I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Wednesday, December 10, 2014

Hari Pertama : Antara Don Mueang dan Samsen Road

Sam Sen Road
Menjelang akhir tahun 2014, tepatnya tanggal 29 Nov - 1 Des 2014 yang lalu, Yesus yang Maha Baik kembali memberikan gue kado istimewa : trip ke Bangkok. Tiketnya gue beli (tentu saja) dari Air Asia ketika promo tahun lalu, totalnya cuma sekitar IDR 500,000 (pulang - pergi). 

Pertama kali gue menginjakkan kaki di Bangkok adalah tahun Februari 2010 yang lalu, yang menyisakan segudang kenangan indah dan seru yang tak terlupakan. Karena itu gue bersemangat dengan trip kali ini, karena di mata gue Bangkok itu gak pernah membosankan. 

Saat kunjungan gue tahun 2010 yang lalu pesawat Air Asia yang gue tumpangi mendarat di Suvarnabhumi International Airport. Dari Airport menuju Khaosan Road, gue tinggal menumpang minibus (semacam Bus Damrinya Bangkok). Gue tinggal duduk manis di minibus yang nyaman itu, sampai sang sopir menghentikan mobil di halte dekat Khaosan Road.

Sementara kali ini, Air Asia sudah tidak lagi mendarat di Suvarnabhumi International Airport, melainkan Don Mueang International Airport. Ini menjadi tantangan tersendiri, karena dari informasi yang gue dapatkan baik dari hasil browsing maupun dari pihak Khaosan Immjai (Hostel tempat gue akan menginap), tidak ada pilihan minibus yang akan mengantar gue langsung ke kawasan Khaosan. Pilihannya adalah dengan taksi atau bus umum. Ada juga yang lebih menantang yaitu naik kereta. Tapi berhubung gue dijadwalkan mendarat di Don Mueang jam 20:15 malam, jadi gue enggan mengambil alternatif itu.

Meskipun namanya "Khaosan Immjai" hostel ini ngga benar - benar terletak di kawasan Khaosan, melainkan di sekitar Sam Sen Road, lengkapnya : Sen Soi 1 Samsen Road, Wat Sam, Phraya, Phranakorn District. Entah kenapa kalau gue lihat di peta kok posisinya seperti berada di tengah - tengah antara komplek Anantasamakhom Throne Hall dan Khaosan Road. Gue agak bingung sebenarnya....

Berhubung gue adalah bekpeker gembel yang selalu penasaran dengan hal baru dan kadang sok mencari tantangan, maka pilihan gue jatuh ke.....naik bus umum. Keuntungannya mendarat di Don Mueang adalah lokasinya dekat banget dengan jalan raya utama. Jadi begitu keluar gedung airport, gue tinggal berjalan kaki beberapa ratus meter meninggalkan komplek airport, langsung nemu halte bus. Di halte bus itulah gue menunggu bus pertama No. 59 tujuan Terminal Bus Mo Chit atau Chatuchak Market. Nunggu busnya lumayan lama, 20 menit lebih, ongkosnya gak sampe 20 bath. Gue turun di Mo Chit terminal dengan mulus tanpa kendala. Gue pun kembali menunggu di halte Mo Chit, bus berikutnya, nomor 524. Bus yang satu ini, udah nunggunya lama banget (lebih dari 30 menit), kendala lainnya adalah Ibu Kondektur yang bertugas benar - benar ngga mengerti bahasa Inggris. Jadi begitu gue bilang mau turun di "Sam Sen Soi" dia langsung nunjuk seseorang yang duduk di belakang gue. Gue asumsiin bahwa si Ibu Kondektur minta gue tanya ke pemudi tersebut. Gue pun menyodorkan peta yang gue pegang dengan jari gue menunjukkan ke arah "Sam Sen Soi 1". Si pemudi malah kebingungan. Selain bingung karena gak tahu jalan yang gue maksud, juga karena ngga ngerti bahasa Inggris. 

Gue pun duduk dengan pasrah, dengan secuil rasa kesal terselip di hati gue....entah kesal sama siapa. Kalau gue menarik ke belakang apa yang gue alami tahun 2010 lalu, rasanya emang ngga pernah mudah mencari jalan di Bangkok ini. Kendala pertama, karena kebanyakan (hampir semua) nama jalan dan fasilitas  - fasilitas lainnya di kota ini ditulis dalam huruf Thailand yang keriting - keriting itu. Kedua, ngga semua orang disini bisa berbahasa Inggris, jadi gue sulit berkomunikasi ketika mau nanya apapun. Senjata gue dari tadi cuma sodor - sodorin peta Bangkok doang....Tapi kali ini celaka duabelas, karena selain orang yang gue tanya ngga ngerti bahasa Inggris, juga ngga tahu jalan yang gue cari. Dan semua tantangan itu makin sempurna karena ini adalah malam hari. Mungkin di siang hari akan lebih mudah buat gue mencari arah dan jalan. Sementara itu rasa lelah dan lapar udah menyerang....apalagi dengan ransel berat membebani punggung gue kayak sekarang.

