I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Friday, December 19, 2014

Hari Kedua : Lelah Memuncak di Chatuchak

Pagi ini gue bangun dengan sejumlah rencana melayang - layang di pikiran gue. Target gue adalah Chatuchak Market ! Tapi sebelum ke sana gue akan menyempatkan diri mengunjungi beberapa tempat menarik sekitar Khaosan, yaitu ke Wat Chanasongkram yang berada tepat di seberang Khaosan Road, serta ke Wat Saket.

Pemandangan Wat Chansongkram pagi itu adalah bangunan - bangunan megah yang didominasi warna keemasan, lalu beberapa biksu yang berlalu lalang memulai aktivitas mereka, dan sekawanan anjing yang sedang bersantai.

Morning !

Vitarka Mudrā
Dari Wat Chansongkram, gue melanjutkan langkah menuju Wat Saket. Untuk mencapai Wat Saket, tepatnya mencapai puncaknya, perjuangannya lumayan. Selain jarak tempuh cukup jauh yang harus gue lalui dengan berjalan - kaki, tiba di komplek Wat Saket, gue harus menaiki sekitar 300 anak tangga untuk sampai di puncaknya. Namun kelelahan gue terbayar begitu melihat stupa keemasan berukuran raksasa tepat di puncaknya. Puas berada di sini dan berhasil membuktikan pada diri sendiri kalo stamina gue cukup baik untuk sampai disini, gue pun mengambil arah turun, dan meninggalkan lokasi Wat Saket.

Wat Saket
Stupa Wat Saket
Mengharapkan keberuntungan
Pemandangan dari puncak Wat Saket
Dalam perjalanan ke arah Khaosan Road, lewat dari Democracy Monument sedikit, gue menyeberang jalan untuk menunggu bus umum ke arah Chatuchak Market.

Democracy Monument
Wat Ratchanadda
Sebelum berangkat ke Bangkok gue udah berniat pengen ke Chatuchak market. Ini sebenarnya bertolak belakang banget dengan kebiasaan bekpekeran gue yang ogah ke pusat - pusat belanja. Meskipun Bangkok dikenal salah satunya sebagai pusat wisata belanja, tapi gue ngga tergoda. Waktu ke sini tahun 2010 yang lalu pun ngga ada niat untuk memasukkan 'belanja' ke dalam agenda gue.

Namun kali ini gue sedikit tergoda dan merencanakan ke Chatuchak Market, yang katanya salah satu weekend market terbesar dunia, dengan lebih dari 10,000 kios di dalamnya. Gue berniat ke sini untuk mencari hadiah ulang tahun untuk keponakan gue tersayang, Abigail (Abby) ,yang tepat berulang tahun ke-4 hari ini (30 November 2014). Meskipun gue gak bisa ikut perayaan ulang tahunnya yang diadakan di Puncak hari ini, tapi gue bertekad akan membawa pulang hadiah spesial buat Abby. 

Awalnya gue tiba di Chatuchak dengan segudang harapan. Melihat areanya yang luas banget, gue optimis kalo gue akan menemukan apapun yang gue perlukan di pasar legendaris ini. Gue pun mulai mengeksplorasi pasar yang dipenuhi dengan kios - kios dengan berbagai jenis barang dagangan. Mulai dari makanan, souvenir, tas, pakaian, lukisan dan barang seni, pecah belah, bahkan hewan peliharaan. Tapi semakin waktu berjalan, dan kaki gue pun ngga berhenti berjalan, kelelahan dan rasa bosan menyerang gue.

Menara Jam di Chatuchak
Coconut Ice paling enak sedunia
Lorong kios - kios
Gue udah berusaha mencari dan memperhatikan setiap kios yang udah dilewati oleh kedua kaki lelah gue ini. Namun sayangnya gak menemukan sesuatu pun yang menarik bagi gue. Target gue adalah mencari hadiah spesial buat Abby, bukan sekedar  oleh - oleh seperti gantungan kunci, tas, atau benda semacam itu. Kalau sekedar mencari barang - barang simpel seperti itu, mungkin Chatuchak inilah surganya, karena menyajikan banyak pilihan dengan harga terjangkau. Panasnya cuaca siang itu ditambah menumpuknya orang dan kios di kawasan Chatuchak juga bikin gue susah fokus. Apalagi pas melewati bagian hewan peliharaan.

