|
Patung Pak Nas |
Gue dan Ony pertama kali berkunjung ke Museum Jenderal Besar Dr. A.H. Nasution, sepulang dari Museum Sasmita Loka Pahlawan Revolusi. Lokasinya berada di Jl. Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, jadi terbilang dekat dari Museum Sasmita Loka Pahlawan Revolusi.
Memasuki ruang depan dari rumah yang menurut gue tampak modern dan sangat luas ini, gue disambut patung Pak Nas nan....gagah dan rupawan....Serius deh ! Gue tahu sosoknya mungkin hanya melalui pemberitaan di televisi maupun media cetak, yang gue lihat secara sekilas. Dan kesan yang gue ingat mengenai Pak Nas ini adalah sosok berusia lanjut dan sudah lemah secara fisik. Dan baru ketika mengunjungi museum ini gue bisa menyaksikan betapa gagahnya sang Jenderal Besar ini, melalui foto - foto kenangan yang banyak menghiasi rumah tersebut.
Berbeda dengan Museum Sasmita Loka Pahlawan Revolusi, beberapa sudut dari rumah Pak Nas ini dijadikan semacam diorama terbuka, dimana diletakkan beberapa patung (berukuran asli), untuk menggambarkan peristiwa kelam yang terjadi tanggal 1 Oktober 1965 dini hari. Begitu memasuki lorong menuju kamar tidur utama, gue melihat beberapa patung pasukan Cakrabirawa yang tampak mengendap-endap mengintai kamar sang Jenderal Besar, dengan senapan masing - masing. Tepat di pintu kamar, masih nampak bekas peluru yang dilepaskan para pasukan ini, yang mempunyai misi untuk menculik Pak Nas saat itu.
Tembakan dilepaskan secara membabi buta ke segala arah, dan bekasnya masih nampak sampai saat ini. Ada yang menembus sebuah meja dekat ranjang, ada juga yang hingga ke tembok langit-langit kamar tersebut. Tragisnya, ada juga peluru yang mengenai putri bungsu Pak Nas, Ade Irma Suryani, yang baru berusia 5 tahun. Akibat tembakan tersebut, Ade Irma Suryani wafat setelah beberapa hari dirawat di Rumah Sakit.
|
Museum Jenderal Besar Dr. A.H. Nasution |
|
Ruang kerja Pak Nas |
|
Ruang tamu |
|
Pasukan Cakrabirawa menuju kamar tidur Pak Nas |
|
Pintu kamar Pak Nas dengan bekas tembakan peluru |
|
Pak Nas di kamar tidurnya, saat peristiwa 1 Oktober 1965 |
|
Perabotan di kamar tidur Pak Nas |
|
Koleksi barang - barang milik Ade Irma Suryani |
|
Saat Pierre Tendean ditangkap oleh Pasukan Cakrabirawa |
|
Senapan yang merenggut nyawa Ade Irma Suryani |
|
Mobil dinas Pak Nas....baru lihat ada bintang sebanyak itu... |
Meskipun misi pasukan Cakrabirawa ini adalah untuk menculik Pak Nas, namun Pak Nas berhasil lolos dengan meloncat tembok ke bangunan sebelah rumah yang merupakan kantor Kedutaan Besar Irak saat itu. Namun peristiwa tersebut memakan dua orang korban meninggal, yakni Ade Irma Suryani dan Ajudan Pak Nas, Kapten Pierre Tendean.
Menurut gue, keunikan rumah Museum Jenderal Besar Dr. A.H. Nasution ini justru kesan suram dan tragis yang tersisa dari peristiwa 1 Oktober 1965 itu. Apalagi jika memasuki kamar tidur Pak Nas serta ruang makannya. Kesunyian serta secuil kesan gelap yang terasa saat berada di dalam rumah ini, bikin pikiran siapapun yang berada di sana melayang membayangkan peristiwa sejarah nan mencekam itu. Ngga terbayangkan gimana mendalamnya kesedihan ketika putri kecil yang pasti merupakan kesayangan keluarga, terenggut nyawanya dengan cara yang (menurut gue) sangat kejam.
Setelah puas berkeliling rumah berikut halaman belakangnya, gue dan Ony pun meninggalkan Museum Jenderal Besar Dr. A.H. Nasution. Perjalanan yang menyenangkan dan berharga, karena berkesempatan untuk menginjakkan kaki di rumah yang merupakan saksi peristiwa sejarah tersebut.
No comments :
Post a Comment