Mata gue cuma bisa memandangi selembar kertas berisi email konfirmasi dari Khaosan Immjai di tangan kiri dan peta Bangkok di tangan kanan. Sekonyong - konyong gue kesal karena pihak Khaosan Immjai tidak memberikan informasi tambahan misalnya gedung atau bangunan terdekat dengan hostel itu, atau apapun yang agak spesifik. Informasi yang diberikan cuma :

By bus: Airport shuttle bus A1 or public bus no. 59 to Mo-Chit Bus Terminal or Chatuchak Market and then take bus no. 3 or 524 to the opposite side of "Sam Sen Soi 1" and then you just walk across the main road (“Sam Sen Road”) and walk through Sam Sen Soi 1  around 20 meter you will see the orange building on the left hand side. Total prices is around 16 – 50 Baht , 100 – 200 minutes depends on traffic and how often they come. Satu - satunya petunjuk mengenai bangunannya cuma "orange building", yang sebenarnya kurang berarti di saat gelap malam seperti ini.

Di tengah kepasrahan, gue yakin bahwa di dalam situasi kayak gini, instinglah yang akan membantu gue. Gue selalu percaya, di tengah kebingungan seperti ini, Yesus punya cara tersendiri untuk membantu gue....ngga selalu melalui orang - orang yang gue temui, namun juga melalui diri gue sendiri. Di tengah jalan antah berantah, begitu melihat Seven Eleven, gue pun memilih untuk segera turun. Padahal gue gak ada petunjuk sedikit pun di mana gue berada saat itu. Entah karena bantuan insting gue, atau karena dorongan rasa haus yang kronis. Seven Eleven itu bak oase buat gue, dan gue langsung masuk untuk beli air mineral. Gue udah ngga minum air sejak boarding di Jakarta tadi, jadi ditambah dengan lamanya perjalanan Jakarta - Bangkok dan sampai saat ini, gue belum minum setetes air pun selama kurang lebih 4 jam.

Di kasir, sambil membayar air mineral yang gue beli, gue juga menyempatkan bertanya jalan yang gue cari. Puji Tuhan, dengan antusias si kasir yang baik hati itu langsung meninggalkan mesin kasirnya, menuju ke luar toko dan dengan terbata - bata menjelaskan arah ke gue. Yang gue tangkap, gue hanya perlu berjalan kaki melewati 2 persimpangan / lampu merah, lagi, lalu posisi jalan tersebut ada di sebelah kanan, alias gue harus menyeberang jalan. Gue girang bukan main.....! Padahal tadi gue berhenti di sini bukan karena tahu jalan, melainkan sekedar terdorong oleh insting doang.

Dengan informasi yang gue dapatkan ditambah seliter air mineral di pelukan gue, langkah gue menjadi jauh lebih ringan. Kurang dari sepuluh menit kemudian gue pun tiba di Khaosan Immjai, saat itu sekitar jam 11 malam. Jadi, "Sam Sen Soi 1" lebih nampak seperti gang, bukan jalan utama. Ngga heran kalo warga Bangkok pun ngga tahu keberadaannya.

Karena gue masih penasaran dimana posisi hostel ini sebenarnya, gue pun berniat untuk mencari Khaosan Road malam itu juga. Dengan semangat menggebu - gebu, kelar bersih - bersih sejenak, gue pun meninggalkan hostel malam itu. Cukup berjalan - kaki sekitar 10 menit menyusuri Sam Sen Road, gue tiba di Khaosan Road. Ada sedikit rasa haru di hati, akhirnya setelah 4 tahun berlalu gue kembali menginjakkan kaki di jalan fenomenal ini. Suasananya masih sama seperti saat itu, karena kebetulan 4 tahun lalu pun gue tiba di sini ketika malam minggu. Jadi, jalan ini diramaikan dengan hiruk - pikuk wisatawan yang larut dalam kehidupan malam ala Khaosan Road yang heboh dan hingar - bingar. 

Kota ini, tepatnya kawasan ini, selalu menantang untuk gue. Sejak mendarat di airport menuju hostel aja gue mendapatkan pengalaman yang seru. Dan gue ngga sabar untuk menyambut esok dan memulai petualangan gue di kota ini.

No comments :