Ini adalah petualangan gue hari keempat di Beijing. Rencananya hari ini gue mau berkunjung ke Ming Tombs.
Sebenarnya sejak awal mendengar namanya gue belum ada gambaran, apa dan kayak mana 'wisata' Ming Tombs itu. Ming Tombs adalah area pemakaman ketiga belas kaisar - kaisar dinasti Ming. Lokasinya sekitar 50 km dari kota Beijing, yaitu di daerah Changping, tepatnya di kaki Gunung Tianshou, dan tersebar dalam area terpisah. Saat ini hanya tiga lokasi yang bisa dikunjungi oleh publik : Sacred Way, Changling Tomb Museum dan Dingling Tomb Museum.
Sebenarnya sejak awal mendengar namanya gue belum ada gambaran, apa dan kayak mana 'wisata' Ming Tombs itu. Ming Tombs adalah area pemakaman ketiga belas kaisar - kaisar dinasti Ming. Lokasinya sekitar 50 km dari kota Beijing, yaitu di daerah Changping, tepatnya di kaki Gunung Tianshou, dan tersebar dalam area terpisah. Saat ini hanya tiga lokasi yang bisa dikunjungi oleh publik : Sacred Way, Changling Tomb Museum dan Dingling Tomb Museum.
Gue, yang penggemar wisata ke area - area pemakaman sarat cerita sejarah, langsung ngiler dan bertekad sekuat baja untuk mengunjunginya. Caranya ? Seperti biasa, gue ngga memiliki informasi matang mengenai alat transportasi maupun cara mencapai suatu lokasi di Beijing ini, sejak dari Jakarta. Gue mencari informasinya secara mendadak. Padahal berhubung di Cina situs Google diblokir, jadi tantangan tersendiri buat gue untuk nyari - nyari info. Untunglah meskipun ngga ada Google, di sini gue cukup terbantu dengan website pencari informasi lainnya, yaitu Bing.
Dengan informasi di tangan, bukan berarti pencarian gue menjadi mudah. Untuk menuju Ming Tombs gue harus menggunakan bus no. 872 dari Deshengmen Bus Station. Gue sadar hari ini akan menantang banget....karena gue baru kali ini mendengar nama bus station ini. Kemarin, untuk mencari bus menuju Mutianyu dari Dongzhimen Bus Station yang terkenal aja, sulitnya bukan main. Untuk menuju Deshengmen Bus Station, gue naik subway dan turun di Jishuitan Station. Ketika gue keluar dari Exit A Jishuitan Station, disitulah gue mulai bingung, apakah harus mengambil arah kiri atau kanan.
Akhirnya gue putuskan untuk mengambil arah kanan. Dan setelah berjalan beberapa ratus meter, gue pesimis telah mengambil arah yang benar, karena ngga melihat tanda-tanda keberadaan bus station. Setelah bertanya kepada seorang warga lokal, yang dengan baik hati 'mengkonfirmasi' bahwa gue sudah salah ambil arah, gue pun kembali ke Jishuitan Station. Kali ini dari Jishuitan Station gue mengambil arah ke kiri. Setelah berjalan beberapa puluh meter, di sisi kiri gue melihat lokasi yang nampak seperti bus station, namun ini bukanlah Deshengmen Bus Station, melainkan Deshengmenxi Bus Station. Ya ampun.....menantang luar biasa Beijing ini.....! Bisa - bisanya ada 2 bus station lokasinya berdekatan dan namanya pun mirip. Setelah melewati bus station ini, ngga berapa jauh kemudian barulah gue melihat Deshengmen Bus Station.
Jangan berharap akan ada tulisan "Deshengmen Bus Station" dengan huruf Latin berukuran besar di lokasi ini. Feeling gue mengatakan bahwa lokasi itu adalah benar bus station, hanya karena gue melihat banyak bus besar berada di dalamnya.
