I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Saturday, November 22, 2014

Menengok Keelokan Bromo (3)

Pananjakan 1 Seruni Point
09 November 2014

Pagi itu gue terbangun dari tidur gue yang lelap dengan cara dramatis. Awalnya gue mendengar ketukan di pintu ruang tamu homestay tempat gue tinggal. Berhubung gue tinggal di kamar depan, alias tepat di sebelah ruang tamu, suara ketukan itu nyaring terdengar. Gue terbangun dan langsung lihat jam, sekitar jam 1 dini hari. Gue ogah ninggalin ranjang dan membukakan pintu, karena gue pikir bukan urusan gue. Gue pikir sang pemilik rumahlah yang seharusnya menerima tamu tersebut.

Ngga putus asa, si pengetuk pintu pindah ke jendela kamar gue. Sambil mengetuk jendela, orang itu juga sambil bilang, "Permisi...permisi..!" Karena suaranya sangat mengganggu, gue pun menyahut. Si pengetuk pintu kembali bersuara, "Bukain pintunya..." Lhaaa....gue pikir, ini kan bukan rumah gue, dan gue gak mengenal si pengetuk pintu. Siapa tahu dia perampok atau penjahat ? Gue pun malas bangkit dari tidur gue.

Gunung Batok
Si pengetuk pintu yang mungkin kesal karena gue ngga kunjung membukakan pintu, kembali lagi ke jendela kamar. Gue masih cuek. Lalu gue mendengar suara - suara mencurigakan dan dengan sekejap si pengetuk pintu membuka jendela kamar dan gorden kamar gue lalu mencondongkan kepalanya ke dalam kamar melalui jendela yang ngga berteralis itu. Gue kaget setengah mati dan terbangun dengan posisi duduk dan menjauh dari jendela, jantung gue berdegup kencang sakit takutnya. Dalam bengong dan ketakutan gue lihat si pengetuk pintu ngomong, " Bangun !! Mau ke Bromo ngga ? Udah jam berapa ini ? Nanti telat ! Bukain pintunya...." Ya ampun, segitunya banget ngebangunin orang.

Gue langsung keluar kamar untuk membukakan pintu untuk si pengetuk pintu yang adalah panitia tour ini. Trus dia nanya, "Mana kamar temannya yang lain ?" Dan dengan senang hati gue langsung menunjukkan kamar kedua teman gue yang lain. Si Bapak langsung mengetuk pintu dengan kencangnya. Gue sempat nimpalin, "Kalo gak, ketok jendelanya aja Pak, di belakang tuh..." Berhubung kedua teman gue ngga ada yang membuka pintu, si Bapak pun tanpa ragu - ragu langsung memasuki kamar dan membangunkan kedua teman gue. Gue menyaksikan pemandangan itu sambil ketawa - ketiwi bahagia. 

Gue pun mencuci muka dan bersiap - siap. Dalam waktu 10 menit gue udah siap, karena ngga pake mandi segala. Siapa yang tahan mandi di Malang jam 1 dini hari ? Setelah gue dan teman - teman siap, kami pun melangkah ke 'Balai Desa' begitu tadi si Bapak yang menggemparkan pagi gue berpesan.

Jeep sweet jeep
Di Balai Desa beberapa mobil jeep terbuka menanti. Gue langsung semangat untuk naik ke salah satunya, mengambil posisi berdiri di paling pinggir. Jeep itu ditumpangi sekitar 13 orang. 3 orang (termasuk sopir) di bagian pengemudi (tertutup), 3 orang di atas atap bagian pengemudi, dan 7 orang di belakang. Sempit tapi seru ! Apalagi ketika jeep sudah mulai menyusuri lereng pegunungan yang berkelok - kelok dan walaupun dalam gelap gue bisa melihat ke arah lembah....rasanya, walaupun ngeri tapi bikin penasaran.


