I laugh, I love, I hope, I try, I hurt, I need, I fear, I cry, I blog...Welcome to my blog, welcome to my life !!

Saturday, December 26, 2015

Sekeping Kenangan Beijing (Hari Kelima) : Hari Terakhir

16 Oktober 2015

Ini hari terakhir gue di Beijing....hari terakhir berada di negeri Cina yang indah dan menakjubkan ini. Sebenarnya pengen tinggal lebih lama di sini dan pengen mengeksplorasi lebih banyak tempat, tapi sayangnya waktu gue singkat. Nanti malam gue akan kembali ke Kuala Lumpur, jadi pagi hingga sore nanti gue akan super sibuk.

Ketika hendak memilih lokasi yang akan dikunjungi hari ini, gue butuh waktu dan pertimbangan yang ngga mudah. Akhirnya gue memilih tiga lokasi yang paling gue prioritaskan untuk dikunjungi yaitu : Temple of Heaven, Yonghe Lama Temple dan Beihai Park. Secara lokasi, sebenarnya kurang pas dan efisien untuk gue kunjungi secara berturut - turut di hari yang sama. Ketiganya bisa dibilang berada di lokasi yang ngga searah. Kalau melihat peta dan menghubungkan dengan garis lurus, ketiganya akan membentuk segitiga. Tapi meskipun kebayang lelah dan lumayannya waktu yang diperlukan untuk mencapainya, gue bertekad untuk memulai langkah menuju lokasi pertama, Temple of Heaven.


Temple of Heaven

Cara gue mencapai lokasinya terbilang mudah. Seperti biasa, gue naik kereta subway dari Dengshikou Station dan turun di Tiantandongmen Station. Ketika tiba di Tiantandongmen Station, gue sudah mempersiapkan mental dan fisik untuk menghadapi kebingungan mencari arah selanjutnya dari pintu keluar, seperti yang biasa terjadi ketika gue mengunjungi lokasi manapun di Beijing ini. Begitu gue mengambil arah ke kanan dari pintu keluar dan berjalan sedikit, gue tiba di pintu masuk Temple of Heaven. Rasanya langsung pengen sujud syukur pada Yesus, yang telah memberikan kemudahan sedahsyat itu. Rasanya ini adalah lokasi termudah yang gue cari sepanjang waktu gue di Beijing ini. 

Temple of Heaven berupa taman sangat luas yang asri dan nyaman. Mungkin saking nyamannya, lokasi taman Temple of Heaven merupakan tempat berkumpulnya berbagai lapisan masyarakat, baik perorangan maupun komunitas. Di sepanjang jalan, di setiap sudut, di seluruh area taman, pengunjung pasti akan menemui 'komunitas-komunitas' yang asyik melakukan aktivitasnya. Gue sampai tercengang kagum melihatnya. Ada group taichi, group pemain musik, group dance, group pemain kartu, group merajut, group pemain mahyong, dan lain sebagainya. Anggotanya terdiri dari beragam usia.

Gue takjub karena orang - orang ini, meskipun kebanyakan usianya sudah lanjut, masih memiliki minat untuk hobi tertentu, masih memiliki komunitas dimana mereka bertemu dan berkumpul dengan orang-orang lainnya dengan hobi sama, dan (bersyukurlah mereka) masih memiliki lokasi yang sangat indah, tenang, dan damai untuk menghabiskan waktu dan melakukan hobinya tersebut. Rasanya pasti bahagia banget.

Group Taichi
Group pemain musik
Group pemain kartu
Group dancer
Group merajut
Seniman kaligrafi Cina
Meskipun belum puas menikmati taman yang sejuk dengan kesibukan warga lokal dengan hobinya masing-masing, gue pun mulai mencari keberadaan Temple of Heaven. Dan ketika gue menemukannya, lagi - lagi gue merasa takjub. Mungkin ini adalah 'temple' paling indah dan megah yang pernah gue lihat. 