Akhirnya gue putuskan untuk mengambil arah kanan. Dan setelah berjalan beberapa ratus meter, gue pesimis telah mengambil arah yang benar, karena ngga melihat tanda-tanda keberadaan bus station. Setelah bertanya kepada seorang warga lokal, yang dengan baik hati 'mengkonfirmasi' bahwa gue sudah salah ambil arah, gue pun kembali ke Jishuitan Station. Kali ini dari Jishuitan Station gue mengambil arah ke kiri. Setelah berjalan beberapa puluh meter, di sisi kiri gue melihat lokasi yang nampak seperti bus station, namun ini bukanlah Deshengmen Bus Station, melainkan Deshengmenxi Bus Station. Ya ampun.....menantang luar biasa Beijing ini.....! Bisa - bisanya ada 2 bus station lokasinya berdekatan dan namanya pun mirip. Setelah melewati bus station ini, ngga berapa jauh kemudian barulah gue melihat Deshengmen Bus Station.
Jangan berharap akan ada tulisan "Deshengmen Bus Station" dengan huruf Latin berukuran besar di lokasi ini. Feeling gue mengatakan bahwa lokasi itu adalah benar bus station, hanya karena gue melihat banyak bus besar berada di dalamnya.
Gue pun menaiki bus nomor 872, yang akan mengantar gue sejenak keluar dari kota Beijing menuju Changping.
Berhubung Bus ini membawa gue keluar dari hingar - bingar kota Beijing, jadi untuk menemukan lokasi yang gue tuju adalah tantangan berikutnya. Modal gue hanya sebaris informasi bahwa gue harus berhenti di station (halte / perhentian bus) kesepuluh untuk mencapai lokasi tujuan pertama gue : Sacred Way.
Jadi sepanjang perjalanan sekitar 2 jam itu, gue harus waspada dan menghitung setiap halte bus yang gue lewati. Kenapa harus waspada ? Karena ngga ada awak bus yang akan mengingatkan penumpang nama - nama dari setiap halte/perhentian. Selain itu papan informasi nama halte memuat tulisan berupa nama halte yang meskipun dengan huruf Latin namun ukurannya kecil dan ngga akan terbaca dari dalam bus.
Gue pun tiba di halte kesepuluh : Changping. Dengan menyeberang jalan dan berjalan sedikit akhirnya gue melihat pintu masuk dan loket penjualan tiket Sacred Way, dimana gue membeli tiket masuk seharga 30 Yuan.
Berhubung Bus ini membawa gue keluar dari hingar - bingar kota Beijing, jadi untuk menemukan lokasi yang gue tuju adalah tantangan berikutnya. Modal gue hanya sebaris informasi bahwa gue harus berhenti di station (halte / perhentian bus) kesepuluh untuk mencapai lokasi tujuan pertama gue : Sacred Way.
Jadi sepanjang perjalanan sekitar 2 jam itu, gue harus waspada dan menghitung setiap halte bus yang gue lewati. Kenapa harus waspada ? Karena ngga ada awak bus yang akan mengingatkan penumpang nama - nama dari setiap halte/perhentian. Selain itu papan informasi nama halte memuat tulisan berupa nama halte yang meskipun dengan huruf Latin namun ukurannya kecil dan ngga akan terbaca dari dalam bus.
Gue pun tiba di halte kesepuluh : Changping. Dengan menyeberang jalan dan berjalan sedikit akhirnya gue melihat pintu masuk dan loket penjualan tiket Sacred Way, dimana gue membeli tiket masuk seharga 30 Yuan.
Sacred Way
Berasal dari kepercayaan bahwa seorang kaisar adalah putra sorga, yang turun ke negeri ini melalui jalan suci (sacred way) ini, dan ketika ia meninggal, sang kaisar pun akan melalui jalan yang sama.