Yang bikin gue sedikit takut selama perjalanan di atas jeep ini adalah betapa semakin masuk dan naik ke kawasan Bromo, rasa dinginnya semakin menjadi dan terasa menusuk kulit. Dan gue bukanlah orang yang tahan dingin. Jangankan di Bromo.....gue bahkan ngga tahan dengan udara "malam" Jakarta. Di rumah, tepatnya di ruang nonton, gue akan nyaman menikmati acara menonton gue setiap malamnya, sambil berselimut tebal....kadang berkaos kaki sgala. Kalau udara 'dingin' malam itu diperparah dengan turunnya hujan, 'perlengkapan' gue harus ditambah dengan mengenakan sweater. Jadi gue sadar, standard 'dingin' gue agak berbeda dengan orang lain. Dan kali ini, gue harus menghadapi udara dingin khas pegunungan. Meskipun udah berjaket tebal lengkap dengan sarung tangan dan topi, tapi dengan segera ujung - ujung jari gue udah keriput menahan dingin. Gue bertekad untuk mengacuhkan kerentanan gue terhadap rasa dingin itu dengan satu motivasi kuat : ngga mau mempermalukan diri sendiri.

Gunung Batok & Kawah Bromo
Tujuan pertama perjalanan seru ini adalah ke Pananjakan 1 Seruni Point untuk lihat matahari terbit alias sunrise. Sebenarnya gue bukan pemburu sensasi "sunrise", seperti wisatawan umumnya kalo ke kawasan pengunungan atau pantai. Buat gue yang nyaris ngga pernah ke daerah pengunungan kayak gini, apapun yang mata gue lihat indah adanya dan bikin gue bersemangat. Seperti janji gue pada diri sendiri, gue gak mau menyewa dan menunggang kuda selama di area taman nasional Bromo ini. Alasannya, karena gue yakin kenikmatan dari perjalanan ini adalah dengan berjalan kaki. Kedua, itu gue ngga mau mengeluarkan uang untuk itu (Rp. 50,000 searah), dan ketiga, gue ngga tega lihat kudanya yang kecil. Gue ingat, waktu gue sempat latihan berkuda beberapa tahun lalu, kuda berlatih gue fisiknya tinggi, kuat dan terawat. Namun begitu gue udah duduk di punggungnya, gue jadi ngga tega, karena seakan  - akan sang kuda sedang menanggung beban yang berat. Gimana pula kalau gue naik di atas punggung kuda - kuda Bromo yang berpostur lebih kecil ini ?

Horaaayy!!
Akhirnya gue tiba di Penanjakan. Kemana pun arah memandang, mata gue disajikan pemandangan indah dan elok. Gue dan ketiga teman gue, berbaur dengan peserta lainnya, sibuk berfoto, mengabadikan kenangan berlatar belakang lukisan alam berupa Kawah Bromo dan Gunung Batok, dihiasi dengan langit biru nan cerah, yang amat menawan.



Puncak Kawah Bromo
 Puas di Penanjakan, gue dan rombongan pun kembali ke jeep masing - masing. Tujuan berikutnya adalah Kawah Bromo dan Gunung Batok. Yeayyyy! Tiba di sana, dari kejauhan gue melihat para pengunjung yang sedang menanjak Kawah Bromo, tampak kecil dan seperti semut. Ngga mau menunggu lama, gue dan teman - teman pun memulai langkah gue mencapai kawah Bromo. Berhubung tangga semen yang tersedia dipenuhi pengunjung yang antri, gue dan teman - teman ogah ikut mengantri, dan memilih jalan tepat disamping tangga. "Jalan" yang dimaksud adalah hamparan pasir. Untuk mengatasi licin dan terpleset, gue berpegangan pada batas tangga semen. Dengan terseok - seok, akhirnya gue tiba di mulut kawah Bromo. Ahhhh....rasanya puas, dan semua kelelahan terbayar demi melihat pemandangan di hadapan gue. 