Temple of Heaven dibangun pada tahun 1406 - 1420 di masa Kaisar Yongle yang fenomenal itu. Di masa Dinasti Ming dan Qing, Temple ini digunakan secara rutin setiap tahunnya sebagai tempat dilangsungkannya upacara memohon kepada para dewa, agar diberikan panen yang baik dan melimpah. 






Heavenly center stone


Seven stars stone

Lama Temple

Setelah puas, lelah, dan ngga sanggup lagi berjalan, akhirnya gue meninggalkan Temple of Heaven. Gue melanjutkan perjalanan dengan menaiki kereta subway dari Tiantandongmen Station menuju Yonghe Lama Station.

Temple ini dibangun di tahun 1694 oleh Dinasti Qing, dan merupakan temple Buddha Tibet. Dari bagian depan pintu masuk temple, gue ngga mengira bahwa keseluruhan area dan bangunannya demikian luas memanjang ke belakang. Lama temple terdiri dari lima bangunan temple yang megah yang berdiri secara berurutan dari depan ke belakang. Untuk gue pribadi, melewati dan memandang setiap bangunan, dari pertama menuju kedua, dan seterusnya sampai yang terakhir yaitu yang kelima, berasa 'dejavu'....karena di mata orang awam seperti gue kelima bangunan ini, baik bentuk maupun dekorasinya, hampir identik mirip. 

Menurut gue daya tarik Lama Temple ini adalah.....semuanya. Bangunan - bangunannya yang megah bikin gue terpesona. Selain bangunannya, benda - benda yang ada dan masih digunakan di sini pun menarik untuk dilihat. Trus, berhubung temple ini masih digunakan sebagai tempat ibadah, mengamati kegiatan pengunjung yang sedang melakukan ritual keagamaannya pun adalah pengalaman menarik tersendiri. Gue paling senang dan betah berlama - lama di temple yang ramai dan 'sibuk' serta 'hidup' seperti ini. 








Beihai Park

Tujuan berikutnya dan tujuan terakhir gue di Beijing kali ini adalah....Beihai Park. Jangan ditanya gimana pegal dan nyerinya kedua kaki gue....dan jangan ditanya pula betapa hebatnya rasa lapar yang gue rasakan saat ini. Tadi pagi gue memang sempat mampir ke warung somay dan bakpau langganan. Gue pun sempat membeli sebiji jagung rebus untuk bekal makan siang, dan sudah gue lahap ketika di Temple of Heaven tadi.

Tapi saat ini gue serasa dikejar - kejar hantu bernama 'waktu' yang memaksa gue untuk menyingkirkan rasa lapar demi kepuasan lainnya yaitu menikmati jam - jam terakhir di Beijing. Dan gue berjanji dalam hati, sepulang dari Beihai Park nanti gue akan memperbolehkan diri sendiri makan sepuasnya....tapi itu nanti....mungkin beberapa jam lagi. 

Saat ini, meskipun secara fisik gue sudah kehabisan sumber tenaga dan kekuatan untuk melanjutkan perjalanan, dan meskipun menahan rasa sakit, terutama di kedua kaki gue, untuk berjalan, tapi untungnya hati gue dipenuhi hasrat dan semangat luar biasa untuk terus menjelajah Beijing. Itulah modal utama yang memberikan gue kekuatan untuk menekan segala lapar dan lelah....Semangat ini bagaikan setumpuk makanan lezat yang mengalahkan ribuan jagung rebus ditambah somay dan bakpau sekalipun.

Untuk menuju Beihai Park, gue menaiki kereta subway dari Yonghe Lama Temple sampai ke Dongsi Intersection. Dari Dongsi gue mengganti kereta subway, menuju Beihai North Station. 

Beihai Park adalah taman yang super luas, berdiri di atas area seluas 69 hektar. Ini mungkin area paling luas dan lengkap yang akan gue jelajahi. Taman ini terdiri dari danau, temple, sebuah pulau kecil (Jade Flower Island), dan lainnya.