Di sebelah kiri dan kanan jalan, terdapat patung- patung berukuran besar, berupa figur manusia (tokoh Jenderal, pejabat dan orang-orang berjasa) dan juga hewan (singa, unta, gajah, dan lain sebagainya). Ketika gue tiba disana, komplek yang sangat luas ini sepi pengunjung. Ditambah dengan keteduhan pepohonan rindang yang memenuhi komplek, dan cuaca mendung saat itu yang bikin langit agak gelap, ada nuansa damai yang sedikit menimbulkan rasa takut. Sedikiiittt....
Di sebelah kiri dan kanan jalan, terdapat patung- patung berukuran besar, berupa figur manusia (tokoh Jenderal, pejabat dan orang-orang berjasa) dan juga hewan (singa, unta, gajah, dan lain sebagainya). Ketika gue tiba disana, komplek yang sangat luas ini sepi pengunjung. Ditambah dengan keteduhan pepohonan rindang yang memenuhi komplek, dan cuaca mendung saat itu yang bikin langit agak gelap, ada nuansa damai yang sedikit menimbulkan rasa takut. Sedikiiittt....
Puas
di Sacred Way, gue kembali ke halte bus Changping dan melanjutkan
perjalanan kembali dengan bus nomor 872, menuju Changling Tomb Museum.
Bagaimana gue bisa berhenti di sini ? Caranya adalah dengan petunjuk
yang gue miliki, yaitu bahwa gue harus berhenti di halte keempat sejak
dari Changping Station tadi. Tiba di Changling Tomb Museum, gue membeli
tiket masuk seharga 45 Yuan.
Changling Tomb adalah area makam yang terluas, dan menurut gue memiliki bangunan - bangunan indah dan bersejarah terbanyak, di antara area pemakaman lainnya yang gue kunjungi. Changling Tomb merupakan makam dari kaisar ketiga (dari total 16 kaisar) di masa Dinasti Ming, yaitu Kaisar Zhu Di dan Pemaisuri Xu. Kaisar Zhu sering juga disebut sebagai Kaisar Yongle.
Ketika berkunjung ke beberapa situs bersejarah di Beijing dan sekitarnya, gue dan pengunjung lainnya akan sering mendengar dan membaca kisah sejarah yang memuat nama Kaisar Yongle. Kaisar Yongle dianggap sebagai kaisar yang paling berjasa dan memberikan kontribusi terbesar sepanjang sejarah Cina. Kaisar Yongle pulalah yang membangun Changling Tomb di tahun 1409, sebagai tempat pemakaman istrinya, Permaisuri Xu. Dan 15 tahun setelahnya, ketika wafat, Kaisar Yongle pun dikuburkan di tempat yang sama.
Dingling Tomb Museum
Ini
adalah tujuan terakhir gue dari agenda 'wisata makam' Ming Tombs hari
ini. Untuk mencapai lokasinya, gue kembali harus menggunakan bus No.
872.
Setelah hampir seharian berada di daerah Ming Tombs gue merasa kalo bus ini kayaknya didedikasikan untuk mereka yang hendak mengunjungi Ming Tombs...karena selain komplek - komplek pemakaman, gue ngga lihat ada tujuan lainnya.
Oya, daerah ini relatif masih hijau dan sejuk dan dimana-mana terdapat perkebunan apel. Jadi selain perkebunan apel dan komplek pemakaman Dinasti Ming, gue ngga melihat ada lokasi lainnya yang bisa disinggahi.
Setelah hampir seharian berada di daerah Ming Tombs gue merasa kalo bus ini kayaknya didedikasikan untuk mereka yang hendak mengunjungi Ming Tombs...karena selain komplek - komplek pemakaman, gue ngga lihat ada tujuan lainnya.
Oya, daerah ini relatif masih hijau dan sejuk dan dimana-mana terdapat perkebunan apel. Jadi selain perkebunan apel dan komplek pemakaman Dinasti Ming, gue ngga melihat ada lokasi lainnya yang bisa disinggahi.