Gue paling sebal sebenarnya kalo lihat pet shop dan semacamnya yang menjual anak - anak hewan. Gak tega lihatnya. Tapi begitu gue mau segera kabur dari area itu, gue malah tertahan sama pernak - pernik keperluan hewan, khususnya anjing, yang lucu - lucu dan unik dan mungkin ngga akan gue temui di Jakarta. Gue sempat mau beli baju dan tas ransel buat Bruncuz dan Momo. Untung gue segera tersadar, Bruncuz dan Momo pastilah ngga nyaman dengan aksesoris seperti itu. Mungkin akan gue akan terhibur melihat kedua anjing gue memakai baju layaknya manusia, ditambah lagi dengan tas ransel yang bisa memuat HP atau botol minum, namun keduanya pasti ngga akan merasa nyaman.

Gue pun mengambil langkah pulang, dengan menumpang bus No. 524 ke arah kembali ke hostel. Gue pengen istirahat dan merebahkan badan sejenak, rasanya tenaga gue tersedot luar biasa di Chatuchak tadi, baik untuk berjalan maupun memperhatikan setiap kios.

Tiba di Khaosan Immjai, gue langsung ke kamar. Di atas ranjang, gue sedikit menyesali karena meskipun sudah melewatkan 1 hari dari keseluruhan waktu gue yang singkat di Bangkok ini, gue pulang dengan tangan kosong, tanpa berhasil mendapatkan kado untuk Abby. Kenapa semua orang bilang belanja ke Chatuchak bagaikan surga ? Gue ngga ngerti.....Setelah berisitirahat sejenak, gue pun kembali bersiap - siap meninggalkan hostel. Gue masih belum putus asa dalam misi mencari kado Abby. Kali ini gue akan ke MBK ( Mahboonkrong) Center. Dari cerita yang gue dengar dan baca, ini adalah salah satu Mall legendaris di Bangkok, selain Platinum. Gue akan kesana untuk membuktikan sendiri, dan tentunya masih dalam misi mencari hadiah Abby. 

Untuk ke sana gue naik kapal ferry dari Phra Artrit Pier menyusuri sungai Chao Phraya menuju Sathorn Pier. Dari Sathorn Pier gue lanjut naik BTS Skytrain di Stasiun Saphan Taksin menuju Stasiun National Stadium. Dan MBK Center, tepat bersebelahan dengan stasiun National Stadium. Gue tiba di MBK Center dengan harapan lebih besar ketimbang ketika tiba di Chatuchak Market tadi, karena gue pikir inilah satu - satunya kesempatan mendapatkan hadiah Abby. Gue pun menyusuri setiap lantai di mall itu, mencari barang apapun yang menarik sebagai hadiah untuk Abby. Namun lagi - lagi gue kecewa. Bagi gue Mall ini ngga berbeda dengan ITC - ITC yang gampang gue temui di Jakarta. Bagi gue Mall - mall di Jakarta menyajikan lebih banyak barang, atau paling tidak barang - barang yang sama, namun dengan harga yang lebih terjangkau. Jadi soal urusan belanja, gue adalah pendukung pasar dan produk asli Indonesia, karena dari segi variasi, kualitas dan harga, lebih unggul kok. Dan lagi - lagi gue pulang ke Khaosan dengan tangan kosong. Gue enggan mencari Mall lainnya, karena selain saat itu sudah malam, gue pesimis akan menemukan hadiah yang pas dan menarik untuk Abby. 

Gue pun memutuskan pulang ke hostel....dengan kedua kaki super lelah dan pegal. Kesan gue, mengeksplorasi tempat - tempat belanja itu lebih melelahkan serta membosankan. Entah deh....mungkin karena niat gue menggendong ransel berat jauh - jauh dari Jakarta ke Bangkok ini bukanlah untuk kepuasan materi seperti berbelanja. Gue penggemar berat kota Bangkok karena kekayaan budaya, religi, dan sejarah yang dimilikinya, bukan pusat belanjanya. Mungkin karena niat minimalis untuk berbelanja itulah gue ngga kunjung menemukan hadiah Abby di sini. Tenang Abby sayang, Aju Cei akan cari hadiah yang lebih menarik di Jakarta nanti !

No comments :