Beihai Park semula dibangun pada abad ke - 11, terdiri dari bangunan - bangunan istana serta temple. Sekali lagi, Beihai Park luasnya bukan main! Jika gue adalah warga lokal, ini bagaikan surga dunia, dan gue pasti akan sering berkunjung ke sini. Tamannya luas, bersih, dan rindang banget....jika gue duduk di salah satu tempat duduk manapun, sejauh dan sedekat mata memandang, yang terlihat adalah keindahan - keindahan yang disajikan oleh tamannya yang hijau, danau nan tenang, serta bangunan - bangunan bersejarah yang memenuhinya.

Di mata gue Beihai Park adalah taman yang membuat Beijing sangat kontras, karena di luar sana ada bangunan - bangunan pencakar langit yang modern, dengan kehidupan masyarakatnya yang sibuk. Namun Beihai yang juga terletak di tengah kota, justru menyajikan suasana hijau nan tenang dan damai. 
 
White Dagoba





Menjelang jam 18:00, gue meninggalkan Beihai Park. Sebenarnya banyak sisi dari Beihai Park yang belum sempat gue jelajahi karena keterbatasan waktu. Tapi kali ini gue ngga mau memaksakan diri. Paling tidak, gue berhasil mengunjungi Jade Flower Island, dan 'mendaki' sampai mencapai stupa tertingginya, White Dagoba. Sisanya....semoga Yesus mengijinkan gue kembali ke Beijing suatu saat kelak, karena gue akan amat sangat antusias dan senang hati mengulang perjalanan gue ke Beihai Park yang indah ini.

Gue pun kembali ke Dengshikou dan menikmati makan malam terakhir di sini yang meskipun masih di tempat makan yang sama seperti hari - hari sebelumnya, namun dengan menu terbilang mewah : nasi goreng dan dumpling. Gue memang berjanji pada diri sendiri akan menikmati dumpling ketika berada di Beijing. Gue sudah mencari informasinya, dan menemukan rekomendasi sebuah restoran dumpling tersohor di kawasan Wangfujing yang lumayan dekat dengan Dengshikou. Namun kemarin malam ketika gue tiba di restoran yang dimaksud, gue melihat poster yang memuat informasi harga dumplingnya di atas 100 Yuan, yang bagi gue ngga masuk akal, alias mahal banget! Gue urung makan di sana. Dan untuk menghibur diri, hari ini gue memesan dumpling di restoran langganan yang menyajikan sepiring dumping rebus hanya dengan 7 Yuan saja. Bagi gue, rasanya enak banget!


Wangfujing Shopping Street

Dengan perut kenyang, gue bukannya langsung kembali ke hostel, melainkan ke Wangfujing Shopping Street. Beberapa malam terakhir gue memang rajin ke sini, dengan berjalan kaki dari hostel, untuk sekedar menikmati hingar-bingarnya di malam hari, terutama di Wangfujing Street. 

Di sini, baik warga lokal dan turis disuguhi sebuah jalan yang cukup panjang dan sangat padat dengan penjual makanan yang terbilang unik dan anti mainstream...ada kalajengking, ulat, kelabang, belalang, kuda laut, bintang laut, ulat sutera, dan lain sebagainya yang disajikan dalam bentuk sate. Selain itu, ini adalah lokasi yang tepat untuk mencari cinderamata dan souvenir ala Cina, karena selain beragam, harganya pun bisa ditawar semaksimal mungkin (asal cuek dan ngga tahu malu).

Setelah puas di sana, gue pun menuju hostel, kembali dengan berjalan kaki. Kali ini langkah gue sudah terseok - seok menahan sakit. Perjalanan sekitar 2 km yang harus gue lalui rasanya berat....seberat bobot badan gue. Sepanjang jalan gue sudah membayangkan akan sempat beristirahat sejenak sekitar 1 jam untuk mengistirahatkan kedua kaki gue...kemudian ada sekitar 15 menit untuk berkemas....lalu gue pun akan meninggalkan hostel menuju airport.