Dingling
Tomb adalah makam dari kaisar ketiga belas Dinasti Ming, yaitu Kaisar
Zhu Yijun juga kedua permaisurinya, Permaisuri Xiaoduan dan Permaisuri
Xiaojing.
Kalau
menurut gue Changling Tomb adalah yang paling megah dengan bangunan -
bangunan indah, sementara Dingling Tomb inilah yang paling menarik.
Karena 'daya tarik' utamanya adalah makam Kaisar Zhu Yijun dan kedua
permaisurinya yang berada di bawah tanah, tepatnya 40 meter di bawah
permukaan tanah. Jadi para pengunjung akan memasuki sebuah terowongan,
lalu menuruni banyak anak tangga, dan berakhir di sebuah area yang luas
dan megah, dimana sang kaisar dan permaisuri - permaisurinya dimakamkan.
Berada di sana rasanya campur aduk, didominasi dengan perasaan takjub
betapa tempat pemakaman alias kuburan saja demikian luas dan megahnya
bagaikan sebuah istana.
Di
Dingling Tomb ini gue ngga ngambil banyak foto. Karena selain ada
larangan untuk mengambil foto di istana bawah tanah Dingling, juga yang
mengherankan kebanyakan hasil foto gue buram dan kurang optimal selama
di sini. Dari ketiga lokasi yang sudah gue kunjungi hari ini, menurut
gue Dingling inilah yang menyuguhkan suasana 'makam' yang
sebenar-benarnya. Bayangkan, ketika berada di istana bawah tanah tadi,
gue bisa melihat langsung peti mati sang kaisar dan kedua permaisurinya
yang megah dan berwarna merah. Selain itu, di bawah sana juga terdapat
benda-benda peninggalan yang tak ternilai harganya....ada barang pecah
belah, emas, dan lain sebagainya
Gue
menyelesaikan 'misi' Ming Tombs ini tepat ketika sore hari. Dan sore
itu gue musti berjuang sekuat tenaga berebutan bus No. 872 yang
armadanya sangat terbatas, dengan para pengunjung lainnya yang siap
untuk meninggalkan Dingling menuju Beijing. Dengan perut super lapar,
karena gue memang belum makan siang ~seperti hari - hari gue sebelumnya
di negeri ini~ gue harus bersikut-sikutan dengan calon penumpang
lainnya. Jangan bermimpi untuk mendapatkan tempat duduk....untuk bisa
memasuki bus saja sudah merupakan anugerah luar biasa.
Untunglah sebagai alumni sekaligus pengguna aktif commuter line Jabodetabek, urusan beginian bukanlah sesuatu yang berat buat gue. Untung juga gue bukan warga lokal, jadi ngga ngerti ketika banyak di antara penumpang saling memaki dan mengumpat dalam bahasa lokal, saat rebutan masuk bus.
Untunglah sebagai alumni sekaligus pengguna aktif commuter line Jabodetabek, urusan beginian bukanlah sesuatu yang berat buat gue. Untung juga gue bukan warga lokal, jadi ngga ngerti ketika banyak di antara penumpang saling memaki dan mengumpat dalam bahasa lokal, saat rebutan masuk bus.
Ketika
akhirnya berhasil masuk ke dalam bus, gue harus puas dan tabah berdiri
di antara padatnya penumpang bus....dan menempuh perjalanan 2 jam lebih
menuju Beijing. Sekali lagi....dengan perut kosong nyaring bunyinya.
Sepanjang jalan dimana gue melihat perkebunan apel di sisi kiri dan
kanan jalan, dengan pemandangan indah berupa pepohonan dan buah - buah
apel merah yang nampak matang, siap dipanen serta mengundang selera,
rasanya kontras banget dengan kondisi perut gue yang sudah berteriak
kelaparan sejak siang tadi.
