I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Friday, July 30, 2021

Cerita Karantina : Ketika Covid-19 Menyerang Keluarga (4)

 
30 Juli 2021

Udah beberapa hari ini gue ngga ngeblog mengenai kondisi di keluarga dan rumah Mamak. Kemarin - kemarin ngga sempat ngeblog karena situasinya kurang mengenakkan, ngga tenang, dan sangat menguras pikiran dan energi gue. Dan di saat berada di posisi 'terendah' seperti itu, bukan saat nyaman untuk gue mengungkapkan sesuatu di blog. 

Di blog sebelumnya gue sempat bilang kalau kondisi sudah mulai aman dan stabil, karena semua yang sedang isoman di rumah Mama, sudah mendapatkan obat - obatan masing - masing. Jadi gue berpikir, proses isoman akan lancar. Untuk tabung oksigen, kebetulan sudah ada satu tabung yang Anggi pinjam dari teman dekat di gereja. 

Namun ternyata kondisi belum benar - benar 'aman'. Di tiga hari pertama Mama isoman, Mama tidur terus menerus. Hal ini membuat Mama ngga ada waktu untuk makan, minum, atau berjemur. Padahal ketiga hal ini sangat dibutuhkan dan harus dilakukan agar kondisi gejala Mama yang awalnya ringan, tidak menjadi lebih berat. Menurut orang - orang di rumah, sulit sekali membangunkan Mama. 

Situasi seperti ini yang bikin tertekan buat gue, Carol dan Pardo yang cuma bisa menunggu dan memantau dari luar. Mungkin karena masing - masing yang isoman di dalam rumah juga sedang bergumul dengan kondisi mereka, baik secara fisik maupun mental, jadi ngga ada yang benar - benar bisa fokus memaksa Mama untuk bangun, makan, minum dan berjemur.

Di hari Sabtu (24 Juli) gue sekeluarga melakukan video call, dan di situ gue bisa lihat dengan jelas, meskipun Mama sudah dibangunkan namun Mama seperti 'teler' entah karena sudah terlalu lama tertidur, atau menahan kantuk yang luar biasa. Untuk saturasi, tetap selalu dipantau dan sampai saat itu masih normal, di angka 95 atau di atasnya.

Di hari Minggu pagi gue ke rumah Mama, karena ingin melihat Mama dan mengajaknya ngobrol. Sejujurnya gue sedih melihat kondisi Mama semalam saat video call. Meskipun mengobrol dari kejauhan, gue sangat bahagia melihat Mama bisa terbangun, duduk, sambil menjawab pertanyaan - pertanyaan gue. Gue sengaja melontarkan pertanyaan - pertanyaan ringan ke Mama, karena ingin melihat apakah Mama merespon dengan baik atau tidak. Ternyata cukup baik.

Minggu pagi itu, Mama dan Bapak dibawa ke laboratorium Prodia, untuk melakukan beberapa tes, termasuk D-dimer. Kebanyakan hasilnya baru akan keluar di hari Senin. Di sore hari, kami mendatangkan home care doctor untuk memeriksa kondisi Mama. Di sinilah kehebohan dimulai. Tujuan kami memanggil dokter adalah agar Mama bisa mulai diinfus, mengingat inilah satu - satunya cara Mama tetap mendapatkan asupan cairan. Namun tiba - tiba gue mendapat pesan untuk mencari selang NRM. Lohh....buat apa ? Memangnya Mama harus disupport oksigen ? Ternyata saat pemeriksaan oleh dokter, saturasi Mama turun di angka 92, bahkan sempat di angka 80an. Gue panik luar biasa, dan bareng Ony langsung meninggalkan rumah demi mencari selang tersebut.

Gue menyusuri apotik dan Rumah Sakit yang ada mulai dari area Pasar Minggu sampai dengan Pancoran, tidak ada yang menjual selang ini. Puji Tuhan, gue bisa mendapatkannya di Siloam Hospitals Asri di daerah Duren Tiga. Gue pun langsung ke rumah Mama. Dari jendela kamar Mama, gue bisa melihat Mama sudah diinfus dan menggunakan oksigen. Hati gue retak banget melihatnya. 

Gue langsung berpikir, bagaimana cara mendapatkan ekstra tabung oksigen untuk backup tabung yang ada saat ini, yang paling hanya bisa support maksimal selama 4 jam. Gue langsung terpikir untuk ke tempat pengisian oksigen yang ada di dekat Gedung Aneka Tambang. Ternyata pemiliknya memiliki stok satu buah tabung oksigen, dan gue pun membelinya seharga Rp. 2 juta. Saat itu gue ngga mau berpikir panjang, yang penting Mama punya cukup stok oksigen!

Di saat bersamaan Carol juga sedang mengambil pinjaman tabung oksigen dari rumah sahabatnya. Jadi di malam itu, setidaknya ada 3 tabung oksigen standby untuk support Mama. Namun meskipun saturasi Mama stabil setelah menggunakan oksigen, salah satu sepupu yang merupakan seorang dokter dan telah memantau kondisi Mama sejak awal terkonfirmasi positif Covid-19, dr. Anggun (Semoga Tuhan Yesus selalu memberkati Anggun yang tidak sangat baik dan mencurahkan perhatiannya untuk proses perawatan Mama), tetap mengharapkan Mama dibawa ke UGD Rumah Sakit PGI Cikini malam itu juga. 

Begitu rencana itu disampaikan ke Mama, Mama menolak mentah - mentah. Mama ngga suka ke rumah sakit. Zona nyaman Mama hanyalah di rumahnya sendiri. Mama pasti ngga bisa tidur jika bukan berada di rumah sendiri. 

Di saat yang lainnya berusaha membujuk Mama, gue dan Ony ke daerah Pekayon untuk mengisi ulang tabung oksigen yang Mama pakai sejak sore tadi. Dua kali gue ke sana, karena juga harus mengisi tabung oksigen pinjaman dari sahabat Carol. Meskipun sudah ada rencana untuk membawa Mama ke rumah sakit malam itu, tapi buat gue, segala antisipasi tetap harus dilakukan. Dengan adanya tiga tabung oksigen dalam keadaan ready to use, bikin hati ini lebih tenang (lanjut di blog berikutnya).

No comments :