Namun impian indah itu buyar seketika karena begitu membuka pintu kamar 302 gue 'disambut' oleh kehadiran dua tamu baru. Keduanya berasal dari Australia, sangat ramah dan bersahabat. Begitu gue masuk, mereka langsung menyapa dan membuka percakapan. Dan kami pun terlibat dalam percakapan seru ala backpacker....keduanya menceritakan pengalaman mereka baru kembali dari Korea Utara. Bayangkan....siapa yang ngga penasaran dengan 'trip ke Korea Utara' ? Setahu gue belum banyak turis bisa dan pernah 'menembus' Korea Utara...dan rasa penasaran membawa gue dalam percakapan yang makin seru dan berapi-api.

Percakapan pun berakhir karena gue pamit untuk mandi dan berkemas, dan keduanya juga hendak meninggalkan hostel untuk mencari makan malam. Sepeninggal mereka, gue panik luar biasa karena kehabisan waktu berkemas dan bersiap - siap. Untungnya setengah persiapan sudah gue lakukan di pagi hari sebelum meninggalkan hostel, jadi sekarang gue tinggal mandi dan memastikan tidak ada barang yang tertinggal. Setelah itu gue pun meninggalkan hostel dan menuju Dengshikou Station.

Perjalanan yang melelahkan belum berakhir, karena dari Dengshikou Station gue tidak langsung menuju Dongzhimen Station, melainkan 'sedikit' mengambil arah menjauh yaitu ke Dongdan Station. Tujuan gue kemari adalah untuk mengembalikan Smart card dan mengambil depositnya. Kenapa harus di Dongdan, bukan di Dengshikou ? Meskipun pembelian Smart Card bisa dilakukan di Station manapun, namun untuk pengembalian dan pengambilan depositnya cuma bisa dilakukan di beberapa station besar saja, dan yang terdekat dari Dengshikou adalah Dongdan.

Memang merepotkan dan melelahkan....tapi saat ini setiap sen sangatlah berharga. Uang deposit tersebut rencananya akan gue pakai untuk membeli minum dan makan malam di airport nanti.

Dari Dongdan Station barulah gue menuju Dongzhimen Station. Di Dongzhimen Station gue naik Airport Express yang akan mengantar gue ke Beijing Capital International Airport.

Tiba di airport, ada pengalaman yang belum pernah gue alami sebelumnya di airport mana pun yang pernah gue singgahi...yaitu betapa ketatnya pemeriksaan penumpang di terminal keberangkatan.

Bayangkan, setiap penumpang mungkin harus melalui pemeriksaan, baik body check maupun barang bawaan, yang berlangsung kurang lebih 5 menit. Meskipun diperiksa oleh petugas perempuan, namun 'perlakuan' yang ngga biasa ini bikin gue merasa risih dan terheran-heran, dan berakhir dengan kepasrahan.

Mula-mula petugas melakukan body check dengan tangan kosong. Kemudian menggunakan tongkat sensor atau alat deteksi untuk memeriksa bagian-bagian 'tersembunyi' seperti lipatan ketiak, selangkangan, bahkan diselipkan ke balik baju yang gue kenakan untuk mendeteksi area perut. Ya ampun....apalah yang mereka harapkan bakal ditemukan di situ selain gelambir di perut gue...?! Tumpukan lemak itu kan cuma berbahaya bagi kesehatan gue....tapi ngga akan membahayakan keselamatan penerbangan....

