunggu beberapa lama. Saran gue buat pasien Covid-19 yang masih menunggu obat isomannya, segera kontak Halo Kemenkes melalui WA di nomor +62 812-1230-5515. Karena jalur ini responnya cepat banget dan memberikan solusi. Jika dihitung - hitung obat isoman ini diterima dalam waktu kurang dari 48 jam sejak Anggi melakukan langkah 'tebus obat', sesuai dengan petunjuk Kemenkes. Udah gitu, informatif banget, bahkan nama jasa kurirnya dan nomor resinya pun dikasih tahu, jadi kita bisa track. Gue sangat menghargai dan berterima kasih ke Pemerintah RI dengan bantuan ini. 

Well, untuk gue sendiri di minggu pertama sejak konfirmasi positif Covid-19 Mama dan yang lainnya, hidup terasa seperti roller coaster. Tapi Tuhan Yesus baik banget, sepertinya gue sudah menerima kondisi ini dan merasakan bahwa semua ini sudah seperti rutinitas baru buat gue. Meskipun gue kurang suka bagian dimana gue mendengar kabar kurang 'mengenakkan' mengenai kondisi di rumah, terutama Mama, dan dalam sekejap membuat syaraf gue terasa tegang, tapi hal itu ngga terhindarkan. Ini pengalaman baru buat gue, berhadapan dengan situasi seperti ini, dimana dalam waktu bersamaan, lima orang yang paling gue cintai dan paling penting dalam hidup gue, sakit dalam waktu bersamaan. Bukan sakit yang sederhana dan ringan. Penyakit yang seluruh dunia saat ini sedang hadapi dengan serius. Penyakit yang resikonya bisa mengerikan. 

Puji Tuhan kondisi gue saat ini memungkinkan untuk fokus mengurus anggota keluarga. Gue sudah mengambil cuti dari kantor, dan Puji Tuhan gue memiliki bos yang super baik, pengertian dan berempati tinggi. Begitu gue ceritakan kondisi keluarga gue hari Selasa (20 Juli 2021) yang lalu, pesan Pak Mike cuma satu : agar gue fokus pada kesehatan keluarga dan diri sendiri. Jangan ada secuil pun memikirkan pekerjaan. Di minggu ini gue sering menangis diam - diam, karena menghadapi situasi ini. Tapi gue bukan hanya menangis di saat gelisah dan khawatir dengan kondisi Mama dan yang lainnya. Namun seringkali juga gue menangis karena begitu terharu dengan kebaikan dan empati orang - orang kepada gue.  

Seperti gue bilang tadi, rutinitas gue pun baru. Saat ini gue lagi ngga memungkinkan untuk jalan pagi sambil melakukan aktivitas street feeding. Karena di pagi hari biasanya gue mengantarkan sarapan ke rumah Mama. Dalam sehari gue bisa 4 - 5 kali ke rumah Mama, mengantarkan logistik, diakhiri dengan mengambil sampah di malam hari. Aktivitas ekstra lainnya yang gue lakukan adalah mandi dan mencuci baju. Jadi, setiap pulang dari rumah Mama, gue akan mandi dan mencuci seluruh baju yang gue gunakan, termasuk tas kain yang gue pakai ketika kesana, sekedar antisipasi untuk menghindari resiko terpapar virus yang sama. Lelah ? Iyahhh....tapi perjuangan gue ngga seberapa dibanding dengan perjuangan Mama dan yang lainnya dalam menghadapi sakit mereka. Menurut gue penyakit ini bukan hanya menyerang fisik, namun juga psikis penderitanya.

Perjuangan belum berakhir, dan bahkan terasa belum dalam kondisi stabil. Karena itu ngga ada putus - putusnya gue berdoa memohon berkat dan belas kasih Tuhan Yesus untuk keluarga gue yang saat ini sedang mengalami pergumulan berat menghadapi situasi Covid-19 ini. Terima kasih, Yesus.

No comments :