Oya...ada beberapa alasan mengapa gue belum makan siang sampai sesore ini. Pertama, gue ngga melihat ada tempat - tempat penjualan makanan yang menarik. Karena kalaupun ada, yang ditawarkan cuma sosis, nugget, dan jagung rebus. Alasan kedua, karena gue ngga bernafsu makan ketika berada di area pemakaman. Entah kenapa ya...mungkin lokasi pemakaman memiliki 'aura' tersendiri yang menimbulkan suasana dan perasaan tertentu, dan buat gue pribadi, bikin gue sejenak kehilangan nafsu makan. S e j e n a k.....
Alasan ketiga, masalah waktu. Target untuk menyelesaikan misi Ming Tombs dalam sehari dengan menggunakan transportasi umum menuntut gue untuk menggunakan waktu dengan efisien dan efektif. Dan seringnya di saat hasrat berpetualang dan eksplorasi sedang menggebu-gebu, 'makan' bagi gue hanyalah interupsi yang kurang perlu.
Alasan terakhir...yaitu yang paling penting dan fundamental...karena gue ngga punya uang. Uang minimalis yang gue bawa hari ini tersedot habis untuk membeli tiket masuk. Hobi gue yang nyentrik kali ini berhasil menguras kantong hingga 135 Yuan (sekitar Rp. 337,500) untuk tiket masuk ketiga lokasi yang telah gue kunjungi. Orang aneh mana yang lebih memilih menggunakan uangnya yang pas-pasan untuk melihat pemakaman dibanding makan ? Gue.
Oya...ada beberapa alasan mengapa gue belum makan siang sampai sesore ini. Pertama, gue ngga melihat ada tempat - tempat penjualan makanan yang menarik. Karena kalaupun ada, yang ditawarkan cuma sosis, nugget, dan jagung rebus. Alasan kedua, karena gue ngga bernafsu makan ketika berada di area pemakaman. Entah kenapa ya...mungkin lokasi pemakaman memiliki 'aura' tersendiri yang menimbulkan suasana dan perasaan tertentu, dan buat gue pribadi, bikin gue sejenak kehilangan nafsu makan. S e j e n a k.....
Alasan ketiga, masalah waktu. Target untuk menyelesaikan misi Ming Tombs dalam sehari dengan menggunakan transportasi umum menuntut gue untuk menggunakan waktu dengan efisien dan efektif. Dan seringnya di saat hasrat berpetualang dan eksplorasi sedang menggebu-gebu, 'makan' bagi gue hanyalah interupsi yang kurang perlu.
Alasan terakhir...yaitu yang paling penting dan fundamental...karena gue ngga punya uang. Uang minimalis yang gue bawa hari ini tersedot habis untuk membeli tiket masuk. Hobi gue yang nyentrik kali ini berhasil menguras kantong hingga 135 Yuan (sekitar Rp. 337,500) untuk tiket masuk ketiga lokasi yang telah gue kunjungi. Orang aneh mana yang lebih memilih menggunakan uangnya yang pas-pasan untuk melihat pemakaman dibanding makan ? Gue.
Lagi-lagi,
ini adalah hari serta perjalanan yang seru....bayangkan, gue bisa
memuaskan hobi unik mengunjungi 'makam' sampai ke negeri Cina ! Kali ini
bahkan makam-makam dengan lebih banyak cerita sejarah yang menarik dan
mendalam....seru banget !
Terima kasih Yesus, yang sudah mengerti hobi dan minat gue yang nyentrik dan aneh, dan mengantarkan gue melangkah sampai sejauh ini. Bukan perjalanan yang mudah dan murah, tapi Yesus yang maha baik senantiasa menemani dan mencukupi kebutuhan gue.
Terima kasih Yesus, yang sudah mengerti hobi dan minat gue yang nyentrik dan aneh, dan mengantarkan gue melangkah sampai sejauh ini. Bukan perjalanan yang mudah dan murah, tapi Yesus yang maha baik senantiasa menemani dan mencukupi kebutuhan gue.
No comments :
Post a Comment