Ketika sang petugas meminta gue berbalik untuk memeriksa bagian belakang tubuh gue, pemandangan yang gue lihat bikin gue senyum menahan tawa. Di hadapan gue, seorang penumpang pria dengan ekspresi wajah malas dan heran (sama seperti gue) berdiri dengan kaos tergulung sampai dada, sehingga memperlihatkan perutnya yang buncit menyembul. Entah dia melakukannya karena diminta oleh petugas atau atas inisiatifnya sendiri yang berlebihan....atau mungkin ngga sanggup menahan rasa gerah dan kepanasan di ruang yang sangat dingin itu. Dalam sekejap gue langsung teringat sama sosok Winnie The Pooh, yang sering tampak mengenai kaos merah kekecilan sampai memperlihatkan perutnya....dan itulah yang bikin gue menahan tawa dan sedikit terhibur. Jahatnya...

Dan untuk ransel, setiap kali petugas mencurigai ada yang 'ganjil' di dalamnya, mereka akan meminta gue membongkar isinya dan memberitahukan benda apa yang harus gue keluarkan. Jika setelah melihat bendanya dan menurut mereka bukanlah sesuatu yang berbahaya, misalnya botol sabun cair atau pelembab, gue diminta untuk memasukkan kembali benda-benda itu dan merapihkan ransel gue, dan meminta gue memasukkan ransel tersebut kembali melalui mesin pemeriksaan X-ray.

Begitu seterusnya gue bolak - balik....bongkar ransel....rapihin ransel....masukkin ransel melewati mesin X-ray....bongkar lagi....rapihin lagi...X-ray lagi... sampai akhirnya mereka yakin ngga ada benda berbahaya di dalam ransel gue.

Menjelang tengah malam, pesawat AirAsia pun mengantarkan gue kembali ke Kuala Lumpur. Rasa sedih meninggalkan Beijing, mengalahkan kesedihan yang sama yang biasa gue rasakan ketika meninggalkan tujuan wisata lainnya selama ini.

Beijing buat gue adalah simbol perjuangan. Faktor utamanya adalah kedua kaki gue yang sudah cidera sejak hari pertama menginjakkan kaki di sini, entah mengapa....kayaknya karena cara berjalan gue yang 'sembarangan' dan kali ini ngga sinkron dengan sepatu yang gue pakai. Trus kendala bahasa juga faktor yang bikin perjalanan gue selama 5 hari di Beijing ini menantang banget...Lalu, kendala uang pas-pasan yang gue bawa dan miliki...trus....trus....yang jelas gue bisa bikin daftar panjang mengenai hal-hal yang menjadi rintangan dan bikin perjalanan di Beijing ini 'berat' dan menantang banget.

Tapi gue juga punya daftar yang panjangnya ratusan kali lipat dari itu, mengenai hal - hal yang bikin gue jatuh cinta pada kota dan negeri ini serta alasan kenapa gue bahagia selama di sini. Beijing meninggalkan kesan yang indah dan mendalam di hati gue. Dan gue yakin...sedikit-banyak Beijing membentuk gue menjadi pribadi yang lebih tangguh dan kuat...meskipun tetap cengeng dan gampang nangis.

Gue bersyukur pada Yesus yang maha baik atas hadiah berupa pengalaman istimewa ini, menyiapkan segala kebutuhan gue, dan memimpin perjalanan nan seru di kota yang super keren ini. Makasih Yesus!

2 comments :

ELLA said...

Ceri asik banget spti pengalaman2 lo sblmn2nya yg gw baca. sampe senyam2 bacanya..... kayanya gw mulai start bikin target tapi kalo gw kayanya musti bikin budget utk 2 orang alias sama anak hihihihihi..... gw menunggu cerita lainnya :)keep traveling!

Cherry Sitanggang said...

Makasih La....smoga cukup utk 'meracuni' yg baca blog gw (termasuk dirimu :p) untuk mulai doyan traveling jg...heheh! Ayoo mulai siapkan rencana traveling La...yg ala" ransel alias bekpekeran dgn budget minimalis jg bisa jd perjalanan fun dan seru kok :)