Pasir Berbisik
Setelah beberapa lama di atas, gue pun mengambil langkah menuruni kawah Bromo. Tapi lagi - lagi karena ogah mengantri di tangga yang tersedia, gue dan teman - teman memilih untuk menyusuri jalan pasir. Kali ini lebih seru dan menantang, karena saat berjalan di atas pasir, dengan kecuraman seperti itu, gue gak bisa berpegangan pada apapun. Akhirnya gue meraih tas salah satu teman gue yang berjalan di depan. Lalu mendadak tangan gue ditangkap seorang pengunjung lain di belakang gue yang sedang menahan takut luar biasa. Si pengunjung sampai memohon - mohon supaya gue gak berjalan terlalu cepat, karena dia sangat ketakutan. Sebenarnya kondisi dia sama ama gue, tapi dia histeris sementara gue (sok) kalem. Perjalanan seru itu pun berakhir, dan tiba di dasar kembali, dan segera menuju area parkir jeep. Siap menyongsong tujuan berikutnya.

Jeep pun berhenti di kawasan wisata Pasir Berbisik. Tiba disana, sepanjang mata memandang adalah lautan pasir yang tampak gemerlap di bawah terpaan sinar matahari pagi. Group tour ngga berlama - lama di sini karena tujuan berikutnya menunggu, yaitu Bukit Teletubbies dan Padang Savanah.

Padang Savanah

Ketika sampai di sana, melihat hamparan rumput hijau di hadapan gue, yang terlintas di pikiran gue adalah, "Di atas bukit nan jauh, Teletubbies bermain - main...." Jreng...jreng...jrenggg !! Muncullah Tinky Winky, Dipsi Laa Laa dan Po...menari - menari, melompat - lompat, sambil bernyanyi ceria, "Teletubbies...Teletubbies....! Berpelukaaannn!" Dan keempatnya pun saling berpelukan, di bawah sinar matahari berwajah bayi. 

Savana hijau kecoklatan yang nyaris menyerupai karpet itu memang mirip dengan yang di serial Teletubbies. Lagi - lagi gue dibuat kagum dengan buah karya Sang Pencipta. Baru beberapa jam gue disini, namun mata gue sudah disuguhkan dengan berbagai macam keindahan alam yang berbeda - beda. Ada lautan pasir, ada padang savanah.....lengkap ! Untuk gue pribadi perjalanan mulai dini hari tadi melelahkan sebenarnya, tapi semua kelelahan itu lenyap begitu gue melihat keindahan

Rileks dan mengagumi ciptaanNya
Setelah beberapa lama disana, jeep pun meninggalkan lokasi Taman Nasional Gunung Bromo, menuju ke Desa Gubugklakah. Tiba di homestay, gue bersih - bersih dan istirahat. Bersih - bersih yang dimaksud adalah mengeluarkan segepok pasir dari sepatu gue sisa - sisa perjuangan tadi.

Jam 2 siang, gue dan teman - teman berangkat menuju Stasiun Malang. Sebelumnya kami mampir di pusat oleh - oleh terlebih dahulu. Kereta Ekonomi yang gue tumpangi berangkat jam 5:10 sore.

Ini adalah perjalanan terlama yang pernah gue lalui dalam riwayat traveling gue. Bayangin....17 jam lebih duduk di bangku kereta ekonomi yang jauh dari empuk. Udah gitu musti berbagi bangku dengan 2 orang lainnya. Dari awal gue udah niat mau sewa bantal (Rp. 6,000) dari pihak Kereta Api sekedar untuk alas duduk. Namun untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak....gue kehabisan bantal, karena sebelum sampai di gerbong gue, bantalnya laris manis tersewa. 

Selain itu, ini adalah waktu terlama dimana gue menghabiskan waktu di satu tempat tanpa bisa melakukan banyak hal. Yang bisa gue lakukan untuk mengusir kebosanan dan rileksasi adalah membaca novel dan turun di setiap stasiun dimana kereta berhenti beberapa saat. Gue sempat tertidur beberapa kali, tapi siapa sih yang butuh tidur selama 17 jam lebih ? Apalagi sambil duduk....di bangku yang joknya ngga empuk - empuk banget....

Tapi gue bersyukur...karena perjalanan gue mulus dan lancar nyaris tanpa masalah apapun, gue mendapatkan pengalaman mengunjungi Bromo yang indah dan tak terlupakan, dan tiba kembali di Jakarta dengan selamat. Gue ngga sabar untuk mengulang perjalanan gue ke sini lagi lain waktu.....minus naik kereta ekonomi 17 jam deh kayaknya :)

Teletubbies wannabe

No comments :