I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Saturday, November 15, 2014

Menengok Keelokan Bromo (1)


Tanggal 7 - 10 November 2014 kemarin gue cuti sejenak untuk melangkahkan kaki menuju Bromo. Sebenarnya gak pernah ngotot banget pengen kemari, cuma karena sedikit rasa penasaran ditambah dorongan teman - teman kantor yang juga pengen ke sana, maka "terpaksa" gue jadiin tripnya. Hal yang bikin berat untuk ikutan trip Bromo ini, karena stok cuti gue udah nyaris habis, sementara akhir bulan November nanti gue udah ada rencana bekpekeran lagi. Selama di pertengahan tahun gue nyaris gak melakukan trip bekpekeran kemana pun baik di dalam negeri maupun luar negeri. Dan di bulan ini, sekonyong - konyong gue kembali sibuk dengan jadwal bekpekeran. Asyik !

Trip Bromo ini adalah trip gabungan yang diatur oleh Langkah Kaki, yang gue sebut sebagai organiser untuk trip - trip ala bekpeker. Sebelumnya gue pernah gabung dengan Langkah Kaki sebanyak dua kali ketika trip ke Way Kambas, Lampung. Untuk trip ke Bromo ini per orangnya dikenakan biaya Rp. 600,000 yang sudah termasuk hampir semuanya baik tiket kereta pulang pergi, penginapan, makan 3 kali, tiket masuk ke beberapa tempat wisata bahkan jeep selama di kawasan Taman Nasional Bromo. Namun untuk gue dan ketiga teman kantor yang kebetulan telat daftar dan kehabisan tiket kereta Jakarta - Malang, maka ada tambahan biaya sebesar Rp. 68,000 / orang untuk sewa mobil Surabaya - Malang.

Sejujurnya, gue punya idealisme untuk mengatur sendiri perjalanan gue seperti layaknya bekpeker sejati (caelaahh!!). Alasannya, hal itu akan menambah wawasan gue mengenai daerah yang akan gue jelajahi. Selain itu setiap perjalanan yang gue lakukan dengan ekstra tantangan, perjuangan dan kerja keras, akan lebih indah dan abadi untuk gue kenang sampai kapan pun. Namun ternyata idealisme bekpeker gadungan ini berlawanan dengan masalah budget. Setelah gue hitung - hitung sendiri budget perjalanannya jika gue dan ketiga teman gue berangkat sendiri, ternyata jadi lebih mahal. Ditambah lagi sebenarnya waktu gue terlalu sempit untuk menyiapkan perjalanan sendiri. Gue harus berangkat awal November, atau akan mengacaukan jadwal jalan - jalan berikutnya. Jadilah gue akhirnya memilih nimbrung di trip gabungannya Langkah Kaki.

Kembali ke masalah cuti yang minimalis, tanggal 7 November itu, hari Jumat, gue cuma bisa cuti setengah hari. Gue sempat ke kantor sekalian membawa ransel, dan meninggalkan pekerjaan dan kantor hampir jam 12:00 siang. Agak nekad sebenarnya, mengingat jadwal keberangkatan kereta yang akan gue tumpangi dari Stasiun Senen jam 14:10. Waktu yang sempit ini udah gue antisipasi dengan mencetak tiket kereta di stasiun Gambir beberapa waktu sebelumnya. Singkatnya, gue pun duduk di kereta ekonomi Kertajaya yang akan mengantar gue ke Stasiun Pasar Turi Surabaya. Kondisi keretanya sebenarnya di atas harapan gue, alias sangat nyaman, bersih dan dilengkapi AC yang lumayan sejuk. Awalnya gue sedikit terganggu dengan alunan musik dangdut dengan volume keras yang tersaji, namun akhirnya begitu perjalanan dimulai, musiknya dihentikan. Haleluyah! 

Kekurangannya hanya pada bangkunya yang kurang empuk, terlebih untuk perjalanan selama sekitar 11 jam! Jadi, meskipun gue sempat tertidur di sepanjang perjalanan, namun jika pantat gue udah melolong kesakitan karena terlalu lama duduk, gue pun akan berdiri dan mencoba mencari ruang sekedar untuk berjalan. 

Kereta tiba di Stasiun Pasar Turi Surabaya lewat dari jam 1 dini hari, yang awalnya di jadwalkan jam 00:45. Asyiknya, Pak Hasan, sang sopir mobil sewaan, sudah menunggu dan kami pun segera masuk ke mobil untuk menempuh sekitar 2 jam perjalanan menuju Malang. Mencoba tidur namun sulit memejamkan mata karena penasaran seperti apa rupa Surabaya, dalam kelelahan gue sempat lihat sepanjang jalan yang kami telusuri tampak sepi, bersih dan tertata rapi. Gue ngga ngerasa ada hingar - bingar kehidupan ala 'malam minggu' sepanjang perjalanan, walaupun sempat melewati kawasan yang menurut Pak Hasan, biasa dijadikan tempat balap motor liar. Selebihnya, seakan - akan segenap warga Surabaya kompak menikmati tidur mereka saat ini. Sepi.

Homestay Ibu Kartika
Mobil pun mengantar kami menuju homestay Ibu Kartika yang ada di daerah Gubugklakah. Saking lelah dan ngantuknya, gue cuma sempat mencuci kaki, memakai kaos kaki tebal, lalu terjun ke kasur nan empuk. Selama ini gue tahu bahwa cuaca Malang amatlah dingin, namun baru kali ini ngerasain langsung. Mencuci kaki barusan, rasanya merendam kaki gue di dalam ember berisi es batu. Bukan es batu kotak - kotak kecil dari dalam freezer kulkas buat bikin es teh manis rumahan, tapi es balok gede punyanya tukang es cendol keliling, es teler, es campur, dan tukang - tukang es lainnya.

Niatnya tadi malah mau cuci muka, sikat gigi, basuh sana siram sini....tapi niat tinggal niat. Gue berjanji akan berjuang membiasakan diri dan menahan rasa dingin, tapi ...lain waktu aja! Gue baru bisa memejamkan mata setelah gue memakai jaket tebal lalu selimut tebal yang disediakan homestay. Setelah perjalanan panjang 11 jam di atas kereta ekonomi Jakarta - Surabaya tadi, merebahkan badan di atas kasur empuk seperti ini adalah rejeki tak ternilai.

No comments :